Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona: Memahami Apa Itu Puncak Pandemi, Pengujian, dan Tingkat Kematian

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/Yves Herman
Seorang anggota tenaga medis tengah bekerja menangani Covid-19 di Rumah Sakit Erasme di Brussels, Belgia, 30 Maret 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Setelah ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO selama lebih dari satu bulan lalu, wabah virus corona masih terus menyebar.

Kasusnya sudah menginfeksi lebih dari 2 juta orang.

Selama hampir 4 bulan sejak virus corona jenis baru terdeteksi di Wuhan, China, pada akhir 2019, berbagai istilah muncul soal pandemi ini.

Tidak jarang istilah-istilah yang digunakan dipahami secara berbeda sehingga berpengaruh terhadap implementasi langkah yang dilakukan.

Beberapa istilah yang sering digunakan seperti pengujian massal, jumlah kasus, hingga angka kematian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi yang sangat berbeda. 

Orang-orang mulai mencari apa yang terjadi serta membandingkan kondisi virus corona di negaranya dengan negara lain yang telah lebih lama terpapar virus ini.

Akan tetapi, jika istilah yang digunakan dipahami secara berbeda, perbandingan yang dilakukan menjadi tidak tepat.

Oleh karena itu, penting memahami sejumlah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan perkembangan wabah virus corona.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 18 April: 2,2 Juta Orang Terinfeksi, 568.343 Sembuh

Berikut beberapa di antaranya:

Kasus yang terkonfirmasi

Beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat mendapatkan sorotan karena kasus infeksi virus corona di negara itu telah melebihi China.

Demikian pula dengan beberapa negara Eropa seperti Spanyol dan Perancis.

Namun, ada ketidakpastian tentang apakah jumlah kasus ini menggambarkan keadaan sesungguhnya. 

Masing-masing negara memiliki variasi dalam pengujian virus dan cara melaporkan jumlah kasus.

Para ahli mengatakan, sebagian besar infeksi justru tidak terdeteksi.

Jadi, perhitungan nasional yang dipublikasikan adalah gambaran kasar yang tidak lengkap.

Sebagian kecil negara telah melakukan pengujian yang agresif. Hasilnya, semakin banyak pengujian yang dilakukan, semakin banyak kasus yang ditemukan. 

Di Jepang, jumlah kasus virus corona relatif kecil. Negara ini hanya melakukan 500 pengujian pada setiap satu juta orang.

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa virus dapat menyebar tanpa terdeteksi.

Sebaliknya, di Korea Selatan, pengujian dilakukan terhadap lebih dari 8.000 orang setiap harinya dan Norwegia sebanyak sekitar 17.000 pengujian.

Baca juga: Ketika Amerika Serikat Kewalahan Hadapi Serangan Virus Corona 

Pengujian luas

Pengujian luas atau widespread testing juga seringkali disebut dalam penanganan virus corona.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, pengujian yang dilakukan AS merupakan yang terbanyak dibandingkan negara-negara lain. 

Namun, tidak hanya berapa banyak yang telah diuji, tetapi juga penting dilihat kapan dan siapa orang yang diuji.

Lagi-lagi, setiap negara memiliki kriterianya sendiri dan menciptakan arti sendiri dari angka yang nantinya muncul sebagai hasil pengujian luas tersebut. 

Beberapa negara seperti Korea Selatan, Australia, dan Singapura, sangat mementingkan pengujian massal dari awal wabah.

Mereka menggunakan informasi yang ada untuk melakukan penelusuran kontak, menemukan, dan menguji mereka yang berada dekat dengan orang yang terinfeksi meskipun tidak menunjukkan gejala. 

Upaya ini memberikan gambaran yang lebih lengkap dari penyebaran virus corona.

Meskipun tidak berada dalam skala yang sama, Jerman juga telah melakukan lebih banyak pengujian dan penelusuran kontak dari awal dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.

Namun, sebagian besar negara dengan jumlah kasus yang besar melakukan langkah pengujian yang lebih sedikit, menggunakan angka kasar, dan melakukan upaya yang minim untuk menelusuri kontak. 

Ada banyak kasus yang dapat dideteksi, tetapi negara-negara ini tidak dapat menjelaskan berapa banyak pertumbuhan dari epidemi ini. 

Ketidakmampuan untuk menjawab hal tersebut, negara pun membatasi pengujian hanya pada pasien yang sakit dan tenaga kesehatan.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan jika Hasil Rapid Test Virus Corona Positif atau Negatif?

Tingkat kematian

Italia dan Spanyol sering disebut sebagai negara dengan tingkat kematian pasien virus corona terbesar.

Sementara, Jerman tergolong rendah dan China berada di antaranya.

Namun, melihat tingkat kematian tidak bisa sesederhana itu. 

Mengutip New York Times, 4 April 2020, laporan terbaru menunjukkan bahwa di Wuhan, lebih dari ribuan guci kremasi telah dipesan.

Hal ini memunculkan dugaan bahwa kasus kematian dapat melebihi yang telah dikonfirmasi.

Wabah di Wuhan dan bagian negara Italia maupun Spanyol telah membuat rumah sakit kewalahan, membuat sebagian pasien yang sakit harus kembali ke rumah.

Tidak ada yang tahu berapa banyak orang yang sembuh atau meninggal tanpa pernah diuji.

Italia dan Perancis melaporkan total kematian yang secara umum hanya mencatat pasien yang meninggal di rumah sakit.

Di Jerman, beberapa pasien dikecualikan karena ada pengujian virus yang dianggap tidak sesuai standar di rumah sakit.

Dan jika hanya pasien sakit yang diuji, jumlah infeksi akan terlihat lebih kecil. Sementara, persentase kematian akan terlihat lebih tinggi.

Baca juga: 3 Alasan yang Membuat Angka Kematian Akibat Corona di Jepang Rendah

Puncak pandemi

Pihak berwenang maupun ahli sering mengatakan tentang puncak pandemi ketika negara meratakan kurva. 

Namun, apa yang dimaksud puncak pandemi dan bagaimana dapat dipastikan bahwa puncak tersebut telah dilewati?

Ketika sebuah pandemi berkembang tanpa terkendali, akan lebih banyak orang terinfeksi dan lebih banyak orang meninggal setiap harinya daripada hari-hari sebelumnya. 

Italia melaporkan peningkatan infeksi dari beberapa ratus infeksi baru pada awal Maret menjadi lebih dari 6.500 infeksi pada 21 Maret 2020.

Akselerasi ini tidak dapat terus terjadi tanpa batas waktu. Selain itu, Italia juga memperketat jarak fisik yang memperlambat penyebaran virus. 

Setelah hampir dua minggu, tampak jelas bahwa Italia melewati titik balik. 

Pada grafik, kurva harian kasus baru telah berubah dari naik ke atas menjadi bergerak ke samping atau rata dan bahkan mulai bergerak ke bawah.

Baca juga: Prediksi Pakar soal Covid-19: Capai 1,3 Juta Kasus, Puncak Pandemi, hingga Gelombang Kedua

Namun, ketika kurva telah rata, epidemi masih belum "memuncak" dengan parameter lain, yaitu jumlah kasus aktif.

Angka tersebut terus meningkat hingga jumlah pasien yang meninggal atau pulih setiap harinya akan lebih besar dari jumlah kasus infeksi baru. 

Untuk meringankan beban pada layanan kesehatan, kurva aktif juga harus rata dan turun. 

Di Indonesia sendiri, sejumlah pihak memprediksi periode puncak dari pandemi.

Melansir pemberitaan Kompas.com, Selasa (14/4/2020), pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono memprediksi puncak pandemi virus corona Covid-19 akan terjadi pada pertengahan Mei 2020. 

Sementara itu, hasil penelitian secara umum yang telah dilakukan oleh beberapa pihak seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Pusat Permodelan Matematika dan Semulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB), Ilmuwan Pengenalan Pola dari Pemda DIY, Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Ilmuwan Matematika UNS hingga gabungan tim dari UGM, juga menunjukkan prediksi serupa. 

Periode kritis diprediksi terjadi pada minggu kedua bulan April hingga awal Mei 2020 di mana tingkat pertambahan harian akan meningkat cukup tajam

Adapun pemulihan diprediksi paling cepat dari 110 hingga 150 hari.

Baca juga: Prediksi Sejumlah Pakar soal Puncak Wabah Virus Corona di Indonesia

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Istilah dalam Corona Virus Disease Covid-19 (2)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi