Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Berpuasa Secara Aman di Tengah Pandemi Corona?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Humas Inalum
Para pekerja PT Freeport Indonesia berbuka puasa bersama selama bulan Ramadhan 2019 di Masjid Baabul Munawwar yang terletak 1.700 meter dari permukaan bumi.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pemerintah menetapkan awal Ramadhan 1441 Hijriah jatuh pada Jumat (24/4/2020). Penetapan tersebut didasarkan dari sidang isbat yang digelar oleh Kementerian Agama pada Kamis (23/4/2020) sore dengan pemantauan hilal di sejumlah daerah.

Dalam Al Quran, surat Al Baqarah ayah 185 disebutkan bulan Ramadhan merupakan bulan yang didalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk dan pembeda antara yang hak dan batil. Oleh karena itu siapa pun yang masih menjumpai Ramadhan maka hendaklah ia berpuasa.

Berpuasa dapat diartikan sebagai menahan lapar dan dahaga sejak fajar hingga terbenamnya matahari.

Baca juga: Shalat Tarawih di Rumah, Pilih 11 atau 23 Rakaat? Simak Penjelasan Lengkapnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti kita tahu, puasa tahun ini dilewati di tengah perjuangan melawan pandemi corona.

Menjaga imunitas tubuh sangat diperlukan di tengah wabah yang terjadi, agar badan senantiasa sehat dan terhindar dari paparan virus.

Melansir BBC, Jumat (24/4/2020), ahli imunologi University of Sussex Dr Jenna Macciochi mengatakan, memerangi infeksi membutuhkan banyak energi.

Tidak makan atau minum dalam periode lama dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Sehingga, penting untuk memastikan tubuh mendapatkan kalori cukup selama jam makan yang diizinkan baik sahur atau berbuka agar mencapai keseimbangan energi.

Adapun tubuh membutuhkan makronutrien berupa karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi mikro seperti vitamin C dan zat besi.

Baca juga: Apakah Pasien Covid-19 Boleh Puasa? Ini Imbauan WHO soal Ramadhan di Tengah Pandemi Corona

Konsumsi sayur dan buah

Selain itu, disarankan untuk mengonsumsi banyak macam sayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan.

Terdapat pula risiko dehidrasi yang dapat mempengaruhi lendir yang melapisi saluran udara seseorang. Lendir tersebut bertindak sebagai pelindung.

Namun, menjaga aspek-aspek kesehatan lainnya dengan tidur cukup, berolahraga dan menghilangkan stres dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh berfungsi sebagaimana mestinya.

Sederhananya, cara terbaik melindungi kesehatan di tengah wabah Covid-19 adalah mencegah paparan virus.

Sebagian besar risiko terinfeksi dapat dihindari dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan jika tidak ada kepentingan mendesak lebih baik tetap tinggal di rumah.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Bagaimana untuk orang dengan kondisi kesehatan tertentu?

Orang yang sakit, termasuk penderita Covid-19 dibebaskan dari puasa.

Puasa juga tidak dianjurkan bagi orang dengan kondisi kesehatan jangka panjang tertentu seperti diabetes dengan komplikasi.

Meskipun begitu, Kepala bidang perawatan diabetes UK Daniel Howart mengatakan, ini benar-benar menjadi keputusan pribadi.

Tapi, ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu yang ingin berpuasa.

"Termasuk makan karbohidrat yang melepaskan lebih lambat seperti roti gandum dan beras, serta pengujian gula darah lebih sering," kata dia.

Baca juga: Ramadhan di Rumah, Kapan Waktu Terbaik untuk Melaksanakan Shalat Tarawih?

Bagaimana dengan petugas kesehatan?

Dewan Muslim Inggris telah menerbitkan panduan yang menyatakan bahwa petugas layanan kesehatan diharuskan memberikan perawatan kepada pasien Covid-19 dengan risiko nyata mengalami dehidrasi dan membuat kesalahan klinis karena memakai APD dan shift panjang dibebaskan dari puasa.

Bisakah puasa bermanfaat bagi kesehatan?

Meski tak mengonsumsi cukup kalori dalam sehari dapat menurunkan respons kekebalan tubuh, efek puasa pada sistem kekebalan tidak dirasakan secara langsung.

Sistem kekebalan bukanlah satu hal dengan sakelar hidup atau mati. Ini merupakan serangkaian mekanisme rumit yang harus dijaga keseimbangannya.

Puasa melepaskan hormon stres kortisol yang dapat menekan beberapa respons imun.

Namun, ada bukti yang bagus dari studi pada tikus bahwa puasa yang dilakukan selama Ramadhan dapat mempercepat proses regenerasi tubuh, menyebabkan sel-sel tua mati dan digantikan dengan yang baru.

 

Baca juga: Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 24 April dan Idul Fitri 24 Mei 2020

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi