Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Negara Ini Kembangkan Aplikasi untuk Lacak Penyebaran Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Aplikasi pada ponsel pintar dan teknologi digital lain telah banyak digunakan untuk membantu membatasi penyebaran virus corona. 

Saat ini, negara-negara di dunia mengembangkan aplikasinya masing-masing untuk menelusuri perjalanan penyebaran virus corona di wilayahnya.

Pengembangan aplikasi di setiap negara membantu mengawasi kasus penyebaran secara lebih spesifik.

Melansir DW, berikut adalah aplikasi atau teknologi yang dikembangkan oleh beberapa negara di dunia dalam mengawasi penyebaran Covid-19 di wilayahnya:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Terhantam Virus Corona, Maskapai Penerbangan Kurangi 5.000 Karyawannya

1. Australia

Dengan terus bertambahnya jumlah infeksi virus corona di dunia, Australia telah meluncurkan sebuah aplikasi untuk menelusuri mereka yang melakukan kontak dengan para pasien Covid-19 yang dikonfirmasi. 

Aplikasi ini hadir di tengah kekhawatiran tentang privasi data warga negara. 

Pasalnya, aplikasi yang dinamakan COVIDSafe ini menggunakan sinyal nirkabel Bluetooth. Jadi, aplikasi ini memungkinkan pejabat kesehatan untuk mengakses informasi penting tentang interaksi seseorang jika tertular virus.

Data dari semua nomor ponsel yang dideteksi berjarak 1,5 meter dari orang yang terinfeksi selama 15 menit atau lebih akan disimpan.

Baca juga: Bupati Konawe Utara Jemput PDP Corona yang Kabur dari RS Lari ke Kebun

2. China

Aplikasi kesehatan telah menjadi sebuah unsur penting dalam pencegahan gelombang kedua infeksi Covid-19 di China. 

Pengguna aplikasi memindai kode QR untuk berbagi informasi tentang status kesehatan dan riwayat perjalanan mereka.

Kode-kode ini harus dipindai sebelum menaiki bus dan kereta, atau memasuki bandara, kantor, hingga kompleks perumahan mereka sendiri.

Baca juga: Pasien Positif Corona di RSD Covid-19 Wisma Atlet Berkurang, Kini 711

Adapun warna yang berbeda pada aplikasi menunjukkan tingkat risiko yang berbeda pula. 

Kode hijau artinya diberikan gerakan tidak terbatas, kode kuning berarti karantina selama tujuh hari, dan kode merah bagi mereka yang harus menjalani 14 hari karantina.

Aplikasi ini dapat melacak apakah pengguna telah melakukan kontak dengan orang yang telah terinfeksi atau tidak.

Baca juga: Atasi Corona, Patungan Startup yang Diinisiasi East Venture Berhasil Kumpulkan Rp 10 Miliar

3. Italia

Saat Italia tengah mempertimbangkan langkah-langkah untuk mencabut penguncian wilayah akibat virus corona secara bertahap, negara ini juga menggarap sebuah aplikasi khusus penelusuran Covid-19.

Aplikasi ini akan melacak orang-orang yang telah melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi. 

Adapun aplikasi ini nantinya disebut memiliki tujuan yang jelas dan akan dikerjakan dengan dasar sukarela.

Baca juga: Kini Emas Anda Bisa Didonasikan untuk Bantu Masyarakat di Tengah Pandemi Corona

4. Korea Selatan

Korea Selatan adalah salah satu negara pertama yang terjangkit wabah virus corona. Negara ini melakukan pengujian besar-besaran dan pengembangan teknologi yang muncul sebagai studi kasus untuk mengendalikan jumlah kasus infeksi secara nasional.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KCDC) menjalankan Covid-19 Smart Management System (SMS), yaitu sebuah sistem pelacakan kontak yang berjalan melalui aplikasi ponsel pintar.

Baca juga: Pasien Positif Corona di Kepri Bertambah Jadi 60 Orang

Sistem ini disebut membantu pihak berwenang dalam menganalisis pergerakan pasien yang terkena dampak dan mereka yang berada di karantina.

Korea Selatan juga akan mulai menyertakan gelang elektronik bagi mereka yang abai terhadap perintah karantina rumah.

Orang yang menolak menggunakan gelang akan dipindahkan ke tempat penampungan dengan biaya mereka sendiri.

Baca juga: Saat Reza Rahadian Resah, Adukan Nasib Pekerja Seni Terdampak Corona ke Dirjen Kebudayaan

5. India

Pemerintah India telah meluncurkan aplikasi ponsel pintar bernama AarogyaSetu untuk membantu pelacakan pasien virus corona dan orang-orang yang melakukan kontak dengannya.

Menurut pihak berwenang, aplikasi ini telah diunduh 75 juta kali. Ada 11 bahasa yang tersedia pada aplikasi ini diluncurkan di Android dan iOS.

AarogyaSetu menggunakan teknologi Bluetooth yang memungkinkan orang untuk memeriksa apakah ada kasus virus corona di sekitar mereka atau tidak.

Baca juga: Obat Mag Diburu Warga Amerika untuk Virus Corona, Ini Kata Ahli

6. Jerman

Setelah sebelumnya berusaha mengembangkan aplikasi alternatif sendiri, kini Jerman mengubah pendekatan ke jalur pengembangan yang didukung oleh Apple dan Google. 

Sebelumnya, alternatif yang dipimpin Jerman disebut sebagai European Privacy-Preserving Proximity Tracing (PEPP-PT), dengan lembaga penelitian negara Franhoufer HHI dan badan kesehatan masyarakat Robert Koch Institute sebagai pemain kunci.

Akan tetapi, alternatif tersebut menerima kritik atas database pusat.

Saat ini, Jerman telah memilih untuk mendukung pendekatan Apple dan Google, dengan arsitektur perangkat lunak terdesentralisasi. Adapun data, dalam hal ini, akan disimpan pada ponsel pengguna.

Baca juga: Pasien Positif Corona di Cianjur Bertambah 2 Orang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi