Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Bagaimana China Gunakan Kontrol Sosial untuk Atasi Pandemi Corona

Baca di App
Lihat Foto
Sky News
Petugas medis memeriksa pasien Covid-19 di Rumah Sakit Leishenshan, Wuhan, China. Rumah sakit itu bakal ditutup setelah pasien terakhir virus corona dipindahkan.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kehidupan di saat penguncian wilayah atau lockdown yang ketat di Kota Wuhan, China, adalah pengingat masa lalu bagi warga berusia lanjut.

Wuhan merupakan kota pertama di mana virus SARS-CoV-2 mulai merebak sejak Desember 2019.

Dilansir dari SCMP, Rabu (22/4/2020) salah satu warga Wuhan, Jiang Hong (75) mengisahkan bahwa selama tiga bulan terakhir menyerupai kehidupan di era Mao Zedong.

Mao Zedong merupakan mantan presiden China sekaligus pemimpin Partai Komunis China.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ini benar-benar deja vu, seperti mengalami kembali tahun 1960-an, ketika kami tinggal di komune orang dan semuanya diurus tetapi Anda tidak punya pilihan," ujar pensiunan tersebut.

Baca juga: Berikut 8 Organ Dalam yang Terdampak Saat Tubuh Terinfeksi Covid-19

Namun pada 2020, ia mengatakan para pejabat menggunakan smartphone alih-alih pengeras suara untuk menyampaikan pesan mereka.

Dan orang-orang tidak lagi bergantung pada kupon makanan yang banyak digunakan di China pada tahun 60-an untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok.

Seperti banyak penduduk lanjut usia, Jiang harus belajar menggunakan aplikasi media sosial WeChat untuk beradaptasi dengan "kehidupan kolektif baru" -nya.

Semua penghuni di "sel" komunitasnya terhubung melalui grup WeChat tempat mereka menerima pesan pemerintah dan melakukan pembayaran online.

Sel-sel ini membentuk sistem pemantauan lingkungan dan manajemen lingkungan berbasis grid yang ada di seluruh China.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Krisis nasional

Asisten profesor komunikasi di Universitas Stanford, Jennifer Pan menggambarkan hak tersebut sebagai peningkatan sistem manajemen unit rumah tangga perkantoran yang telah ada sejak era Mao.

Menurut analis politik independen, Chen Daoyin, model ini adalah versi modern dari kontrol otokratis terpusat yang telah ada di China sejak dinasti Qing.

Ia menjelaskan, tindakan itu menyatukan sistem pendaftaran rumah tangga dan jaringan komite lingkungan yang diperkenalkan segera setelah berdirinya China komunis pada 1949 lalu, dan teknologi internet telah membawa era lebih jauh.

"(China dapat melakukan ini karena) ini adalah otokrasi terpusat, jika tidak, sistem seperti itu akan sangat sulit untuk dikelola," ujar Chen.

"Selain itu, pandemi ini adalah krisis nasional yang memungkinkan negera untuk membenarkan kontrol kejamnya. Tapi ini mengorbankan otonomi dan vitalitas publik," lanjut dia.

Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19

Pengawasan kedap air

Seperti 11 juta orang lainnya di seluruh Wuhan, keluarga Jiang telah berada di bawah "kendali manajemen jaringan" sejak 23 Januari.

Jiang mengatakan, blok-blok apartemen di kompleksnya ditutup dan semua penduduk harus masuk atau pergi melalui satu gerbang yang dijaga sepanjang waktu.

Meskipun Wuhan mengakhiri pengunciannya awal bulan ini dan membuka kembali perbatasannya, pada tahap ini langkah-langkah pengendalian masyarakat tetap diberlakukan.

Langkah-langkahnya sangat luas. Setiap hari, penduduk seperti Jiang harus melaporkan suhu mereka kepada pejabat yang bertanggung jawab atas komunitas mereka dan memberikan informasi terbaru tentang keberadaan mereka.

"Pengontrol jaringan" berada di bawah perintah ketat untuk memantau semua penduduk dan melaporkan sesuatu yang tidak biasa.

Tetapi mereka juga seharusnya menyediakan persediaan untuk penduduk, yang berarti mereka yang tidak mematuhi aturan bisa kehilangan pesanan bahan makanan.

Anak perempuan Jiang, Dorothy Wang, menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang tuanya daripada yang dia perkirakan setelah dirinya berpergian ke Wuhan untuk liburan Tahun Baru Imlek di bulan Januari. Wanita berusia 45 tahun ini baru saja kembali ke Beijing.

Ia meyampaikan, bulan pertama saat mengalami penguncian wilayah sangat kacau.

"Tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan setelah lockdown diumumkan. Kebanyakan orang di komunitas ini sudah pensiun dan mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi," ujar Wang.

Baca juga: Update, Berikut 15 Negara yang Berlakukan Lockdown akibat Virus Corona

Semua dalam kendali

Sementara itu, kondisi di Wuhan berangsur membaik pada pertengahan Februari, saat pemerintah Wuhan mengirim sekitar 44.500 PNS ke lebih dari 7.000 area perumahan di seluruh kota.

Tugas PNS ini adalah membantu 12.000 pejabat garis depan yang mengelola upaya karantina massal.

Bos Partai Komunis yang baru di kota itu, Wang Zhonglin, juga mengatakan kepada para kader untuk menemukan semua pasien yang dicurigai sebagai Covid-19 dan menjadikan mereka terisolasi ketika Wuhan berjuang untuk mengatasi krisis tersebut.

Dorothy Wang mengatakan perubahan itu terlihat ketika pegawai negeri sipil dibawa masuk.

"Itu seperti sesuatu dari drama penjara," katanya.

“Setiap keluarga memiliki waktu yang ditentukan untuk berjalan-jalan di taman kompleks. Orang-orang dari manajemen perumahan dan komite perumahan mengawasi untuk memastikan hanya satu keluarga yang berjalan-jalan pada waktu tertentu,” ujar dia.

Pejabat masyarakat juga menyelenggarakan kegiatan patriotik seperti upacara pengibaran bendera virtual dan kontes karaoke dan kebugaran online dalam upaya untuk meningkatkan moral.

Menurut Pan dari Stanford University, tindakan pejabat setempat melakukan kegiatan tersebut sangat penting untuk keberhasilan sistem.

"Di beberapa lingkungan, pengendali jaringan sangat baik dalam pekerjaan mereka, tetapi beberapa sangat buruk. Seberapa baik fungsi sel-sel ini sangat bervariasi di seluruh negeri," ujar Pan.

Sementara itu, beberapa ahli epidemiologi internasional telah mempertanyakan keefektifan penguncian terbesar dalam sejarah manusia, sebab tindakan penguncian ini diperluas hingga hampir 60 juta orang di Hubei.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Otoritas kesehatan China telah melaporkan sedikit atau tidak ada transmisi virus lokal sejak 17 Maret 2020. Sebagian besar kasus Covid-19 baru telah diimpor sejak saat itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memuji langkah-langkah China setelah misi bersama ke negara itu pada 28 Februari.

Dalam sebuah laporan, WHO mengungkapkan, pendekatan berani yang dilakukan China untuk menahan penyebaran cepat dari patogen pernapasan baru ini telah mengubah arah pandemi yang meningkat cepat dan mematikan. Penurunan kasus Covid-19 ini adalah nyata.

WHO sejak itu telah dikritik karena tanggapannya, ketika tekanan internasional meningkat pada Beijing atas transparansi dan penanganan pandemi tersebut.

Karena virus ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, lockdown serupa telah dilakukan di banyak negara lain. Tetapi sistem pengawasan dan pengawasan lingkungan China memungkinkan respons yang lebih ekstrem.

Seseorang dari asosiasi profesor dari pemerintahan di Cornell University, Jeremy Wallace mengatakan, sistem tersebut telah menjadi bagian berlanjut dari respons pengumpulan data besar-besaran China terhadap krisis, terutama melalui pemeriksaan demam dan pemantauan kepatuhan dengan kebijakan sosial jarak jauh.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Respons unik warga China

Para pengamat mengatakan tindakan kejam yang dilakukan di Wuhan memainkan peran utama dalam penahanan virus di China, tetapi kontrol "China yang unik" tidak dimungkinkan di tempat lain.

Tanpa kontrol sosial yang ada di China, Pan mengatakan negara-negara seperti Amerika Serikat bergantung pada institusi seperti pengamat lingkungan, sekolah, gereja dan organisasi nirlaba komunitas yang dapat membantu memobilisasi penduduk untuk memerangi pandemi Covid-19.

Seorang profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, Universitas Nasional Singapura, Alfred Wu juga mencatat, sebagian besar negara-negara barat tidak memiliki struktur pemerintahan top-down Beijing, dan bahwa budaya China menekankan kebaikan kolektif daripada kebebasan individu dan privasi.

Ungkapan tersebut juga disepakati oleh Direktur SOAS China Institute di University of London, Steve Tsang.

"Akan sangat sulit untuk membuatnya bekerja dalam demokrasi. Implikasi pada instruksi terhadap hak-hak individu dan privasi adalah serius dan beberapa negara demokrasi akan menerima sistem seperti itu kecuali sebagai langkah darurat untuk periode terbatas yang sangat jelas," ujar Tsang.

Baca juga: Bagaimana Virus Corona Menyerang Tubuh Penderitanya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi