Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lockdown karena Virus Corona, Begini Bazar Ramadhan Virtual di Malaysia...

Baca di App
Lihat Foto
Malaysia Travel
Bazar jajanan Ramadhan di Malaysia tahun 2018
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Selama 15 tahun, Siti Zubaedah Abdul Wahab mengisi Ramadhan dengan berjualan martabak daging satu bulan penuh di bazar Ramadhan Malaysia.

Namun, hal tersebut tidak bisa lagi dilakukan pada Ramadhan tahun ini. Martabak Mami Martabak Sultan, merek martabak milik Siti Zubaedah, kini melayani pemesanan martabak melalui WhatsApp dan Facebook.

Melansir Reuters, Selasa (28/4/2020), mereka sudah mulai membuka pemesanan sejak seminggu sebelum Ramadhan.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 29 April: 3,1 Juta Kasus, 951.030 Sembuh, 217.094 Meninggal 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal itu terjadi setelah Pemerintah Malaysia memutuskan untuk menutup bazar Ramadhan sebagai langkah pencegahan penyebaran pandemi virus corona.

"Ini adalah pertama kalinya kami berjualan secara online. Oleh sebab itu, kami ingin memulai lebih awal agar para pelanggan bisa menemukan kami," kata Siti Zubaedah.

Bulan suci Ramadhan identik dengan kemunculan pedagang jajanan atau takjil yang melayani kebutuhan berbuka puasa umat Islam.

Baca juga: UPDATE Corona di Probolinggo: Bertambah 4 Kasus Positif, Berasal dari Klaster Makassar dan Surabaya

Namun, pandemi virus corona, dengan lebih dari 2,6 juta orang terinfeksi di seluruh dunia, telah menyebabkan perlunya langkah-langkah antisipasi yang ketat.

Pihak berwenang Malaysia telah memberlakukan lockdown hingga pertengahan Mei dan menutup bazar Ramadhan.

Bazar ini biasanya dihadiri oleh banyak orang dan menampilkan ratusan kios yang menjual makanan untuk berbuka puasa, atau makanan cepat saji.

Baca juga: Soal Prediksi Akhir Pandemi Corona, Modelling Kebijakan dan Tes Covid-19...

Kolaborasi dengan platform digital

Adanya lockdown telah memaksa ribuan pedagang kaki lima untuk bermitra dengan platform digital, seperti yang terjadi di Indonesia.

“Di Indonesia, Anda dapat memesan hampir semua yang Anda inginkan melalui aplikasi,” kata Rosli Sulaiman, Presiden Asosiasi Pedagang Melayu dan Pedagang Melayu Malaysia.

“Di sini kita harus melakukan sedikit penyesuaian karena sebagian besar pedagang terbiasa berjualan di pinggir jalan. Beralih ke sistem online atau bertransaksi non-tunai akan menjadi sesuatu yang baru bagi mereka," kata Rosli. 

Baca juga: Soal Prediksi Akhir Pandemi Corona, Modelling Kebijakan dan Tes Covid-19...

Pedagang kaki lima Malaysia sangat terpukul oleh lockdown, dengan perkiraan kerugian sekitar 50 juta ringgit atau sekitar Rp 176 miliar dari sekitar 100.000 pedagang.

Untuk mengurangi kerugian, beberapa perusahaan telah mengembangkan platform e-bazaar untuk membantu pedagang kaki lima bermitra dengan layanan delivery dan menjangkau lebih banyak pelanggan secara online.

"Ini akan menjadi pengalaman baru yang cukup sulit, tapi kita tidak punya pilihan," kata Rosli.

Baca juga: Selidiki Kenapa Pria Rentan Terinfeksi Corona, Ahli Lakukan Uji Hormon

Namun, banyak bisnis makanan kecil lebih suka pemasaran langsung kepada pelanggan di media sosial karena mereka tidak mendapatkan cukup laba untuk dibagi dengan layanan delivery.

Lusinan grup bazar Ramadhan telah bermunculan di Facebook, di mana penjual dapat menawarkan layanan pengiriman tunai kepada pelanggan yang paling dekat dengan mereka.

Tidak hanya di Malaysia, bazar Ramadhan virtual juga didirikan di Singapura. Negara Merlion itu juga memutuskan untuk menutup bazar Ramadhan sebagai langkah pencegahan penyebaran pandemi virus corona.

Pandemi ini sangat memengaruhi perayaan Ramadhan, yang secara tradisi merupakan bulan ketika umat Islam menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan keluarga dan menghadiri shalat tarawih di masjid.

Baca juga: Sebanyak 130 Orangutan di Pusat Rehabilitasi Terancam Kehabisan Makanan di Tengah Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber: Reuters
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi