Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembuh dari Corona, Jadi Kebal atau Dapat Terinfeksi Kembali? Simak Penjelasannya...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan uji cepat (rapid test) massal Covid-19 dengan skema drive thru di GOR Pajajaran, Bogor, Sabtu (4/4/2020). Sebanyak 128 orang dalam pemantauan (ODP) mengikuti rapid test ini dari target 284 orang.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Jumlah kasus virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 telah mencapai 2 juta kasus secara global pada Rabu (15/4/2020) sore.

Angka ini terus meningkat lantaran virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan tersebut terus menyebar di seluruh dunia.

Kendati demikian, angka kesembuhan akibat Covid-19 juga terus mengalami peningkatan dan tercatat sebanyak 484.640.

Baca juga: Mengapa Masyarakat Indonesia Susah untuk Diminta Tetap di Rumah Saat Pandemi Corona?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari Independent, Sabtu (11/4/2020), walaupun tingkat pemulihannya menjanjikan, hal tersebut tidak berarti bahwa mereka yang telah terinfeksi dan sembuh dari virus corona tidak berisiko tertular kembali.

Sebab para ahli mempercayai, jika Anda telah terinfeksi Covid-19, maka tidak berarti Anda tidak akan terinfeksi kembali.

Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui tentang penularan dan kekebalan terkait virus corona:

Jika Anda sembuh dari Covid-19, apakah Anda menjadi kebal?

Direktur Pencegahan dan Perawatan Penyakit Pneumonia di Rumah Sakit Persahabatan China- Jepang di Beijing, Li QinGyuan mengungkapkan, mereka yang telah terinfeksi Covid-19 mengembangkan antibodi pelindung, tetapi belum jelas berapa lama perlindungan tersebut berlangsung.

"Namun, pada individu tertentu, antibodi tidak dapat bertahan lama. Bagi banyak pasien yang telah sembuh, ada kemungkinan kambuh," ujar Li kepada USAToday.

Pada anak-anak, saat ini diyakini bahwa virus menyebabkan perkembangan kekebalan jangka pendek.

"Tidak ada yang tahu pasti, tetapi kebanyakan anak-anak kemungkinan mengembangkan setidaknya kekebalan jangka pendek terhadap virus corona yang menyebabkan Covid-19," ujar asisten professor pediatri di University of Texas Medical School di Houston, Dr Peter Jung kepada The Huffington Post.

"Tetapi seperti halnya flu dapat bermutasi, demikian juga Covid-19, yang akan membuat seseorang rentan untuk mendapatkan infeksi kembali," lanjut dia.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona Mulai Muncul, Apa Saja?

Sementara itu, dokter penyakit menular di Penn Medicine dan Direktur Medis Penn Global Medicine, Dr Stephen Gluckman menyampaikan, tampaknya memiliki riwayat Covid-19 mengakibatkan kekebalan pada sebagian besar individu.

"Virus corona bukan hal baru, mereka sudah ada sejak lama, dan banyak spesies. Jadi, kita tahu cukup banyak tentang virus corona secara umum. Menurut saya, sebagian besar pasien yang terkena Covid-19, maka ia kebal," ujar dia.

Namun, ia pun mengaku tidak memiliki cukup data untuk mengatakan hal itu.

Kesimpulannya, orang yang pada awalnya pulih lebih cenderung kambuh daripada terinfeksi kembali dengan virus.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Pengujian kekebalan

Menurut sebuah penelitian, orang dengan infeksi ringan dapat dites positif terkena virus melalui penyeka tenggorokan selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu setelah penyakitnya.

Namun, itu tidak berarti tidak mungkin tertular penyakit lagi, terutama bagi mereka yang immunocompromised.

"Respons kekebalan terhadap Covid-19 belum dipahami. Pasien dengan infeksi MERS-CoV tidak mungkin terinfeksi kembali tidak lama setelah mereka pulih, namun belum diketahui apakah perlindungan kekebalan serupa akan diamati untuk pasien dengan Covid-19," ujar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Sementara itu, para ahli merekomendasikan mereka yang telah terinfeksi mengikuti langkah-langkah kebersihan yang digariskan oleh CDC,termasuk menjauhi orang yang sakit, sering mencuci tangan, dan menutupi batuk dan bersin.

Di sisi lain, sebuah studi tentang SARS, menemukan antibodi untuk penyakit tersebut berlangsung dua tahun.

Baca juga: Hampir 2 Juta Kasus, Kapan Pandemi Virus Corona Akan Berakhir?

Peran antibodi

Dilansir dari Bussiness Insider, Senin (13/4/2020), Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci mengatakan, ia yakin seseorang yang terinfeksi pada Maret harus memiliki kekebalan setidaknya selama musim gugur.

Ketika tubuh Anda diserang oleh virus, bakteri, atau patogen berbahaya lainnya, sistem kekebalan tubuh Anda menghasilkan antibodi untuk melawannya.

Antibodi tersebut kemudian dapat memberikan kekebalan dari serangan di masa depan.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Menurut Profesor Emeritus Kesehatan Masyarakat di University of California, Berkeley, John Swartzberg menyampaikan, mungkin belum ditetapkan bahwa antibodi yang diproduksi untuk melawan virus corona jenis baru akan mencegah infeksi kedua.

“Ada setiap alasan untuk berpikir bahwa antibodi yang kami hasilkan terhadap Covid-19 akan melindungi kami, berdasarkan pengalaman kami dengan virus corona lain dan sebagian besar, tetapi tidak semua, hanya penyakit menular lainnya,” kata Swartzberg kepada Business Insider.

Berdasarkan, laporan 14 Maret menunjukkan bahwa monyet yang pulih dari paparan SARS-CoV-2 tidak mengembangkan infeksi kedua ketika terpapar kembali.

Seperti yang diketahui kebanyakan manusia yang bertahan Covid-19 mengembangkan antibodi khusus untuk penyakit ini.

"Itu pertanda baik bahwa kita kemungkinan memiliki setidaknya kekebalan sementara setelah infeksi. Yang belum kita ketahui adalah berapa lama kekebalan itu akan bertahan, kualitas kekebalan itu, dan apakah semua individu akan menghasilkan respons kekebalan tinggi yang tahan lama," ujar Ketua Departemen Mikrobiologi di Universitas Alabama di Birmingham.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Pola virus corona

Membandingkan Covid-19 dengan virus corona terkait dapat membantu kita mengetahui berapa lama kita bisa kebal.

Sebab, Covid-19 berada dalam keluarga virus yang sama dengan SARS, para peneliti memfokuskan pada pola yang terlihat pada penyakit itu.

Apakah setiap orang yang terpapar virus mengembangkan antibodi, dan apakah mereka berkembang cukup untuk menangkal infeksi ulang.

Sebuah studi pra-cetak dari para peneliti China yang belum ditinjau oleh rekan sejawat belum menemukan bahwa dari 175 pasien Covid-19 yang pulih, hampir 6 persen tidak memiliki antibodi yang terdeteksi.

"Terlalu dini untuk mendapatkan data pasti apa pun," kata ahli epidemiologi Universitas Drexel, Michael LeVasseur.

Baca juga: Kabar Baik, China Setujui 2 Vaksin Covid-19 Diujicobakan ke Manusia

Tetapi ia mengutip sebuah studi tentang wabah SARS 2002 hingga 2003 di China yang menemukan kekebalan dari virus itu berlangsung rata-rata dua tahun.

Sebuah penelitian pada 2017 terhadap pasien SARS menunjukkan, sebanyak 89 persen dari mereka yang pulih memiliki antibodi yang terdeteksi dua tahun setelah infeksi.

Namun, pada tanda enam tahun, hanya dua dari 23 pasien yang masih memiliki antibodi yang dapat dideteksi, menunjukkan berkurangnya pertahanan terhadap virus.

Sementara itu, virus corona jenis baru adalah virus RNA, seperti influenza, yang artinya dapat bermutasi. Ketika itu terjadi, antibodi yang terbentuk melawan satu jenis tidak selalu efektif terhadap jenis lainnya.

"Tidak terlalu banyak berubah, jadi kami harap ini tidak akan terlalu mejadi masalah," ujar Lund.

Para ilmuwan berharap apa yang disebut tes serologis dapat menguji antibodi khusus untuk virus korona dalam darah orang.

Baca juga: Temuan Baru, Diyakini Dapat Memecahkan Misteri Pengobatan Covid-19

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Istilah dalam Corona Virus Disease Covid-19 (2)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi