Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Masker dan Hand Sanitizer Kembali Normal, Apa Saja Faktor Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
Image by Robert Pastryk from Pixabay.
Ilustrasi masker.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Wabah virus corona disebut pertama kali menginfeksi warga di Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Dua bulan setelahnya, Indonesia dilaporkan adanya kasus pertama positif virus corona atau Covid-19.

Atas kejadian tersebut, stok alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer sempat mengalami penurunan stok secara signifikan, bahkan terbilang langka.

Namun, baru-baru ini sejumlah warganet mengaku telah menemukan produk masker dengan harga normal di beberapa minimarket.

"Udah banyak masker sekarang dan gak mahal lagi. Ini cuma 9000-an isi 5 pcs. Kemaren sekotak isi 50 dijual 350 ribu," tulis akun Twitter @ferdiriva dalam twitnya, Minggu (26/4/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 28 April: 3,05 Juta Orang Terinfeksi, 919.664 Sembuh, 211.102 Meninggal

"W abis beli jugak 9.900 di Indomart," tulis akun @novembergurll pada Minggu, (26/4/2020).

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Lantas, apa penyebab harga masker kembali normal di tengah pandemi virus corona yang masih berlangsung?

Penjelasan INDEF

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, normalnya harga masker dan hand sanitizer merupakan bentuk wujud demand (permintaan) dan supply (pasokan) yang sudah seimbang.

"Kalau harga fundamentalnya cuma lokal, kalau demand dan supply relatif sudah seimbang, maka harga akan kembali normal," ujar Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

Ia mengungkapkan, awal-awal harga masker mengalami lonjakan tinggi karena Pemerintah Indonesia mengekspor masker ke China di mana saat itu jumlah kasus terinfeksi virus corona mengalami peningkatan tajam

Tetapi, saat pemerintah sibuk mengekspor masker, mereka lalai bahwa virus corona dapat masuk ke Indonesia.

Baca juga: Bisa Dipraktikkan, Masker Kain Homemade Rekomendasi ITB

Oleh karena itu, pasokan masker menjadi sedikit dengan jumlah permintaan stok masker terus mengalami peningkatan.

Hal inilah yang menyebabkan harga masker di Indonesia melonjak naik.

"Tapi beriring dengan waktu, ada proses produksi pasokan menjadi meningkat lagi, jadi tidak hanya masker dalam kodisi normal, proses produksi juga membutuhkan waktu," terang Enny.

Menurutnya, kenormalan harga tidak hanya terjadi pada produk masker, namun produk-produk lain di mana permintaan dan adanya pasokan melimpah yang membuat harga turun.

Baca juga: Tak Pakai Masker di Thailand Bisa Dikenai Denda Rp 9,8 Juta

Tidak adanya pengatur

Sementara itu, Enny mengungkapkan bahwa terjadinya kelangkaan masker yang sempat terjadi di Indonesia, dikarenakan tidak adanya "pengatur" saat kegiatan ekspor dilakukan.

"Coba kalau kita di awal ada yang mengatur, ada yang mengantisipasi kita ekspor maskernya, tidak ugal-ugalan begitu, tidak terjadi kekurangan stok pasokan," ujar Enny.

Selain itu, penurunan harga masker juga disebabkan oleh masyarakat saat ini telah menemukan alternatif dari kelangkaan masker bedah, yakni membuat masker kain.

Tak hanya pembuatan masker kain, pembuatan hand sanitizer sendiri dan beberapa sumbangan dari instansi atau lembaga yang memberikan produk secara suka rela di masyarakat yang membuat produk hand sanitizer tidaklah langka.

"Itu yang membuat pasokan kembali seimbang dan membuat harga normal kembali," lanjut dia.

Baca juga: Mengintip Jejak Bupati Klaten Sri Mulyani, dari Bagi-bagi Nmax hingga Heboh Hand Sanitizer

Apakah kenormalan harga akan berlangsung dalam jangka panjang?

Terkait masih berlangsungnya wabah virus corona di Indonesia, Enny menyampaikan bahwa kenormalan harga masker dan hand sanitizer akan berlangsung lama jika pasokan masih terus bisa diproduksi.

"Selama pasokan ada dan masih bisa diproduksi, masalah harga ya masih seimbang," katanya lagi.

Sementara itu, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah yakni pihak-pihak yang telah membantu memberikan jalan keluar bagi fenomena kelangkaan alat kesehatan.

Misalnya, di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang telah memproduksi alat bantu pernapasan atau ventilator yang mulai langka di Indonesia.

Baca juga: Trump Sebut Akan Bantu Kirim Ventilator ke Indonesia, Apa Saja Fungsi Alkes Ini?

Alat ini mampu membantu gangguan pernapasan, terutama pada paru-paru, akibat terinfeksi virus corona dengan kondisi parah.

"Mestinya yang begitu diberi insentif agar pasokan tidak terganggu. Anggaran pemerintah yang Rp 75 triliun itu tidak digunakan untuk impor-impor alkes justru ini kesempatan bahwa anggaran tersebut dapat dioptimalkan kepada public health untuk menggerakan ekonomi," kata Enny.

Selain itu, Enny mengungkapkan, beberapa produk yang perlu dioptimalkan yakni vitamin dan produk-produk yang meningkatkan imunitas tubuh, bisa juga dengan alat olahraga mandiri.

Adapun alat olahraga yang dimaksud adalah alat yang dapat digunakan atau dimainkan oleh 2-3 orang saja, agar warga tidak perlu berkerumun untuk melakukannya.

"Contohnya raket, alat kesehatan ini bisa dikerjakan oleh 2-3 orang, justru alat olahraga yang mendiri itu lebih banyak permintaannya," lanjut dia.

Dengan anggapan banyaknya permintaan, hal ini dapat menjadi penggerak ekonomi.

Baca juga: Masker Bekas Menumpuk, China Berjuang Atasi Tumpukan Limbah Medis akibat Epidemi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Penggunaan Masker Kain

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi