Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal-hal Detail Ini Bantu Jerman Bangun Pertahanan Hadapi Virus Corona, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
WOLFGANG RATTAY/Reuters
Polisi berpatroli di area bunga sakura di Bonn, Jerman.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pada suatu makan siang, Januari 2020, seorang pekerja di sebuah perusahaan suku mobil Jerman berpaling ke seorang rekannya dan meminta garam.

Rekan kerja tersebut adalah mata rantai awal dalam transmisi virus corona antar manusia yang didokumentasikan pertama kali di luar Asia.

Para pekerja itu tinggal di Stockdorf, salah satu kota dekat Munich, dan bekerja di pemasok suku cadang mobil Webasto Group.

Terungkap bahwa pekerja pembawa virus ke Webasto adalah seorang pekerja wanita yang berasal dari China.

Adegan makan siang pada 22 Januari 2020 itu merupakan satu dari lusinan peristiwa yang dijadikan awal pelacakan oleh para ilmuwan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka selanjutnya melakukan pengujian, dan pengisolasian pekerja yang terinfeksi, sehingga pemerintah daerah dapat menghentikan penyebaran virus corona.

Baca juga: Angka Kematian Akibat Corona di Jerman Rendah, Ini Beberapa Alasannya

Cermat melacak rantai infeksi virus corona

Perburuan itu telah membantu Jerman memenangkan waktu penting untuk membangun pertahanan melawan Covid-19.

Wabah virus corona yang ditularkan secara lokal dimulai lebih awal daripada Italia, tetapi Jerman memiliki angka kematian yang jauh lebih sedikit.

Saat itu, Jerman telah memulai kampanye informasai dan strategi pemerintah untuk mengatasi virus corona bergantung pada pengujian secara luas.

"Kami belajar bahwa kami harus dengan cermat melacak rantai infeksi untuk menghentikannya," kata Clemens Wendtner, dokter yang merawat pasien di Munich, seperti dilansir dari Reuters.

Wendtner bekerja sama dengan beberapa ilmuwan top Jerman untuk menangani klaster Munich dan memberitahu pemerintah Bavaria tentang cara merespons virus corona.

Para ilmuwan, termasuk Kepala Petugas Medis Inggris Chris Whitty memuji tes awal Jerman yang mampu memperlambat penyebaran virus.

"Kita semua tahu Jerman berada di depan dalam hal melakukan tes untuk virus dan ada banyak pelajaran dari itu," kata Chris di televisi awal pekan ini.

Baca juga: Kisah Cinta Pasangan Lansia di Perbatasan Denmark-Jerman Saat Virus Corona...

Diary Elektronik

Pada 27 Januari 2020, CEO Webasto Holger Engelmann melaporkan kepada pihak berwenang bahwa salah satu karyawannya telah dinyatakan positif virus corona.

Wanita yang berbasis di Shanghai itu berada di Jerman beberapa hari untuk menghadiri workshop dan pertemuan di Kantor Webasto.

Orangtua wanita itu, dari Wuhan, telah mengunjunginya sebelum ia pergi ke Stockdorf pada 19 Januari 2020.

Saat berada di Jerman, ia merasakan nyeri dada, punggung, dan merasa lelah. Tetapi, ia mengira hanya gejala jetlag.

Wanita itu kemudian merasakan demam pada saat penerbangan kembali ke China dan dinyatakan positif setelah mendarat.

Belakangan, orangtuanya juga dinyatakan positif Covid-19. Ia pun memberitahu manajernya tentang hasil itu dan mengirim email ke CEO.

Di Jerman, Engalmen membentuk tim krisis untuk memberitahu otoritas medis dan mulai melacak karyawannya yang pernah melakukan kontak dengan rekan mereka dari China.

Tugas menemukan siapa yang melakukan kontak dengannya dipermudah oleh kalender atau diary elektronik pekerja Webasto.

"Itu adalah keberuntungan. Kami mendapat semua informasi yang kami butuhkan dari staf untuk merekonstruksi rantai infeksi," kata Wendtner.

Misalnya, pasien 1 merupakan orang pertama di Jerman yang terinfeksi oleh wanita China.

Ia duduk di sebelahnya dalam sebuah pertemuan di sebuah ruangan kecil pada 20 Januari 2020.

Ketika data diary itu tak lengkap, para ilmuwan sering menggunakan urutan genom keseluruhan dan menganalisis perbedaan kode genetik virus dari pasien yang berbeda untuk memetakan penyebarannya.

Dengan mengikuti semua tautan ini, mereka menemukan bahwa pasien 4 telah berhubungan beberapa kali dengan pasien Shanghai.

Kemudian, kasus 4 duduk saling berhadapan dengan seorang kolega di kantin.

Ketika kolega itu berbalik untuk meminta garam, para ilmuwan menyimpulkan, virus berpindah di antara mereka. Rekan itu kemudian menjadi pasien 5.

Baca juga: Kunci Mengapa Angka Kematian akibat Virus Corona di Jerman Rendah

Skenario Hammer and Dance

Sejauh ini, tingkat kematian akibat virus corona di Jerman sebesar 1,9 persen, terendah di antara negara-negara yang memiliki kasus tertinggi.

Meski demikian, para ahli menyebut akan lebih banyak kematian di Jerman dan tak bisa dihindari.

Menurut Robert Koch Institute, Jerman telah melakukan lebih 1,3 juta tes. Bahkan, Jerman saat ini bisa melakukan hingga 500.000 tes dalam seminggu.

Pemerintah Jerman memanfaatkan sedikit waktunya untuk menggandakan jumlah tempat perawatan intensif.

Padahal, menurut sebuah studi pada 2012, Jerman sudah mencatatkan jumlah perawatan kritis tertinggi di Eropa per kepala populasi.

Meski demikian, jumlah itu mungkin masih tak cukup. Sebuah makalah Kementerian Dalam Negeri yang dikirim ke departemen pemerintah lainnya pada 22 Maret 2020 menyebut, skenario terburuk dengan lebih dari 1 juta kematian.

Skenario lain melihat 12.000 kematian dengan lebih banyak pengujian setelah melonggarkan sebagian pembatasan.

Skenario itu dijuluki "hammer and dance", sebuah istilah yang diciptakan oleh blogger Tomas Pueyo.

Hammer atau palu merujuk pada tindakan agresif cepat selama beberapa minggu, termasuk jarak sosial yang besar.

Kemudian, diikuti oleh dance atau tarian yang mengkalibrasi langkah-langkah tersebut, bergantung pada tingkat transmisi.

Rancangan rencana aksi selanjutnya yang disusun oleh pemerintah adalah penelusuran cepat rantai infeksi, pemakaian topeng wajib di depan umum, dan batasan pada pertemuan untuk membantu memungkinkan kembali secara bertahap ke kehidupan normal setelah dikuncinya Jerman.

Pemerintah juga mendukung pengembangan aplikasi smartphone untuk membantu melacak infeksi.

Jerman mengatakan akan mengevaluasi kembali kuncian setelah liburan Paskah, sementara Kantor Webasto kini telah dibuka kembali.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi