Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Editor's Letter untuk Harapan Kita di Puncak Pandemi Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi karantina virus corona, Covid-19
Editor: Amir Sodikin

KOMPAS.com - Harapan tidak akan pernah sia-sia. Apalagi harapan itu dilandasi upaya gigih untuk mewujudkannya.

Soal harapan ini, mari kita menengok DKI Jakarta, pusat sebaran Covid-19. Pekan lalu adalah pekan dengan kabar gembira. Terjadi pelambatan pesat kasus positif covid-19 di DKI Jakarta.

Betul, perjuangan belum berakhir dan banyak kemungkinan masih bisa terjadi. Namun, untuk munculnya harapan dari upaya gigih bersama ini, kita perlu bersyukur. Syukur itu akan menjadi bekal kokohnya harapan dan kegigihan berjuang.

Usai rapat dengan Presiden Joko Widodo, pekan lalu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengungkapkan capaian baik di DKI Jakarta.

Sebagai provinsi yang pertama kali meminta dan kemudian menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), DKI Jakarta mampu menurunkan jumlah kasus positif setiap hari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buat kamu yang lupa, DKI Jakarta menerapkan PSBB per 10 April 2020 setelah mengajukan dan mendapat persetujuan dari Kementerian Kesehatan. Di awal-awal PSBB, jumlah kasus positif sangat tinggi dan mendominasi jumlah secara nasional.

Sebagai gambaran, pada 15 April 2020, jumlah warga yang positif covid-19 di DKI Jakarta mencapai 223 kasus. Penambahan kasus positif bisa dikurangi signifikan karena pergerakan orang yang punya potensi menularkan Covid-19 dibatasi. 

Jumlah kasus positif di DKI Jakarta perlahan turun mulai 21-26 April 2020. Tanggal 26 April 2020, jumlah kasus positif 65. Tanggal 27 April 2020, jumlah kasus positif di kisaran angka itu, yaitu 70 kasus positif. 

Dengan kemampuan mengendalikan jumlah kasus positif ini, Doni Monardo memperkirakan pada Juli 2020, aktivitas kita akan berangsur normal.  

Normal? Tampkanya tidak juga. Dengan kesadaran dan perubahan yang kita lakukan selama bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah, jika situasi kembali normal, yang dimaksud adalah sebuah normal baru.

Negara-negara lain yang lebih dahulu mampu mengatasi Covid-19 kembali normal dengan normal baru mereka. China salah satunya. Sekolah tidak lagi sama, bekerja tidak lagi sama dan berinteraksi sosial tidak lagi sama meskipun aktivitasnya berangsur normal.

Peran kita

Sebelum menuju normal baru yang tampaknya masih berupa harapan, baik kalau kita mencatat dan mempraktikkan syaratnya. Tidak hanya pemerintah dan petugas yang punya tanggung jawab, tetapi kamu bisa ambil peran juga. 

Aktivitas kita akan normal di Juli jika tes masif dilakukan dan pelacakan agresif atas temuan dikerjakan sungguh-sunggu di bulan Mei ini. Syarat lainnya, menjelang Idul Fitri 1441 H yang jatuh 24-25 Mei 2020, mudik tidak dilakukan.

Kita perlu patuh dan disiplin. Petugas perlu tegas menindak pelanggaran kepatuhan dan kedisiplinan. Mulai 7 Mei 2020, pelanggaran larangan mudik didenda Rp 100 juta.

Meskipun di DKI Jakarta yang menjadi pusat penyebaran Covid-19 terjadi perlambatan pesat, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta agar warga tidak terlena. Tetap patuh dan disiplin.

Untuk meningkatkan kepatuhan dan kedisiplinan itu, DKI Jakarta menyediakan 20 juta masker. Tiap warga DKI Jakarta akan mendapat dua masker. Patuh dan disiplin pakai masker saat beraktivitas di luar rumah signifikan mencegah penularan Covid-10.

Di berbagai studi, Indonesia sedang bersiap menghadapi puncak pandemi covid-19. Ada yang menyebut pertengahan Mei, akhir Mei dan awal Juni 2020.

Untuk kamu ketahui, fase puncak pendemi terjadi jika kurva kasus rata, terjadi perlambatan penyebaran dan angka kasus baru turun. Tanda-tanda untuk hal ini sudah terlihat.

Menghadarpi fase puncak ini, mari kita bersiap dengan lebih patuh dan disiplin. Upaya baik yang kamu lakukan untuk memutus rantai penyebaran covid-19 sejak pertengahan Maret 2020 tampaknya sudah menjadi kebiasaan baik juga. Pertahakan, ya.

Harapan akan vaksin

Sambil menjaga kepatuhan dan disiplin, kita melihat upaya mengatasi pandemi ini mulai mendapatkan titik terang. Semua ilmuwan baik di Indonesia maupun di belahan dunia mana pun tengah berkejaran menemukan vaksin.

Dari Oxford kabar baik itu datang. Vaksin corona buatan Jenner Institute di Universitas Oxford terbukti efektif mencegah infeksi Covid-19 pada monyet.

Vaksin bernama "ChAdOx1 nCoV-19" telah diujikan pada enam monyet rhesus di Rocky Mountain Laboratory, National Institutes of Health, Montana, Amerika Serikat.

Bulan lalu, keenam monyet disuntik kandidat vaksin dan dipaparkan pada virus corona SARS-CoV-2 dalam jumlah besar. Setelah 28 hari berlalu, tidak ada satu pun monyet yang jatuh sakit.

Di kesempatan berbeda, Bill Gates yang sejak 2015 memperkirakan pandemi ini menyebut, dibutuhkan waktu sembilan bulan sampai 2 tahun untuk bisa memproduksi vaksin tersebut. Jumlah yang dibutuhkan pun fantastis antara 7-14 miliar vaksin.

Perkembangan dan perkiraan ini membuat sejumlah negara optimistis, awal 2021 kondisi karena pandemi covid-19 sudah bisa diatasi.

Respons berevolusi

Apakah kondisi kembali normal? Tampaknya tidak. Kalau pun kondisi normal, yang dimaksud dengan normal adalah normal baru hasil dari perubahan kita selama beberapa bulan sebelumnya.

Salah satu normal baru itu misalnya kemampuan kita beradapatasi dengan lebih cepat atas tuntutan-tuntutan perubahan yang perlu direspons.

Jika sebelumnya kita kerap bingung dengan respons pemerintah yang berubah-ubah menghadapi covid-19, normal baru membuat kita terbiasa dan memakluminya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, respons pemerintah menghadapi covid-19 memang berevolusi sesuai kecepatan perubahan.

Ngomong-ngomong Sri Mulyani, ada Sri Mulyani lain yang mencuri perhatian kita pekan lalu, dia merupakan Bupati Klaten.

Bupati Klaten Sri Mulyani membagi-bagikan 401 sepeda motor N-MAX warna merah kepada 391 kepala desa dan 10 lurah di Klaten, Jawa Tengah, serta menempeli hand sanitizer bantuan pemerintah dengan stiker wajahnya.

Ketakutan kehilangan jabatan dalam Pilkada Klaten yang belum jelas kapan pelaksanaannya membuat Sri Mulyani melakukan hal-hal tidak patut itu. 

Ketakutan adalah reaksi wajar saat pertama mendapati ketidakpastian. Ketakutan itu perlu direspons sewajarnya saja karena ketakutan bisa mematikan sistem imunitas tubuh. 

Apa ketakutan-ketakutanmu? Terhadap ketakutan-ketakutan itu, apa responmu?

Dari rasa takut yang berkecamuk di tengah ketidakpastian yang panjang ini, mari sama-sama belajar dan bertumbuh.

Tidak ada harapan yang sia-sia, terlebih harapan yang dilandasi upaya gigih untuk mewujudkannya. Jika dengan kegigihan itu harapan itu belum mewujud juga, mari menengadah ke langit membaca pertanda. 

Ada bintang Turaya atau Tsurayya di atas sana.

Salam gigih,

Wisnu Nugroho

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi