Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denmark Longgarkan Lockdown, Para Orangtua Menolak Kembali Sekolahkan Anak-anaknya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Oliver Foerstner
Suasana Kota Kopenhagen, Denmark, saat masa penguncian (lockdown) karena wabah virus corona, 2 Maret 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Denmark mulai melonggarkan penguncian (lockdown) yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus corona pada Rabu (15/4/2020).

Salah satu yang dilakukan adalah membuka kembali sekolah dan pusat penitipan anak.

Namun, kekhawatiran akan adanya potensi gelombang kedua kasus virus corona di negara itu membuat para orangtua memilih untuk menjaga anak-anaknya di rumah.

"Saya tidak akan mengirim anak-anak saya pergi (ke sekolah), apa pun yang terjadi," kata Sandra Anderson, penggagas grup Facebook 'My Kid is Not Going to be Guinea Pig' yang memiliki 40.000 pengikut, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (16/4/2020).

"Saya kira banyak orangtua berpikir, 'Mengapa anak saya harus pergi (ke sekolah)'" kata dia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Denmark telah menerapkan penguncian selama satu bulan penuh dengan menutup toko, bar, restoran, bioskop, dan pusat kebugaran.

Baca juga: Kisah Cinta Pasangan Lansia di Perbatasan Denmark-Jerman Saat Virus Corona...

Pada Rabu (15/4/2020), Perdana Menteri Merre Frederiksen mengatakan, kebijakan tersebut dilakukan atas rekomendasi otoritas kesehatan.

Dengan kembali beraktivitasnya anak-anak di sekolah, Frederiksen menganggap hal itu akan memungkinkan para orangtua untuk kembali bekerja dan membuat roda ekonomi negara kembali berputar.

"Mungkin akan sedikit seperti berjalan di tali. Jika kita berdiri diam di sepanjang jalan, kita bisa jatuh dan jika kita pergi terlalu cepat, bisa salah. Karena itu, kita harus mengambil satu langkah hati-hati pada satu waktu," kata Frederiksen.

Seorang ilmuwan di departemen penyakit menular di Universitas Aarhus Christian Wejse mengatakan, ia memahami perdebatan di masyarakat karena mereka telah menghabiskan satu bulan untuk berusaha menghindari kontak dan menjaga jarak.

Namun, menurut dia, infeksi baru tak akan terjadi bagi kelompok umur tertentu.

Berkaca dari Swedia, negara tetangga Denmark itu tak mengalami penngkatan kasus secara drastis setelah kembali mengaktifkan aktivitas persekolahan.

Anak-anak di Swedia juga dianggap tidak menjadi sumber utama penularan virus.

Meski telah membuka kembali sekolah, Pemerintah Denmark memastikan staf pengajar berada di bawah instruksi untuk menjaga jarak sosial di antara para siswanya dengan bangunan sekolah tetap tertutup.

"Kurasa tak pantas bagi anak-anak untuk tidak memeluk teman-teman mereka," kata Nonne Behrsin Hansen, seorang ibu dari dua anak.

"Kami menjaga anak-anak agar tetap di rumah karena situasi pada hari itu sangat memprihatinkan. Tapi kondisi yang mereka bangun sekarang bahkan lebih buruk," lanjut dia.

Untuk saat ini, setidaknya sebagian besar anggota Momster, jaringan online ribuan ibu-ibu di Denmark tak percaya bahwa pihak berwenang memiliki sejumlah langkah untuk mengantisipasi jika terjadi sesuatu.

"Tiba-tiba, ibu-ibu ini merasa seperti mereka hanya perlu membuang anak-anak mereka ke garis depan dan saya pikir reaksi mereka adalah: 'Jangan main-main dengan anak-anak kita'" kata Esme Emma Sutcu, pendiri dan CEO Momster.

Hingga hari ini, Denmark telah melaporkan 6.876 kasus infeksi virus corona dengan 309 orang meninggal dunia.

Baca juga: Suami Terkena Lockdown, Ayu Azhari Cerita Ketatnya Aturan di Denmark

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi