Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 8 Apr 2018

Dosen dan praktisi komunikasi strategis yang sekarang menjadi pengasuh pondok pesantren Seblak di Jombang, Jawa Timur.

Takut kepada Tuhan dengan Benar di Tengah Pandemi Corona

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Pekerja berjalan di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (8/4/2020). Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta mengumumkan sebanyak 30.137 pekerja terkena PHK dan 132.279 pekerja terpaksa dirumahkan untuk sementara waktu akibat lesunya ekonomi nasional karena pandemi virus Corona (COVID-19). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Editor: Heru Margianto


VIRUS Corona atau Covid-19 masih menghantui warga bumi. Hingga saat ini tidak kurang dari 210 negara terdampak virus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang ini.

Worldometers, lembaga pencatat statistik dunia yang live Sabtu (11/4/2020) menunjukkan jumlah infeksi virus di dunia mencapai 1.699.815 kasus dengan 376.500 orang dinyatakan sembuh. Namun sebanyak 102.741 orang meninggal dunia.

Amerika Serikat dilaporkan kini menjadi negara dengan kasus tertinggi sebanyak 531.257 orang terinfeksi.

Dua negara lain juga memprihatinkan yaitu Spanyol dengan kasus positif 163,027, dengan kematian 16.606 orang, dan kesembuhan 59,109 orang. Berikutnya adalah Italia dengan 157,271 kasus positif, 19,648 meninggal, dan 32,534 sembuh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cina yang dikabarkan jadi titik awal tersebarnya Covid19 kini justru tampak sudah melewati masa berat mereka.

Tercatat 81,953 kasus total, 3,339 meninggal, 77,527 sembuh dan tidak tercatat penderita baru dan tidak ada kematian baru.

Dari data yang ada, kecepatan menyebarnya Covid19 justru terjadi di bulan April ini. Ini adalah catatan statistiknya:

Memaksa pemerintah kerja keras

Kecepatan dan kemudahan menyebarnya Covid 19 memaksa seluruh aparat pemerintah kerja keras.

Aturan baru dikembangkan dan diterapkan untuk mengurangi bahkan melarang pertemuan besar warga dengan tujuan menurunkan dan mencegah kontak fisik antarwarga.

Perkumpulan warga terbukti menjadi lahan subur menyebarnya Covid19 dengan cepat, dan sulitnya pemantauan siapa saja yang sudah terpapar.

Setelah Tabligh Akbar, Pakistan mengkarantina 20.000 orang setelah mereka menghadairi acara tersebut 10-12 Maret lalu di Lahore.

Pemerintah Pakistan masih mencari puluhan ribu orang lagi yang diduga ikut hadir dalam acara tersebut.

Di India, setelah acara yang diselenggarakan di Nizamuddin sebelah barat New Delhi, lebih 1.000 jamaah dibawa polisi, 335 dirawat di rumah sakit dan ribuan lainnya sedang dicari.

Polisi dan TNI turun di jalan menegakkan aturan dengan satu tujuan: mencegah tersebarnya Covid 19 lebih luas.

Dokter dan petugas medis menjadi pasukan garga depan dalam mendeteksi dan merawat ODP dan PDP.

Mereka menunjukkan profesionalisme, pengabdian dengan mempertaruhkan nyawa mereka ada di barisan paling depan berhadapan dengan ODP dan PDP.

Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, hingga 4 April lalu, PB IDI mencatat 18 dokter dan 6 dokter gigi meninggal (saya berdoa mereka syahid) terkait Covid19. Pada 6 April 2 orang dokter lagi meninggal terkait Covid19.

Lebih takut kepada Tuhan

Lepas dari fakta dan angka-angka terkait Covid19, ada orang yang tetap atau ingin menyelenggarakan acara terutama acara keagamaan dengan kehadiran banyak orang.

Salat Jumat salah satu contohnya, dan salat tarawih nanti di bulan Ramadlan.

Mereka berdalih bahwa mereka lebih takut pada Tuhan daripada pada penyakit. Atau dengan argumen sederhana, wong orang mau salat Jumat kok enggak boleh!

Menurut mereka, orang bisa sakit dan meninggal karena apa saja, termasuk karena sakit dan karena Covid19. Subhanallah!

Lalu, jika Covid19 tersebar di kawasan mereka akibat acara yang menghadirkan banyak warga, siapa yang bertanggungjawab?

Jika ada yang positif ODP atau PDP, siapa yang bertanggungjawab?

Siapa yang siap mendampingi dan merawat? Siapa yang bersedia berbagi kesedihan jika ada warga yang meninggal akibat Covid19 sedang mereka menjadi takut tertular?

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, agama rahmat dan karunia bagi umat manusia. Agama dengan nilai kasih sayang dan saling membantu dan melindungi sesama manusia.

Harusnya kita lebih takut kepada Tuhan karena tidak melindungi keluarga, kerabat, tetangga dan warga kampung sehingga mereka diterpa penyakit, menderita kesehatan dan ekonomi, dan meninggal.

Ini wujud ibadah nyata.

Kita mohon ampun Tuhan. Saya tidak menjalankan ibadah lain karena situasi yang tidak memungkinkan. Tuhan Maha Pengampun, Rahman dan Rahim.

Tetapi kita mungkin tidak diampuni keluarga, kerabat, tetangga dan warga kampung jika mereka ditimpa kesedihan, apalagi jika ada yang kehilangan salah satu keluarga mereka karena kita teledor, abai pada penjagaan diri, dan abai aturan dan anjuran.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi