Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalani Isolasi di Masa Wabah Corona, Waspada dan Kenali Gejala Demam Kabin

Baca di App
Lihat Foto
fully.com
Ilustrasi WFH.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang terjadi di seluruh dunia mau tidak mau membawa banyak perubahan bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Salah satu yang paling terasa adalah imbauan bahkan larangan berkegiatan di luar rumah, sehingga segala sesuatu sebisa mungkin diselesaikan dari dalam rumah saja.

Mulai dari makan, olahraga, istirahat, belajar, bahkan bagi mereka yang memungkinkan, bekerja pun diminta untuk dilakukan dari rumah saja.

Untuk minggu-minggu pertama, bekerja dari rumah dan melakukan banyak kegiatan bersama dengan keluarga di rumah masih menyenangkan. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tapi bagaimana bila imbauan atau perintah untuk tinggal di rumah itu berlangsung dalam waktu yang relatif lama, berbulan-bulan misalnya?

Hal itu ternyata bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang dan menimbulkan satu gangguan yang disebut sebagai cabin fever atau demam kabin.

Baca juga: Cegah Corona, 3 Maskapai Ini Terapkan Physical Distancing, Berikut Penjelasannya

Apa itu demam kabin?

Dikutip dari The Straitstime (12/4/2020), demam kabin bisa digambarkan sebagai suatu kondisi di mana seseorang merasa gelisah ketika terjebak dalam ruangan tertutup yang terbatas dalam jangka waktu yang lama.

Nama demam kabin sebenarnya berasal dari masyarakat Amerika Utara di masa lalu, yang banyak terjebak di kabin kayu milik mereka saat tiba musim dingin yang panjang.

Psikiater dan filsuf asal Jepang, Karl Jaspers menyebut keterbatasan ruang gerak dalam waktu panjang seperti ini dapat berdampak besar pada kondisi psikologis seseorang.

Meskipun ini bukan gangguan yang secara resmi terdaftar dalam kasus kejiwaan, namun demam kabin ini bisa menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan mental.

Kembali pada teori yang menyebut manusia sebagai makhluk sosial, setiap mausia membutuhkan kontak dan kerja sama dengan individu lain untuk bisa bertahan hidup.

Misalnya penurunan imunitas yang dialami para peneliti yang bekerja di stasiun kutub, atau astronot yang menghabiskan sekian watunya di luar angkasa.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Stres akibat Khawatir Virus Corona?

Dampak demam kabin

Keterasingan secara sosial dapat memicu timbulnya rasa kesepian, rasa takut kepada orang lain, kekhawatiran berlebih, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri, kepribadian dan kondisi ekonomi seseorang akan sangat berpengaruh pada proses isolasi atau karantina diri di rumah.

Misalnya orang introvert mungkin akan sangat mudah melalui masa-masa ini, karena itu sesuai dengan kepribadiannya. Namun tidak dengan orang ekstrovert atau yang terbiasa melakukan banyak kegiatan dan interaksi di luar.

Pun dengan orang-orang dengan kondisi keuangan yang cukup, tinggal di rumah bukan lah masalah yang terlalu berat. Mereka masih tetap bisa bertahan hidup dan mendapatkan penghasilan meski dari dalam rumah saja.

Namun hal itu tidak berlaku bagi mereka yang secara ekonomi tidak begitu beruntung, cadangan makanan dan uang yang mereka miliki hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup hari ini atau sehari setelahnya.

Mereka pun harus keluar dan bekerja agar mendapatkan uang untuk bertahan hidup.

Baca juga: Beberapa Tips agar Tidak Stres Saat Pandemi Virus Corona

Gejala

Demam kabin memiliki kemiripan dengan Affective Disorder dan claustrophobia. Penderitanya akan mengalami serangkaian sinyal marabahaya seperti gelisah, mudah tersinggung, tidak sabar, perasaan lesu, kesulitan berkonsentrasi, atau tidak memiliki motivasi.

Selain itu, gejala yang juga bisa ditunjukkan adalah seseorang banyak makan sehingga mengalami penambahan berat badan, dan mengalami gangguan tidur, baik kesulitan, atau terlalu banyak tidur.

Risiko yang bisa ditimbulkan

Mengalami serangkaian perasaan dan kondisi kejiwaan yang tidak stabil sebagaimana dijelaskan di atas bisa memiliki konsekuensi lebih panjang.

Misalnya seseorang mengalami depresi, termotivasi untuk bunuh diri, konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Belum lagi kebingungan secara finansial selama menghadapi virus mematikan ini. Semua itu bisa berakibat pada kondisi kesehatan mental.

Baca juga: Lepas Stres, Berikut 6 Cara Mengatasinya

Cara penanganan

Agar terhindar dari semua itu, terdapat beberapa cara yang disarankan.

Misalnya menjaga kontak sosial dengan orang-orang walaupun hanya melalui media sosial atau dilakukan secara digital

Seseorang juga sebisa mungkin untuk menghindari konflik dengan siapa pun, karena konflik bisa memicu masalah lain.

Menghabiskan waktu di luar ruangan juga disarankan. Membiarkan tubuh ada di bawah sinar matahari, menikmati segarnya udara, melihat pohon hijau dan burung yang beterbangan, bisa membantu mengatur ritme kerja tubuh seseorang.

Melakukan olahraga dan menjaga pola hidup normal (jadwal makan, istirahat) juga disarankan. Jangan karena terlalu lama di rumah, sehingga pola-pola yang sebelumnya terjaga menjadi kacau dan berantakan.

Lebih baik lagi, apabila selama menjalani masa isolasi, seseorang menjajal berbagai hal baru dan memantik kreativitas yang selama ini mungkin kurang terasah.

Selain itu, mengitu berbagai kegiatan positif (via digital) juga bisa dilakukan, seperti penggalangan dana, kelas online, dan sebagainya.

Baca juga: Khawatir terhadap Virus Corona? Simak Sejumlah Cara untuk Atasi Stres

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi