Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Pelajar di China Persiapkan Diri Hadapi Gaokao Setelah Pandemi Virus Corona Reda...

Baca di App
Lihat Foto
AFP/NOEL CELIS
Orang-orang mengenakan masker sampai di Stasiun Kereta Hankou, Wuhan, untuk menumpang kereta pertama setelah pemerintah mencabut lockdown guna menangkal virus corona pada 8 April 2020. Sudah 76 hari warga ibu kota Hubei tersebut dikarantina demi mencegah penyebaran wabah.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Seorang pelajar dari salah satu sekolah di Wuhan, China, Xiong Yanfei, setiap hari belajar di rumah agar dapat mengerjakan ujian sekolah.

Dilansir dari CNN, Xiong mulai belajar pukul 08.00 pada pagi hari, dan selesai pada pukul 11.00 pada malam hari.

Aktivitas ini dijalaninya kala lockdown karena wabah virus corona selama lebih dari tiga bulan terakhir.

Biasanya, saat di sekolah, ia memiliki sedikit waktu untuk istirahat siang.

Namun, saat pandemi virus corona, ia harus belajar seharian di depan laptop karena adanya penguncian di Kota Wuhan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya sangat cemas. Ujian masuk perguruan tinggi merupakan titik balik yang penting. Latar belakang pendidikan seseorang sangat penting. Hanya ada sedikit sekali orang sukses yang tidak berpendidikan tinggi," ujar Xiong, seperti diberitakan CNN.

Baca juga: Lockdown Berakhir di Wuhan, Aplikasi Permohonan Menikah Error karena Pendaftar Membludak

Setiap tahun, jutaan siswa SMA dan SMK di seluruh China mengikuti ujian masuk perguruan tinggi yang dikenal dengan Gaokao.

Prosesi Gaokao akan berlangsung 9 jam selama 2 hari dan mencakup empat mata pelajaran yaitu:

Nilai tinggi dalam ujian merupakan satu-satunya cara untuk masuk ke universitas-universitas top di China.

Jika memiliki nilai Gaokao yang tinggi, menurut Xiong, akan membantu mengamankan masa depannya. 

Tekanan besar harus ditanggung siswa agar sukses dalam ujian. Pada 2019, Pemerintah China meminta orangtua dan guru untuk tidak membebani mereka dengan tugas lainnya.

Awalnya, Gaokao akan dilaksanakan pada Juni 2020. Akan tetapi, karena situasi wabah virus corona, Pemerintah China telah menunda pelaksanaan hingga satu bulan.

Akibatnya, siswa dan guru berpekulasi mengenai apakah penangguhan akan membantu atau justru malah menghambat nilai mereka. 

"Setelah Gaokao ditunda, saya lebih cemas. Tetapi ini adalah pertempuran psikologis dan saya harus menang, saya harus menang," ujar Xiong dalam akun Weibo-nya.

Baca juga: Benarkah Virus Corona Penyebab Covid-19 Berasal dari Pasar Wuhan?

Lakukan atau tinggalkan

Untuk wilayah selain Beijing dan Provinsi Hubei, ujian Gaokao akan dilaksanakan pada 7- 8 Juli 2020.

Ujian Gaokao di Beijing dan Hubei belum ditentukan jadwalnya. 

Berdasarkan keterangan dari kantor berita resmi Xinhua, siswa senior di SMA dari sejumlah provinsi telah kembali bersekolah.

Siswa-siwa yang bersekolah di Beijing, Shanghai, Guangdong, dan Hubei masih menunggu untuk kembali ke sekolah dan masih tetap belajar secara online.

Siswa tingkat akhir di sekolah Shanghai dan Guangdong rencananya akan kembali bersekolah pada 27 April 2020.

Namun, keterlambatan Gaokao telah memecah belah siswa.

Beberapa orang bergembira lantaran diberi waktu ekstra selama sebulan untuk ujian Gaokao.

Namun, ada pula siswa yang tertekan karena waktu belajar mereka bertambah sebulan.

Untuk mempersiapkan Gaokao, tidak jarang siswa menghabiskan lebih dari 14 jam sehari di sekolah. Mereka akan belajar kembali setelah seharian belajar mandiri.

Baca juga: Ketika Wuhan Berangsur Pulih Pasca 11 Minggu Lockdown akibat Covid-19

Pengaruh Gaokao

Hasil ujian Gaokao adalah satu-satunya kriteria untuk masuk ke universitas di China.

Selain Xiong, salah satu siswa di Guangzhou, Sharon Li, merasa lega karena ada penundaan Gaokao.

Sebab, ia telah belajar dari rumah untuk mempersiapkan Gaokao selama berminggu-minggu, yakni mulai dari pukul 07.30-18.00.

Setelah itu, ia mengerjakan PR tambahan.

Li mengungkapkan, ketika ia mulai belajar di rumah, ia menempatkan dirinya di bawah tekanan yang lebih besar untuk bersaing dengan siswa lain.

Ia pun mengingat salah satu nasehat dari gurunya perihal sikap malas.

"Guruku berkata, karena kita tidak dapat membandingkan seberapa keras kita belajar satu sama lain di saat ini, beberapa siswa tidak akan merasakan tekanan. Dan begitu kita kembali ke sekolah dan mengambil ujian, kita akan menyadari seberapa jauh kita tertinggal," ujar Li.

Untuk mempersiapkan diri, ia bahkan begadang untuk belajar hingga pukul 02.00 dini hari. 

Tetapi, kesehatan mental dan nilainya justru menurun.

Sekarang, dengan tambahan waktu satu bulan untuk belajar, Li berharap untuk bisa belajar dengan lebih santai.

"Saya bisa menggunakan satu bulan tambahan ini untuk memperkuat titik kelemahan saya. Mungkin saya bisa membuat beberapa keajaiban, mungkin saja," ujar Li.

Baca juga: Adaptasi Warga Wuhan Jalani Hidup Normal Setelah Dua Bulan Lockdown 

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Wabah Virus Corona, Siapa yang Perlu Periksa ke Rumah Sakit?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi