Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Para Pemimpin Gunakan Medsos untuk Komunikasi, Apa Kata Pengamat?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Shutterstock
Ilustrasi media sosial
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial saat ini mempunyai peranan penting, termasuk bagi para pemimpin di dunia maupun di Tanah Air.

Keberadaan media sosial dirasa menjadi salah satu tempat yang efektif dalam membagikan suatu informasi secara cepat kepada publik.

Seperti kita tahu, semakin banyak para pemimpin menggunakan media sosial untuk membagikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Bahkan, informasi perkembangan terkini juga banyak disampaikan melalui media sosial.

Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Korea Utara Akan Tembak Warga China yang Melanggar Perbatasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Amerika Donald Trump pun terlihat aktif di Twitter dan kerap menggunakannya untuk sejumlah keperluan.

Berikut salah satu contohnya, ketika Trump memberitahukan perihal kerja sama AS dengan Indonesia terkait permintaan ventilator untuk penaganan Covid-19 di Indonesia:

Hal serupa juga dilakukan, salah satunya oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo:

Baca juga: Jumlah Kematian akibat Corona di Dunia Capai 200.000, Tertinggi di AS

Komunikasi langsung

Pengamat media sosial Enda Nasution mengatakan, media sosial saat ini telah menjadi bentuk komunikasi langsung baik oleh pribadi yang bersangkutan atau timnya, sehingga tidak perlu melewati pihak lain.

Ia menambahkan, dahulu peranan media sosial menjadi fungsi media massa.

"Nah media sosial ini memang dari sisi keuntungannya ya punya kemampuan di mana para tokoh politik ini bisa berkomunikasi langsung dengan publik tanpa ada filter yang lain," kata Enda saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/4/2020).

Kecanggihan media sosial saat ini juga memungkinkan seseorang memberikan informasi selengkap-lengkapnya, tanpa harus memikirkan batasan waktu, ruang, dan lainnya.

Baca juga: Viral Polsuska Turunkan Paksa Diduga Anak Punk dengan Pistol, Ini Penjelasan PT KAI

Selain memberikan informasi, media sosial juga dimanfaatkan untuk memperlihatkan sisi lain dari pemiliknya.

"Kadang-kadang sisi emosional maupun sisi humanisme dari si tokoh itu dicoba untuk dimaksimalkan secara penuh oleh tim komunikasi ataupun oleh tim pribadinya," tutur Enda.

Walaupun menguntungkan, media sosial juga mempunyai kelemahan karena tidak adanya filter ke publik.

"Jika terjadi selip atau salah kata atau akses ke publik yang begitu luas, juga membuat publik punya akses yang begitu luas ke si tokoh," ujarnya.

Selain itu, dapat dipehatikan bahwa tak semua masyarakat memberikan komentar yang baik.

Baca juga: Viral Video Masinis Beli Makanan Saat Kereta Berhenti di Perlintasan, Ini Penjelasan PT KAI

Lebih dekat ke tokoh

Enda melihat, penggunaan media sosial saat ini menjadi kemajuan luar biasa.

Sejauh ini, sebagian masyarakat pun menyambut baik adanya media sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi para pemimpin ke publik tersebut.

Media sosial juga tidak lagi sebagai sarana komunikasi satu arah, karena sejumlah tokoh politik juga melakukan interaksi kepada audiensnya, yaitu dengan membalas sejumlah komentar yang ada.

"Seperti Pak Ganjar yang me-reply beberapa kali (di Twitter) kan, dan itu suara pribadi," kata dia.

Enda menganggap, kehadiran para pejabat ini di media sosial juga menjadikan masyarakat merasa lebih dekat dengan mereka.

"Itu kan sesuatu yang dulu kita enggak punya, kita enggak ada akses ke para pemimpin atau tokoh politik di negeri ini. Sekarang kita bisa berinteraksi seperti itu," kata dia.

Baca juga: Jokowi Pakai Mobil Dinas Baru? Ini Deretan Mobil Dinas Para Pemimpin Dunia

Media sosial juga mempunyai kekuatan besar. Terlebih, tak jarang para tokoh mempunyai jumlah pengikut yang sangat banyak, sehingga ini pun dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Saya melihatnya gini, kalau dulu kita sempat ada di tradisional goverment (jaman analog), e-goverment (jaman digital, urusan pemerintahan dilakukan secara elektronik), nah sekarang kita memasuki masa yang saya bilang ini social goverment," papar Enda.

Social goverment, lanjut dia, juga berarti masyarakat punya kedekatan emosional jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

"Kalau dulu kita lihat pemerintah sebagai sesuatu yang sangat jauh dan sangat berkuasa, sekarang dengan kita bisa meraih pemimpin politik kita dengan secara langsung, cepat, dan mudah, artinya punya kedekatan emosional kepada beliau (para pemimpin) dan punya ekspektasi lebih besar," ucap Enda.

Baca juga: Menilik Bagaimana China Gunakan Kontrol Sosial untuk Atasi Pandemi Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi