Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miliki Keyakinan dan Jangan Panik, Berikut Kisah Orang-orang yang Berhasil Melewati Karantina Saat Pandemi Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi: isolasi mandiri, karantina mandiri, corona, covid-19
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Bagi banyak orang, sulit untuk berdiam diri di rumah dalam masa karantina akibat virus corona.

Namun, orang-orang ini berhasil melewatinya dengan bahagia.

Dilansir SCMP, Jumat (17/4/2020), seorang warga Beijing, Saurabh Datta, telah diminta melakukan karantina saat dia mendarat di ibu kota China, 1 Maret lalu.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia melakukan perjalanan dari Thailand, Jerman, dan singgah di Moskow bersama penumpang lainnya yang datang dari daerah pandemi, lalu mereka dikarantina di hotel.

Datta merasa awal karantinanya sulit di hotel pertama. Dia sempat dipindahkan dua kali ke hotel lain.

Butuh waktu untuk pulih dari keterkejutan karena dipaksa terisolasi. Dia menonton acara televisi dan tetap berhubungan dengan teman-temannya secara online.

Datta tidak boleh menerima tamu di kamarnya. Namun, teman-temannya bisa mengirim barang-barang yang ia butuhkan ke hotel, seperti laptop, hand sanitizer, suplemen vitamin C, cokelat, anggur, dan pakaian dalam.

Kadang orang-orang berpakaian hazmat (hazardous materials) atau pakaian dekontaminasi untuk melakukan tes kepada Datta.

Pemerintah pusat membayar semua kebutuhannya, menyediakan ambulans, petugas kesehatan, dan sebagainya sehingga Datta merasa diurus.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Hazmat Suit, Pakaian Pelindung dari Paparan Virus

Berbagi di media sosial

Selain Datta, ada Chan yang kembali ke Hong Kong dari London, Milan, dan Paris untuk mengikuti pekan mode. Dia juga dikarantina, tetapi di rumah.

Dia sempat stres satu dua hari pertama. Menurut dia, menjaga rutinitas normal sangat penting. Pada awalnya, stres mengakibatkannya sulit makan.

Kemudian, dia pun mengatur sendiri jadwal makan yang ketat. Makanannya dikirimkan melalui aplikasi Deliveroo, yaitu aplikasi masakan rumahan.

Akhirnya dia menemukan tujuan baru dalam mengisi konten media sosial Instagram yang pengikutnya mencapai lebih dari 60.000.

Dengan membagikan pengalamannya di Instagram, membuatnya merasa bermanfaat bagi orang lain.

"Ini bermanfaat bagi orang lain karena beberapa sedang mengalami apa yang saya alami, dan saya pun melihat masa depan mereka (melalui pengalaman saya)," katanya.

Proses tersebut juga memberikan kelegaan mental bagi Chan, sama seperti membuat jurnal atau diary.

Baca juga: Jangan Ngeyel, Mengapa Saat Wabah Virus Corona Wajib untuk di Rumah Saja?

Kuatkan mental

Seorang konselor dan psikoterapis di klinik kesehatan mental OT&P MindWorX di Hong Kong, Allison Heiliczer, memberikan penjelasan mengapa Datta dan Chan dapat melewati karantina dengan baik.

Dia mengatakan, keduanya secara sadar memikirkannya, menerima bahwa mereka mengalami masa sulit.

Setelah itu, mereka bisa memfokuskan energi untuk mengubah apa yang bisa diubah.

Teknik koping lain adalah mengidentifikasi bahwa itu semua bukan hanya tentang diri Anda dan menggantinya dengan tujuan yang lebih besar.

"Sering kali orang yang dikurung atau dipenjara yang paling kuat mentalnya adalah mereka yang tidak fokus pada diri mereka sendiri. Namun, bagaimana agar itu bermanfaat bagi orang lain," ujarnya.

Baca juga: Work from Home, Berikut Tips Lindungi Keluarga Anda di Rumah dari Virus Corona

Hal itu dapat menghilangkan fokus pada kecemasan, ketakutan mereka, dan mungkin menghilangkan narsisme.

Heiliczer menambahkan, sesuatu yang mendalam secara spiritual bisa membantu orang lain.

Dia menyarankan kepada mereka yang menghadapi kesulitan serupa agar tidak panik dan memikirkan bahwa itu semua akan berakhir.

Semua juga perlu bekerja sama dalam situasi ini dan berusaha yang terbaik untuk membantu sesamanya.

Selain itu, kurangi mengonsumsi berita yang negatif.

"Kita perlu waspada, tapi jangan terlalu banyak membaca sampai pada titik stres yang tidak perlu," kata Heiliczer.

Baca juga: Ramai soal Penolakan Jenazah Covid-19, Dokter: Pasien Meninggal, Virus Pun Mati

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi