Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kartini dan Kardinah, "Ramalan" dan Firasat yang Jadi Kenyataan...

Baca di App
Lihat Foto
Litbang Kompas
Ramalan Kartini dan kisah pengabdian sang adik, Kardinah
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Hari Kartini. Setiap tahun, 21 April, seperti hari ini, diperingati sebagai Hari Kartini.

Hari Kartini menjadi momentum mengenang kisah perjuangan Raden Ajeng Kartini, yang menggelorakan semangat emansipasi di akhir abad 19-an hingga awal abad ke-20.

Selain cerita soal pingit perempuan masa lalu dan cita-citanya agar para perempuan bisa bersekolah, banyak kisah lain soal sosok Kartini yang tidak banyak diketahui publik.

Misalnya, Kartini yang pernah "meramalkan" bahwa hidupnya tak akan melewati usia 25 tahun dan firasat kuat Kartini bahwa perjuangan serta aspirasinya akan diteruskan oleh adiknya yang akan berumur lebih panjang. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari artikel pemberitaan Harian Kompas, 19 Desember 1969, "Ramalan" Ibu Kartini Djadi Kenjataan", Kartini pernah mengatakan sesuatu kepada adiknya yang bernama Kardinah.

"Saya tidak akan hidup lama, pada usia 25 tahun saya sudah akan mati. Meskipun saya mati, saya tidak mati. Saya terbang ke bulan. Dik Kardinah nanti yang akan meneruskan idam-idaman saya," demikian kata Kardinah menirukan pernyataan Kartini kepadanya. 

Pesan itu disampaikan Kartini sebelum ia dan sang adik harus berpisah rumah pada 1904, karena berumah tangga.

Ucapan itu terbukti benar terjadi. Pada usia 25 tahun, 17 September 1904, Kartini mengembuskan nafas terakhirnya.

Hingga kini belum diketahui pasti apa yang menyebabkan perempuan kelahirran 21 April 1879 itu meninggal dunia pada usia yang sangat muda.

Baca juga: Judul dan Liriknya Berbeda, Berikut Sejarah Lagu Ibu Kita Kartini

Sepak terjang Kardinah, adik Kartini

Firasat Kartini mengenai adiknya, Kardinah, yang disebut akan berumur panjang dan menjadi penerus mimpi Kartini juga benar terjadi.

Pada 1969, saat artikel itu dipublikasi, Kardinah dalam kondisi sehat dalam usianya yang sudah menginjak 88 tahun. Kardinah selisih 2 tahun lebih muda dari sang kakak, Kartini.

Sosok Kardinah kemudian melanjutkan mimpi-mimpi Kartini hingga berhasil mendirikan sekolah untuk perempuan, meski di tengah keterbatasan.

Nama lengkapnya Kardinah Reksonegoro.

Pada tahun 1904, Kardinah menikah dengan RM Reksoharjono, seorang patih di Pemalang, Jawa Tengah.

Saat itu, Kabupaten Pemalang masih memiliki kultur yang feodal dan kolot.

Di sana, Kardinah mencoba menyalakan mimpi kakaknya dengan mendidik kedua putrinya, juga putri-putri Bupati Pemalang ketika itu.

Sekitar 4 tahun berselang, suaminya diangkat menjadi Bupati Tegal. Kardinah pun menjadi sosok istri dari pejabat tertinggi di wilayah itu.

Hal ini menjadi kesempatan Kardinah untuk mewujudkan mimpi-mimpi Kartini dengan lebih leluasa, dengan kesempatan dan kuasa yang ketika itu ada di tangannya.

Ia pun mendirikan sekolah khusus untuk perempuan yang diberi nama Wisma Pranawa.

Namun, uang yang dimilikinya tidak cukup membiayai operasional sekolah tersebut.

Baca juga: 21 April, Selamat Ulang Tahun, Ibu Kartini...

Tak kehilangan akal, Kardinah pun membuka pasar malam di Alun-Alun Tegal dan menulis sejumlah buku yang hasilnya ia gunakan untuk menutup keperluan pembiayaan Wisma Pranawa.

Hal ini dilakukan Kardinah karena sekolah yang didirikannya itu tidak mendapat subsidi atau bantuan biaya dari Pemerintah Hindia Belanda.

Alasannya, karena menerapkan rencana pelajaran yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, bukan rancangan pelajaran yang dimiliki Belanda.

Namun, setelah 8 tahun, Kardinah sakit dan harus beristirahat atas saran dokter pribadinya.

Sekolah Wisma Pranawa pun mengalami kemunduran karena tidak ada yang bisa menggantikan kedudukan Kardinah dalam pengelolaan sekolah itu.

Kepengurusan Wisma Pranawa dialihkan ke pemerintah saat itu dan dijadikan Kopschool atau Sekolah Keputrian pertama di Indonesia.

Setelah kesehatannya pulih, Kardinah ternyata mendapati sekolah yang telah bubar itu masih memiliki sejumlah uang, yang akhirnya ia gunakan untuk membangun rumah sakit rakyat dan rumah miskin.

Tak berhenti di situ, Kardinah juga banyak membantu pengrajin perak yang sebelumnya bekerja di kawasan Pecinan dengan bayaran yang sangat rendah.

Para pengrajin akhirnya bisa mendapatkan penghasilan hingga 2 kali lipat berkat bantuan yang diberikan Kardinah.

Dengan pendapatan yang semakin banyak, Kardinah mengajarkan para pengrajin ini untuk menabung uang ke bank, dengan nama mereka masing-masing.

Secara tidak langsung, Kardinah telah memperkenalkan kesadaran perbankan dan berhemat pada masyarakat.

Baca juga: Pesan Sri Mulyani di Hari Kartini: Sudahkah Berbuat Baik ke Sesama?

Penghargaan dari Hindia Belanda dan Indonesia

Atas begitu banyak jasa yang telah ia berikan, Kardinah mendapatkan penghargaan Bintang Ridderkurls der Oranje Nassau Orde (1924) dari Pemerintah Belanda. Ia adalah orang Indoensia pertama yang mendapat penghargaan ini.

Lalu, setelah suaminya pensiun, keluarga mereka pindah dan menetap di Salatiga, Jawa Tengah.

Meski usianya sudah tidak muda, Kardinah masih aktif memberdayakan masyarakat di sekitarnya.

Ia mengoordinir kembali sebuah asrama liburan bagi anak-anak. Usahanya berhasil. Asrama yang didirikannya menarik minat banyak pihak.

Kardinah kembali menerima penghargaan, kali ini dari Pemerintah Indonesia, berupa Satyalencana Kebaktian Sosial (1969).

Karena usianya yang sudah lanjut, proses penerimaan penghargaan itu tidak bisa ia ikuti di Jakarta, namun di Balai kota Semarang.

Baca juga: Kartini Penggerak Inklusi, Setarakan Hak Disabilitas untuk Berkarya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi