Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.956 Kasus Positif Corona Indonesia, IDI: Saatnya PSBB Lebih Kuat Lagi

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA
Penumpang kereta api saat di cek suhu di Stasiun Tawang Semarang.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus positif virus corona atau SARS-CoV-2 di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan situs real time terkait data virus corona di Indonesia, www.covid19.go.id, per Rabu (8/4/2020) jumlah kasus terinfeksi virus corona mencapai 2.956 kasus dengan 222 pasien dinyatakan sembuh, dan 240 orang meninggal dunia.

Jumlah kasus tersebut sudah termasuk 218 kasus baru yang tercatat pada hari ini.

Lantas, apa penyebab kasus virus corona saat ini masih terus mengalami kenaikan?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus dan kedisiplinan

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M. Faqih mengungkapkan ada dua faktor yang menyebabkan kasus Covid-19 terus bertambah di Indonesia. Yakni karena virus menular lebih cepat dan masalah kedisiplinan.

"Jadi memang faktor pertama karena virus ini menularnya lebih cepat, kemudian faktor kedua memang evaluasi kita bersama untuk keefektifan social distancing," ujar Daeng saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (8/4/2020).

Menurutnya, kebijakan soal imbauan social distancing dinilai kurang efektif.

Sebab, imbauan social distancing dari pemerintah ini pelaksanaanya diserahkan kembali ke masing-masing individu.

Dia menyampaikan, hal ini berisiko lantaran masyarakat menjadi rentan tidak mematuhi, dan tidak disiplin, sehingga tindakan "imbauan" tidak efektif. Sehingga dampaknya penularan kasus virus corona menjadi cepat.

Berharap pada PSBB

Namun, Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto telah menyetujui terkait tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi virus corona untuk mencegah kemungkinan penyebaran mungkin meluas.

Daeng mengungkapkan, gebrakan PSBB ini diindikasi lebih kuat daripada hanya imbauan.

"Saat ini sudah saatnya PSBB lebih kuat lagi, mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo, PSBB ini social distancing dengan pendisiplinan," ujar Daeng.

"Pendisiplinan pada PSBB perlu adanya pengawasan dan pengawalan untuk menekan laju penularan," lanjut dia.

Cara memutus rantai penularan

Sementara itu, mengenai upaya memutus rantai penularan virus corona, Daeng mengungkapkan ada dua cara yang dapat dilakukan. Yakni pendisiplinan social distancing, dan penanganan kasus yang benar.

Untuk cara pertama, social distancing melalui PSBB yang didisiplinkan dengan adanya pengawalan dan pengawasan oleh aparat.

Kemudian cara kedua yakni penanganan kasus Covid-19 yang benar.

Menurutnya, dalam tindakan penanganan kasus yang benar dengan prinsip harus cepat, dan dilakukan secara luas dan masif.

"Ada tiga hal soal penanganan yang dikerjakan yakni tracing dilakukan secara massal dan meluas, testing pemeriksaan agar mengetahui siapa saja yang positif dan harus cepat ditangani, kemudian treatment," ujar Daeng.

Treatmen fasilitas kesehatan

Menurutnya, tindakan treatment ini harus dilakukan dengan rumah sakit yang memadai, alat rumah sakit yang memadai, dan alat pelindung diri (APD) untuk rumah sakit yang memadai.

Namun, saat ini di Indonesia masih memiliki permasalahan pada kapasitas rumah sakit yang penuh dan harus ditambah dengan cepat mengingat pasien corona masih terus bertambah. 

Kemudian alat-alat kesehatan, terutama ruang isolasi, alat bantu napas oksigen, ventilator, alat perlindungan diri juga harus ditambah.

Di sisi lain, obat-obat yang dianjurkan Pemerintah juga mulai langka.

"Obat antivirus mulai langka, klorokuin dan avigan harus lebih cepat didistribusikan dan terus diawasi pendistribusiannya agar cepat sampai dan tepat sasaran," ucap Daeng.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi