KOMPAS.com – Angka korban terinfeksi virus crona jenis baru hingga hari ini, Kamis (23/4/2020) masih terus bertambah.
Melansir data dari Worldometers, hingga Jumat pagi, tercatat di seluruh dunia jumlah kasus yang terkonfirmasi positif telah mencapai angka 2.632.532 orang terinfeksi.
Sementara, angka kematian telah mencapai 183.866 orang dan pasien sembuh berjumlah 716.877 orang.
Berikut ini 10 besar negara di dunia dengan kasus terbanyak:
- Amerika Serikat: 846.294 terinfeksi, 47.524 orang meninggal dunia, dan 83.917 orang sembuh.
- Spanyol: 208.389 terinfeksi, 21.717 orang meninggal dunia, dan 85.915 orang sembuh
- Italia: 187.327 terinfeksi, 25.085 orang meninggal dunia, dan 54.543 orang sembuh
- Perancis: 159.877 terinfeksi, 21.340 orang meninggal dunia, dan 40.657 orang sembuh
- Jerman: 150.648 terinfeksi, 5.279 orang meninggal dunia, dan 99.400 orang sembuh
- Inggris: 133.495 terinfeksi, 18.100 orang meninggal dunia
- Turki: 98.674 terinfeksi, 2.376 orang meninggal dunia, dan 16.477 orang sembuh
- Iran: 85.996 terinfeksi, 5.391 orang meninggal dunia, dan 63.113 orang sembuh
- China: 82.788 terinfeksi, 4.632 orang meninggal dunia, dan 77.151 orang sembuh
- Rusia: 57.999 terinfeksi, 513 orang meninggal dunia, dan 4.420 orang sembuh.
Berikut perkembangan virus corona di berbagai negara:
Inggris
Kepala Petugas Medis Inggris Chris Whitty tidak setuju terhadap rencana pencabutan lockdown untuk saat ini.
Menurut dia, tidak realistis jika lockdown dicabut dengan alasan Inggris telah mencapai puncak wabah.
"Jika orang berharap mereka bisa berpindah usai lepas dari pengunciannya sekarang, semua akan percuma. Itu sepenuhnya tidak realistis," kata Whitty.
"Kita harus melakukan banyak hal untuk waktu yang sangat lama," lanjut dia.
Baca juga: Ramadhan di Tengah Pandemi Corona, Persiapan Muslim di Inggris Beribadah Saat Lockdown
Turkmenistan
Sebagai salah satu negara yang hingga hari ini belum melaporkan adanya kasus Covid-19, Turkmenistan bersikeras bahwa data resminya benar.
Turkmenistan menegaskan bahwa mereka tak menyembunyikan apa pun.
"Jika ada satu kasus virus corona yang dikonfirmasi, kami akan segera memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia sesuai dengan kewajiban kami," ujar Menteri Luar Negeri Rashid Meredov.
Baca juga: Di Turkmenistan, Sebut Virus Corona Saja Bakal Berakhir di Penjara
Amerika Serikat
Pengumuman tersebut dikeluarkan setelah Presiden Donald Trump pekan lalu menangguhkan dana AS untuk WHO karena diangggap gagal memberikan informasi secara tepat dan transparan.
Pejabat Administrator USAID John Barsa mengatakan, AS akan mencari alternatif di luar WHO untuk melakukan beberapa pekerjaan seperti pembuatan vaksin.
Baca juga: Hentikan Imigran ke AS, Trump Prioritaskan Pekerjaan untuk Orang Amerika
China
Saat lockdown di China telah dibuka, kini negara itu tengah menghadapi kekhawatiran adanya gelombang kedua.
Hal ini menimbulkan ketakutan masyarakat China terhadap kedatangan warga asing.
Pengawasan publik pada orang asing dan tindakan diskriminasi menjadi meningkat di tengah janji pemerintah berusaha mencegah kasus impor baru.
Beberapa video yang memperlihatkan orang-orang Afrika di Ghuangzhou mengalami pengusiran paksa beredar di media sosial.
Baca juga: Cegah Virus Corona, Warga China dan Hong Kong Beralih ke Makanan Vegan
India
India berencana memproduksi ribuan gelang yang akan memantau lokasi dan suhu pasien virus corona.
Langkah ini diharapkan dapat membantu pelacakan kontak dan membantu petugas dalam memberikan pelayanan.
Konsultan Teknik Siaran India, sebuah perusahaan milik pemerintah, akan mempresentasikan desain gelang tangan ke rumah sakit dan pemerintah pada pekan depan.
Perusahaan ini akan bekerja sama dengan sebuah startup di India dalam membuatnya dan kemungkinan akan diluncurkan pada Mei 2020.
Baca juga: Ada Masalah dengan Alat yang Diimpor dari China, India Tunda Tes Covid-19