Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dosen
Bergabung sejak: 8 Jul 2017

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Spiritualitas Bansos, Utamakan yang Lebih Membutuhkan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi.
Editor: Heru Margianto

AKHLAK mulia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus ditumbuh suburkan oleh semua komponen bangsa. Terlebih saat ini, saat perang melawan pandemi Covid-19.

Spiritualitas nilai mengutamakan yang lebih membutuhkan harus menjadi kebajikan publik yang hadir secara nyata .

Dalam Islam disebut Itsar yang bermakna mendahulukan orang lain atas dirinya sendiri. Dalam ajaran Kristiani, terdapat ungkapan mulia "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."

Esensi nilai luhur semua agama telah memberi rujukan: utamakan orang lain untuk menciptakan kebajikan publik dan keadilan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ini terdapat beberapa program bansos yang diberikan pemerintah untuk rakyat yang memiliki keterbatasan.

Program-program itu adalah Program Indonesia Pintar (PIP), Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bansos Rastra/ Bantuan Pangan Non Tunai yang merupakan komitmen pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan.

Namun, senantiasa ada cerita teladan atau sebaliknya. Ada yang sesungguhnya berhak menerima namun karena hal tertentu menjadi tidak mendapatkan.

Sementara yang menurut kriteria tidak semestinya dapat menerima, namun karena egoisme dan kedekatan dengan pihak penentu kebijakan mendapatkan yang bukan menjadi haknya.

Ada juga fenomena dadakan: ada yang mendadak merasa tidak mampu saat akan ada pembagian bansos.

Cerita teladan dan egois 

Ada 130 kepala keluarga di Kecamatan Malalak Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada Senin, 13 April 2020, yang secara sukarela mengembalikan beras bantuan dari pemerintah bagi masyarakat terdampak Covid-19.

Bantuan itu mereka kembalikan didasari oleh tingginya rasa persaudaraan dan ingin memberi bagi yang lebih membutuhkan.

"Iya ada sekitar 130 warga yang mengembalikan beras bantuan. Ini murni karena rasa persaudaraan antara mereka," demikian disampaikan Bupati Agam, Indra Cakti.

Berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Mereka meminta agar beras yang mereka kembalikan bisa diberikan kepada warga yang lebih membutuhkan.

Beberapa hari sebelumnya warga di Kecamatan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, juga mengembalikan 22 paket sembako dari Pemprov DKI Jakarta. Mereka merasa tidak berhak menerima bantuan. 

Dua kelompok masyarakat di atas memberikan contoh teladan. Mereka telah mampu melepaskan egoisme pribadinya untuk mengutamakan orang lain.

Mereka tidak mau menjadi seorang egois yang mementingkan diri sendiri secara tidak pantas dengan mengorbankan kepentingan orang lain.

 

Namun, masih ada orang-orang egois di sekitar kita yang menunjukkan sikapnya secara terbuka maupun sembunyi sembunyi.

Di beberapa wilayah kita dapatkan cerita egoisme terkait bantuan sosial yang belum tepat sasaran. Warga yang sangat membutuhkan tidak menerima, sedangkan warga sejahtera justru kebagian santunan.

Camat Pamulang tidak menampik ada warga penerima bansos yang kondisi ekonominya mampu. “Yang datang ibu-ibu, tapi pakai kendaraan bagus,” tutur Pak Camat.

Pentingnya keterbukaan informasi

Memang tidak mudah menentukan parameter warga penerima bantuan. Prosesnya dimulai di tingkat RT-RW, dinas sosial hingga diserahkan ke Kementerian Sosial. Kadang, validasi data kemiskinan berbeda antara satu instansi dengan instansi lain.

Meski sudah ada pemasangan stiker keluarga miskin, untuk menandai orang menerima bantuan, namun kita juga mendapatkan gambar dan berita di media soal penerima bansos yang rumahnya lebih dari kategori sederhana dan memiliki kendaraan roda empat.

Disinilah pentingnya keterbukaan informasi supaya masyarakat dapat mencermati, mengkritisi, dan ikut mengawal agar bantuan sosial tidak salah sasaran. Masyarakat juga dapat memberi sanksi sosial bagi orang yang tidak berhak menerima.

Sesungguhnya juga ada sangsi hukuman pidana bagi pihak yang memanipulasi data penerima bansos Program Keluarga Harapan (PKH). Itu diatur dalam Pasal 43 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.

"Setiap orang yang memalsukan data verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3), dipidana penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak Rp 50 juta."

Termasuk kepada orang yang mengelola dana penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 500 juta.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengajak umat Islam meningkatkan rasa persaudaraan dan tolong menolong terhadap sesama di tengah pandemi Covid-19. Apalagi sebentar lagi umat Islam akan menyambut bulan suci Ramadhan. Ia berharap, Ramadhan kali ini dijadikan momentum untuk saling berbagi.

Teladan dari sahabat Nabi

Ada kisah teladan dari sahabat Nabi dalam Perang Yarmuk. Cerita tentang tiga orang yang memiliki sifat kepahlawanan dan ahlaq mulia untuk menjadi teladan kita bersama.

Suatu ketika tatkala terjadi perang Yarmuk, ada tiga orang yang sama-sama ditimpa kehausan yang hebat dan dalam kondisi yang luka parah.

Maka datanglah seorang pembawa air yang memberikan segelas air kepada ketiganya. Ketiga orang yang sama-sama kehausan tersebut saling lempar alias saling mengalah. Mereka saling mempersilakan yang lainnya untuk minum lebih dulu.

Ketiganya sama-sama saling sodor-menyodorkan. Padahal ketiganya sama-sama membutuhkan air itu. Tapi mereka tidak saling berebut dan tidak saling mendahului dalam meminumnya.

Begitu luar biasa sifat saling mengalah satu sama lain. Lebih mendahulukan teman, sahabat dan saudaranya daripada dirinya, meski dalam kondisi mereka yang sangat membutuhkan.

Inilah sifat kesatria dan pahlawan yang selalu mengalah dan rela berkorban untuk orang lain terlebih dahulu.

Akhlak mulia, mengutamakan yang membutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus tetap digelorakan. Melawan tumbuh suburnya nafsu pribadi, kelompok, dan golongan yang lebih kuat.

Ada tanggung jawab pimpinan di semua level dan bidang kehidupan untuk memberi teladan bagi tumbuhnya sifat mengalah dan berkorban demi orang lain yang lebih membutuhkan.

Kesadaran itu juga perlu kita tumbuhkan pada setiap diri kita masing-masing, khususnya sebagai orangtua dan pendidik untuk menanamkan nilai-nilai mulia ini kepada anak-anak kita sejak dini.

Hidup mulia dengan tidak mendahulukan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang lain, dan selalu ikhlas berbagi dengan orang lain, tentu bagi Indonesia ke depan yang lebih baik.

Semoga!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi