Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Perlu Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19, Berikut Infonya

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Petugas Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan uji cepat (rapid test) massal Covid-19 dengan skema drive thru di halaman GOR Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, Selasa (7/4/2020). Database crisis center COVID-19 kota Bogor melaporkan pada hari sabtu (4/4/2020) tercatat ada sebanyak 41 pasien positif virus corona, dan dari jumlah tersebut sebanyak 7 pasien meninggal dunia serta 34 pasien dalam perawatan rumah sakit.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Jumlah kasus infeksi virus corona di dunia terus menunjukkan peningkatan. Dalam sepekan terakhir terdapat penambahan hampir 600.000 kasus di seluruh dunia.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia, saat ini jumlah kasus di Indonesia mencapai 3.512 kasus. Sebanyak 219 kasus merupakan kasus baru.

Pakar Epidemiologis, Dicky Budiman mengungkapkan, di Indonesia juga masih berpotensi mengalami lonjakan kasus Covid-19. 

"Secara pemahaman dasar teori epidemiologi dan pandemi, Covid-19 ini memiliki potensi besar menyebar di Indonesia," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (10/4/2020). 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: UPDATE: Pasien Covid-19 Meninggal 306 Orang, Tersebar di 24 Provinsi

Dasarnya adalah, Ro-nya yang kemungkinan di Indonesia di antara 2 dan 3, sehingga dengan pola penambahan eksponensial ini, kita bisa perkirakan penambahan dalam setiap harinya," 

Ro adalah angka reproduksi dasar covid-19, merepresentasikan potensi maksimum covid-19 untuk menimbulkan epidemi atau pandemi.

Dengan angka Ro berkisar antara 2 dan 3, maka satu orang pasien berpotensi menyebarkan virus ini ke 2 atau 3 orang lainnya.

Dia pun memperkirakan, perang melawan Covid-19 ini bisa memerlukan waktu hingga 6 bulan ke depan. 

Baca juga: Pemkot Bogor Anggarkan Rp 300 Miliar untuk Penanganan Covid-19

Ketersediaan APD bagi tenaga medis 

Kemungkinan terjadinya lonjakan kasus ini perlu diantisipasi dengan tepat karena akan berdampak langsung khususnya kepada tenaga medis yang berada di garda terdepan penanganan covid-19.

Pemerintah perlu memastikan ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis, menyediakan lokasi tinggal (istirahat) dan menjamin kesejahteraan mereka.

Selain itu para tenaga medis juga harus mendapat kesempatan pertama menjalani tes deteksi karena mereka akan menangani pasien secara langsung. 

"Kalau dari sisi paramedisnya, saya sudah melihat kebesaran hati dan pengorbanan yang besar yang telah ditunjukkan selama ini. Namun, saya melihat pemerintah baik pusat dan daerah harus lebih mengapresiasi para tenaga kesehatan kita," kata Dicky.

Baca juga: Hari Libur, Pemkot Tangsel Tunda Kirim Surat Permohonan PSBB ke Kemenkes

Dicky juga menambahkan, terkait kemungkinan melonjaknya kasus, kondisi tenaga medis harus terus diperhatikan. Mereka harus mendapat waktu istirahat dan rotasi kerja sehingga tidak mengalami kelelahan berlebih.

Untuk menambah tenaga medis, Dicky menyarankan, bisa diisi oleh para dokter muda, yang saat ini masih menunggu ujian profesinya atau mahasiswa kedokteran dan keperawatan tingkat akhir.

"Prediksi saya, perang melawan covid-19 ini bisa perlu waktu hingga 6 bulan ke depan. Sehingga ketahanan nasional kita harus dipersiapkan," kata Dicky.

Baca juga: 72 Tahun Terbentuk, Pertama Kalinya WHO Hadapi Pandemi seperti Corona

Penanganan Covid-19 masih harus dibenahi

Dicky juga mengingatkan bahwa masih ada beberapa poin yang harus dibenahi terkait upaya penanganan Covid-19 di Indonesia.

Menurut Dicky, beberapa hal tersebut antara lain infodemic dan polarisasi politik dalam penanganan corona.

Dicky menyebut polarisasi ini masih terlihat baik di dunia maya maupun dunia nyata.

"Polarisasi bangsa masih terjadi pasca-pilpres. Sisa perbedaan ini nyata terlihat di diskusi dunia maya dan media. Ini memprihatinkan dan berbahaya," kata dia. 

"Karena salah satu kunci keberhasilan penanganan pandemi (dalam siklus manajemen risiko pandemi) adalah adanya sinergitas dan kolaborasi," ungkap Dicky. 

Baca juga: Tak Patuh Aturan PSBB, Pengendara Diarahkan ke Luar Tol Tanpa Ditilang

Terjadinya polarisasi ini sangat menghambat penanganan covid-19. Terutama pada tingkat masyarakat, sehingga ada sebagian masyarakat yang menyepelekan bahaya penyebaran covid-19.

Dia juga menilai strategi komunikasi risiko juga masih lemah. Padahal strategi komunikasi ini berperan penting dalam memastikan pesan penting kepada masyarakat bisa diterima dan dilaksanakan

Dicky juga menyoroti banyaknya informasi yang dikeluarkan oleh mereka yang bukan pakar di bidangnya. Banjir informasi atau infodemic ini turut memengaruhi pola pikir masyarakat dan menurunkan kepercayaan masyarakat yang berfikir kritis dan memiliki pengetahuan.

"Poinnya, perbanyak tes, perkuat dukungan,  jumlah tenaga medis, perkuat strategi komunikasi risiko, lawan infodemic dan perkuat kolaborasi serta hindari polarisasi," kata Dicky.

Baca juga: Temani Social Distancing, BTS Akan Tayangkan Konsernya di YouTube

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi