Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta dan Mitos Virus Corona, dari Mutasi hingga Periode Inkubasi 14 Hari

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/CHRISTIAN HARTMANN
Seorang pasien yang terinfeksi virus corona dibawa dengan brankar oleh petugas medis Perancis sebelum diterbangkan menggunakan helikopter dari rumah sakit Strasbourg ke Pforzheim, Jerman, pada 24 Maret 2020.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penyebaran wabah virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih menjadi momok di banyak negara.

Berdasarkan data dari situs real time Worldometers, jumlah kasus virus corona secara global tercatat sebanyak 2.178.848 hingga Jumat (17/4/2020).

Dari data itu, dilaporkan sebanyak 546.743 pasien sembuh dan 145.359 meninggal dunia.

Baca juga: Update Kasus Corona WNI di Luar Negeri 17 April: 394 Positif, 82 Sembuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjamurnya wabah ini diikuti dengan sejumlah informasi yang belum jelas kebenarannya.

Beredarnya informasi tersebut membuat resah masyarakat yang menerima dan membacanya.

Berikut sejumlah fakta dan mitos terkait seputar virus corona.

1. Virus corona bermutasi lebih mematikan (mitos)

Seluruh virus mengakumulasi mutasi dari waktu ke waktu, termasuk SARS-CoV-2.

Luas penyebaran dari berbagai virus bergantung pada seleksi alam. Artinya, virus yang dapat menyebar dengan cepat dan bereplikasi secara efektif dalam tubuh akan menjadi yang paling "sukses".

Namun, kondisi ini tidak selalu memposisikan virus menjadi paling berbahaya.

Sebab, virus mematikan akan membunuh dengan cepat atau membuat seseorang sangat sakit, sehingga kemungkinannya kecil untuk ditularkan.

Sementara itu, analisis genetik yang dilakukan para ilmuwan China terhadap 103 sampel virus pasien di Wuhan menunjukkan ada dua jenis strain yang terdeteksi, yakni L dan S.

Mereka menyebutkan, kemungkinan strain L lebih agresif, baik dalam hal transmisi maupun replikasi.

Tetapi, pada tahap ini, teori tersebut bersifat spekulatif. Karena, belum ada perbandingan langsung untuk melihat apakah orang yang terpapar satu strain virus cenderung lebih mampu menularkan atau menderita gejala yang lebih parah.

Baca juga: Mengapa Masyarakat Indonesia Susah untuk Diminta Tetap di Rumah Saat Pandemi Corona?

2. Virus tidak bisa menular di udara tropik (mitos)

Selain itu, informasi terkait virus corona yang dapat menular melalui udara pun tersebar di media sosial dan grup-grup percakapan.

Atas kejadian itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa hingga kini faktanya, virus corona tidak dapat menular melalui udara.

Adapun pihak WHO mengonfirmasi hal tersebut melalui akun resmi Instagram @who pada Jumat (10/4/2020).

"Anda bisa saja tertular virus jika berada dalam rentang jarak 1 meter dari penderita Covid-19," tulis pihak WHO dalam unggahannya.

Selain itu, mereka juga menjelaskan, Covid-19 dapat menular melalui droplet atau tetesan liur pasien positif virus corona dengan cara batuk, bersin, atau saat berbicara.

Kemudian, penularan juga dapat melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi droplet dan secara tidak sadar menyentuh mata, hidung, dan mumlut sebelum mencuci tangan.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

3. Virus dapat ditularkan melalui pandangan mata (mitos)

Tak hanya melalui udara, virus corona juga dikabarkan dapat menular melalui pandanga mata dari pasien yang terinfeksi positif kepada orang lain.

Menanggapi informasi tersebut, dokter spesialis paru, DR dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) menyampaikan, virus corona tidak dapat menular melalui pandangan mata.

Menurutnya, memang ada seorang petugas kesehatan yang terjangkit karena virus corona masuk ke dalam mata, meski mereka telah memakai masker kesehatan N95.

Tetapi, penularan ini tidak terjadi karena petugas tersebut berpandangan mata dengan pasien.

Penularan tersebut diindikasi terjadi lantaran petugas itu lupa mencuci tangan dan tanpa sadar menggosokan tangan ke area mata.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

4. Infeksi virus corona bisa mengenai semua umur (fakta)

Berdasarkan dari data yang terkumpul dari Quartz (31/1/2020), serangan virus corona jenis baru diketahui lebih banyak menginfeksi orang-orang dengan usia lanjut.

Meski masih tergolong virus baru, sebuah data yang ada di inggris dan China disebutkan ada 41 kematian yang terjadi akibat virus ini, 39 di antaraya terjadi pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.

Usia lanjut dinilai lebih rentan terinfeksi virus, sebab mereka berpotensi memiliki kondisi sakit yang lebih kronis seperti diabetes atau penyakit paru.

Kodisi tersebut membuat mereka kesulitan dalam menghadapi serangan patogen virus baru.

Sementara itu, dalam makalah New England Journal of Medicine menganalisis karakteristik 425 orang pertama di Wuhan yang terinfeksi oleh virus penyebab Covid-19 ini.

Ditemukan, tidak ada yang lebih muda dari usia 15 tahun.

Usia rata-rata pasien adalah 59 tahun, dan setidaknya pada pertengahan Januari, orang termuda yang meninggal akibat penyakit itu berusia 36 tahun.

Tak hanya itu, para NJEM penulis, menulis bahwa anak-anak mungkin akan mendapatkan virus tetapi gejala yang tampak akan lebih ringan dibandingkan orang dewasa.

Baca juga: Kisah Connie, Nenek 106 Tahun di Inggris yang Sembuh dari Covid-19...

5. Virus dapat mati dengan alkohol (fakta)

Saat ini sejumlah produk beralkohol disebut dapat membunuh virus corona, apakah semua alkohol dapat efektif dalam membunuh virus yang menyerang saluran pernapasan ini?

Produk disinfektan yang hampir keseluruhan berbasis alkohol mengandung larutan etanol tinggi antara 60-80 persen.

Kandungan tersebut dapat membunuh virus dengan cara yang sama efektifnya dengan sabun.

Namun, sabun lebih baik untuk digunakan membunuh virus. Sebab, cara kerja sabun yang dinilai lebih efektif.

Dengan sedikit air sabun yang dibasuhkan di permukaan kulit, dan menggosokkannya perlahan, cairan pada sabun sudah bisa menjangkau seluruh permukaan kulit Anda.

Sedangkan, jika menggunkan hand sanitizer berbasis alkohol atau disinfektan, tidak bisa dengan mudah menjangkau seluruh sela-sela bagian kulit.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

6. Periode inkubasi selama 14 hari (fakta)

Sebuah studi di China yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 30 Januari 2020 menemukan bahwa periode inkubasi rata-rata selama 5,2 hari.

Tim China yang melakukan penelitian tersebut menyebut, temua mereka mendukung periode pengamatan medis 14 hari untuk orang yang terpapar patogen.

Adapun perkiraan tersebut selaras dengan periode inkubasi pada virus corona jenis lain, seperti SARS yang juga memiliki masa inkubasi selama 5 hari.

Baca juga: Kenali Masa Inkubasi Virus Corona di Dalam Tubuh, Berapa Lama?

(Sumber: Kompas.com/Vina Fadhrotul Mukaromah, Dandy Bayu Bramasta, Amalia Zhahrina, Luthfia Ayu Azanella, Nur Rohmi Aida | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Sari Hardiyanto, Shierine Wangsa Wibawa, Rizal Setyo Nugroho)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mitos dan Fakta Soal Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi