Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Hal tentang "Habis Gelap Terbitlah Terang", Kumpulan Surat Kartini yang Dijadikan Buku

Baca di App
Lihat Foto
Dok. KOMPAS
Raden Ajeng Kartini. Hari kelahirannya, 21 April diperingati sebagai Hari Kartini setiap tahun.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Tepat pada 21 April 1879, lahir seorang perempuan bernama Raden Adjeng Kartini. Perempuan kelahiran Jepara ini dikenal sebagai sosok pemberani yang memperjuangkan emansipasi wanita.

Perjuangan tersebut membuahkan hasil, di mana perempuan dapat mempunyai hak yang setara dengan laki-laki.

Mengenang jasanya, pemerintah pun menetapkan setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

Sosok Kartini pun tidak bisa lepas dari sebuah karya berjudul Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang yang merupakan kumpulan surat-surat yang ditulis Kartini.

Baca juga: Pesan Menteri PPPA di Hari Kartini: Mari Pantang Menyerah!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1. Surat R.A. Kartini

Kumpulan surat-surat Kartini yang kemudian dibukukan pertama kali diterbitkan pada 1911.

Buku ini disusun oleh JH Abendanon, salah seorang sahabat pena Kartini yang saat ini menjabat sebagai menteri (direktur) kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia Belanda.

Buku dicetak sebanyak lima kali. Pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Surat-surat Kartini yang berbahasa Inggris pernah diterjemahkan oleh Agnes L Symmers.

Teks tertulis yang ada dalam buku ini berupa 106 surat Kartini kepada para sahabatnya, yakni Estelle H Zeehandelaar atau Stella (14), Ny Ovink-Soer (8), Prof dr GK Anton di Jena dan istrinya (3), Dr N Andriani (4), Ny HG de Booy-Boisevain (5), Ir HH van Kol (3), Ny N van Kol (3), Ny RM Abendanon-Mandri (49), Mr JH Abendanon (5), EC Abendanon (6), sepucuk surat tidak jelas ditujukan kepada siapa dan sepucuk lagi merupakan surat gabungan kepada suami-istri Abendanon.

Baca juga: Hari Kartini, 10 Perempuan Terpegah dan Tervokal di Tengah Pandemi

2. Dijumpai kata-kata nasionalisme

R.A. Kartini begitu menularkan semangat dasar mencintai bangsa dan negara.

Melansir Harian Kompas, 21 April 2008, dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, akan dijumpai kata-kata nasionalisme, demokrasi, negara, bangsa, kemerdekaan, hingga kesadaran nasional.

Hal ini pun direalisasikan Kartini dengan membangun sekolah perempuan pertama di Rembang yang saat ini menjadi gedung Gerakan Pramuka Kabupaten Rembang.

Meski Indonesia belum merdeka, tetapi kesadaran berbangsa telah dibangkitkan.

Baca juga: Makna Hari Kartini Bagi Aaliyah Massaid

3. Bahasa Melayu

Pada 1922, Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang disajikan dalam bahasa Melayu oleh Empat Saudara dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran.

Buku tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Salah seorang pelopor Pujangga Baru, Armijn Pane, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Pada 1938, buku diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dari buku terjemahan.

Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.

"Habis Gelap Terbitlah Terang", Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya.

Baca juga: Maknai Hari Kartini, Annisa Zhafarina Qosasi Ingin Wanita Bersinar di Sepak Bola

4. Terbagi dalam lima bab pembahasan

Armijn Pane juga membagi kumpulan surat-surat ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian dilakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi.

Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini, yaitu hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Penyebab tidak dimuatnya seluruh surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht karena terdapat kemiripan pada beberapa surat.

Alasan lainnya, yakni menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan.

Baca juga: Hari Kartini, Yuk Mengenal Para Perempuan Indonesia yang Jadi Bos Bank

5. Sulastin Sutrisno

Selain diterjemahkan Armijn Pane, buku kumpulan surat R.A. Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno.

Pada mulanya Sulastin menerjemahkan "Door Duisternis Tot Licht" di Universitas Leiden, Belanda saat dia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972.

Pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap "Door Duisternis Tot Licht" pun terbit dengan judul "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya".

Sulastin mengungkapkan, judul terjemahan seharusnya menurut bahasa Belanda adalah: "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsa Jawa". Menurutnya, meskipun tertulis Jawa, yang didamba Kartini sesungguhnya adalah kemajuan seluruh bangsa Indonesia.

Baca juga: Hari Kartini di Tengah Pandemi Corona, Ahok Ingat Kutipan Kartini Ini

Salah satu alasan mengapa Sulastin berkeinginan menerjemahkan secara lengkap "Door Duisternis Tot Licht" karena dipandang semakin lama semakin sedikit orang di negeri ini yang menguasai bahasa Belanda.

Berbeda dengan "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang oleh Armijn Pane sengaja dibuat lebih ringkas, buku terjemahan Sulastin ingin menyajikan lengkap surat-surat Kartini yang ada pada "Door Duisternis Tot Licht".

Selain diterbitkan dalam "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya", terjemahan Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku "Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon- Mandri dan Suaminya".

Baca juga: Kisah Kartini dan Kardinah, Ramalan dan Firasat yang Jadi Kenyataan...

6. Terjemahan versi Joost CotÚ

Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah "Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900- 1904", diterjemahkan oleh Joost CotÚ.

Joost tak hanya menerjemahkan surat- surat yang ada dalam "Door Duisternis Tot Licht" versi Abendanon, namun juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir.

Pada buku terjemahan Joost CotÚ, dapat ditemukan surat-surat yang tidak ada dalam "Door Duisternis Tot Licht" versi Abendanon. Menurutnya, seluruh pergulatan Kartinisudah saatnya untuk diungkap.

Buku "Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900- 1904" memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon- Mandri dan suaminya JH Abendanon, termasuk di dalamnya 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.

Baca juga: Pesan Sri Mulyani di Hari Kartini: Sudahkah Berbuat Baik ke Sesama?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi