Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pentingnya Karantina dari Peristiwa Wabah Besar Marseille 1720

Baca di App
Lihat Foto
-
Adegan dari wabah 1720 di La Tourette (Marseille) oleh pelukis Prancis kelahiran Catalan Michel Serre
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pandemi bakteri Yersinia Pestis menyebabkan kematian sepertiga populasi Eropa pada abad pertengahan.

Bakteri tersebut mewabah di Eropa dari abad ke-14 hingga ke-18 dan menjadi biang keladi kematian yang disebut Black Death.

Diduga, bakteri itu menyebar mulai dari Pelabuhan Marseille, Perancis. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan Great Plague of Marseille 1720 atau wabah besar Marseille.

Dalam enam tahun, bakteri ini menjadi pandemi di seluruh Benua Eropa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kota Dubrovnik, Sejarah dan Awal Mula Konsep Karantina Penyakit dari Abad ke-14

Mitigasi bencana

Dikutip dari Historyhit, sebelum datangnya wabah ini, orang-orang Marseille, Perancis, di pantai Mediterania, telah mengetahui tentang wabah penyakit. Seperti yang terjadi pada 1580 dan tahun 1650.

Sehingga mereka membentuk dewan sanitasi untuk menjaga kondisi kesehatan yang baik di kota, di mana kapal-kapal yang berasal dari pelabuhan yang jauh perlu dikarantina.

Selain itu, ada sistem tiga tingkat untuk mengkarantina setiap kapal yang datang ke pelabuhan.

Yaitu melibatkan pencarian log kapten dan catatan rinci dari semua pelabuhan di seluruh dunia di mana aktivitas wabah telah dilaporkan.

Mengingat langkah-langkah tegas ini, menjadi mengejutkan ketika kemudian wabah menewaskan separuh populasi Marseille. Apa yang terjadi?

Melonggarkan karantina

Pada tanggal 25 Mei 1720, disebutkan sebuah kapal bernama the Grand-Sainte-Antoine tiba dari Sidon di Lebanon, membawa muatan sutra dan kapas yang berharga.

Tidak ada yang aneh dalam hal ini, tetapi masalahnya adalah bahwa kapal itu telah sebelumnya singgah di Siprus, di mana terdapat laporan wabah di tempat itu.

Setelah ditolak pelabuhan di Livorno, Italia kapal itu ditempatkan di sebuah karantina di luar dermaga kota.

Baca juga: Karantina: Pengertian dan Sejarah Singkat

Sementara sebelumnya diketahui penumpang kapal dari Turki dan kemudian menyebar ke ahli bedah kapal serta beberapa kru mati diduga karena virus.

Kondisi itu tidak tidak menjadi pertimbangan sejumlah pedagang.

Mereka sangat ingin agar muatan kapal mencapai pasar di kota Beaucaire tepat pada waktunya.

Sebagai akibatnya, otoritas kota dan dewan sanitasi ditekan terhadap keinginan pedagang untuk melepas status karantina kapal, dan awak serta muatannya diizinkan masuk ke pelabuhan.

Menyebar cepat

Selanjutnya yang terjadi dalam beberapa hari, tanda-tanda wabah muncul di kota, yang berpenduduk 90.000 pada saat itu.

Dengan cepat virus menyebar, para dokter tidak berdaya untuk menghentikan penyebarannya.

Dengan cepat, kota itu benar-benar kewalahan oleh banyaknya orang mati, dan infrastrukturnya benar-benar runtuh, meninggalkan tumpukan mayat di jalan-jalan.

Parlemen lokal di Aix mengetahui kejadian mengerikan ini, dan dipaksa bertindak.

Tembok dua meter yang disebut "la mur de la peste" didirikan di sekitar kota, dengan tiang-tiang yang dijaga ketat secara berkala.

Sayangnya tindakan tersebut tak cukup membendung virus. Selama periode dua tahun dari Mei 1720 sebanyak 100.000 orang meninggal termasuk 50.000 di Marseille.

Baca juga: Italia, Spanyol, dan Perancis Laporkan Tren Penurunan Kasus Covid-19

 
 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi