Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Arief Budiman, Kakak Soe Hok Gie yang Meninggal karena Komplikasi

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/Hasanuddin Assegaf
ARIEF BUDIMAN Sosiolog, aktivis demonstran tahun 66, kelahiran Jakarta, 3 Januari 1941 dengan nama Soe Hok Djin. Tahun 1968 lulus Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, tahun 1980 meraih Ph.D dalam bidang sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Arief Budiman, sosok aktivis sekaligus kakak dari Soe Hok Gie meninggal dunia pada Kamis 23 April 2020.

Arief meninggal di RS Ken Saras Kabupaten Semarang pada Kamis, 23 April 2020 pukul 11.40 WIB karena komplikasi dan parkinson yang telah dideritanya sejak lama.

Berikut profil Arief Budiman:

Arief Budiman seperti diketahui adalah aktivis angkatan 1966 yang selalu konsisten memperjuangkan demokrasi dan membela kaum marjinal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir dari Harian Kompas, 30 Oktober 1994, Arief Budiman lahir di Jakarta pada 3 Januari 1941 dengan nama Soe Hok Djin.

Sejak muda ia terlibat aktif dalam gerakan antikemapanan seperti penandatanganan Manifes Kebudayaan, demonstrasi tahun 1966 yang penuh mitos, Golput pada tahun 1971 dan lain-lain.

Baca juga: Mengenang Lukman Niode, Legenda Renang Indonesia yang Meninggal karena Covid-19

Sikapnya keras

Arief memang dikenal memiliki sikap keras kepada penguasa, tetapi ia juga tak segan memuji tokoh-tokoh yang memiliki sikap dan pandangan yang ia anggap baik untuk Indonesia walaupun tokoh yang ia puji bertentangan pendapat dengannya.

Baginya, konflik dilihat sebagai komunikasi mengadu gagasan.

Sebagai intelektual, Arief terlihat sering menggunakan pemikiran strukturalisme untuk menggugat kapitalisme Orde Baru.

Ia kritis mempertanyakan masalah kebijakan pembangunan, kemiskinan, ketidakadilan, dan terabaikannya hak asasi manusia. Kritiknya tetap berlanjut meskipun rezim Soeharto telah berakhir.

Sebagai tokoh gerakan demokrasi, Arief menjadi semacam simpul dari berbagai aktivis gerakan yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Terutama pada awal 1980-an ketika gerakan mahasiswa bertransformasi menjadi berbagai kelompok diskusi dan kelompok studi.

Ketika ia masuk Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada 1981, semua gerakan di kampus itu sering dihubung- hubungkan punya afiliasi dengan dirinya.

Tak hanya itu, Arief juga disebut manusia di tengah demonstrasi, termasuk pernah juga didemonstrasi beberapa mahasiswa UKSW.

Baca juga: Mengenang Seniman Musik Djaduk Ferianto...

Dipecat dari UKSW

Terhitung sejak 31 Oktober 1994, melalui surat keputusan yang ditandatangani ketua umum dan sekretaris Yayasan UKSW, Arief dipecat dengan tidak hormat dari posisinya sebagai tenaga akademik dan segala jabatan di UKSW.

Alasannya yakni Arief diketahui terus memprotes proses pemilihan rektor yang dianggapnya tak demokratis dan penuh kecurangan. Oleh pimpinan Arief dianggap merugikan dan merusak citra universitas.

Masih dari sumber yang sama menyebutkan, sejak kecil Arief merasa sering diperlakukan tak adil, kecamuk politik yang berlangsung seiring pertumbuhannya, serta kepekaannya terhadap ketidakadilan, bertaut dengan hal lain agaknya punya peranan dalam altruismenya.

Perlu diketahui, altruismenya adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.

"Ada teman bilang, kalau tak ada pertentangan jangan-jangan saya malah sakit," kata Arief bercanda.

Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern

Suka humor

Doktor Sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat (1981) yang sebelumnya mengenyam pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (lulus 1968) ini sebenarnya pribadi yang suka humor.

Humornya kering dan kadang disampaikan dengan dingin. "Tapi dengan konflik itu saya bisa lebih mengaktualisasikan kebenaran," jelas Arief.

Semua konflik ia hayati sebagai usaha penegakan keadilan yang secara filosofis ia yakini sebagai episode yang tak akan pernah selesai dalam kehidupan. Itulah yang membuatnya tidak pernah capai berada di tengah kemelut konflik.

Harian Kompas, 11 Agustus 2018 memberitakan, Arief Budiman sempat mengajar sebagai Guru Besar di Universitas Melbourne, Australia.

Selain itu, tentu juga peranan istri yang memahami sikap kejuangannya, Sitti Leila Chaerani yang dinikahinya tahun 1967, dua anaknya, Andrian Mitra Budiman (26) dan Susanti Kusumasari (24).

Mereka tinggal di rumah yang berwawasan ekologis di Desa Kemiri, Salatiga.

Baca juga: Mengenang 25 Tahun Kepergian Nike Ardila, seperti Apa Perjalanan Hidupnya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi