Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Kebun Binatang Indonesia Saat Pandemi Virus Corona...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/DEWANTORO
Seekor harimau sumatera berendam di kolam di kandangnya di Kebun Binatang Medan (Medan Zoo), Sabtu, 27 Februari 2016. Sejak penutupan, Medan Zoo kini menggalang koin donasi untuk kebutuhan makanan satwa.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Penutupan kebun binatang di seluruh Indonesia pada masa pandemi virus corona menimbulkan masalah baru bagi perawatan satwa-satwa yang menghuni tempat tersebut.

Hilangnya pemasukan utama kebun binatang dari tarif tiket masuk yang dikenakan kepada pengunjung yang datang merupakan penyebabnya.

Mengikuti instruksi dari pemerintah pusat dan daerah untuk menekan laju penyebaran Covid-19, seluruh kebun binatang di Indonesia sudah berhenti beroperasi sejak pertengahan Maret 2020.

Meski ada kebun binatang milik pemerintah daerah yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sebagian besar masih mengandalkan pemasukan dari tiket pengunjung sehingga penutupan operasi sangat berpengaruh terhadap keuangan mereka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan data dari Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) , anggota-anggota PKBSI mengelola satwa sebanyak 4.912 jenis dengan total 70.000 individu satwa yang terdiri dari mammalia, unggas, reptil dan ikan.

PKBSI menaungi 57 kebun binatang dan lembaga konservasi.

Baca juga: Kebun Binatang Bandung Terancam Potong Rusa untuk Pakan Satwa

PKBSI juga menyerap sedikitnya 22 ribu orang pekerja yang bekerja di berbagai sektor, seperti staff keeper dan dokter hewan.

Biaya operasional yang harus dikeluarkan setiap bulannya mencapai Rp 60 miliar yang mencakup antara lain biaya pakan satwa dan gaji pegawai.

"Ini yang perlu diketahui, bahwa pengelolaan kebun binatang itu berbeda dengan bisnis/perusahaan. Ketika bisnis/perusahaan diminta tutup, maka mereka bisa tutup total, libur. Tetapi kebun binatang harus tetap beroperasi meskipun tidak ada pengunjung yang datang. Karena ada satwa yang harus diberi makan, harus dirawat, tidak bisa di-stop. Ini menyangkut nyawa makhluk hidup," kata Ketua Umum PKBSI Rahmat Shah saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/5/2020).

Rahmat menyebutkan, dalam kondisi normal, angka kunjungan ke kebun binatang setiap tahunnya bisa mencapai 50 juta kunjungan.

Saat ini, ia bersama PKBSI sudah melayangkan surat kepada Presiden Joko Widodo dan menteri terkait untuk meminta bantuan bagi kesejahteraan satwa dan juga pekerja kebun binatang.

Substitusi pakan

Rahmat mengatakan, prioritas utama PKBSI saat ini adalah agar satwa tetap sehat serta memastikan agar perawatan serta pemeliharaan mereka tetap berjalan normal.

Untuk menyiasati keterbatasan dana, pengelola kebun bintang saat ini menyiasatinya dengan melakukan substitusi pakan.

Caranya, mengubah atau mengombinasikan pakan baik dalam hal jumlah maupun jenisnya.

Misalnya, mengganti pakan impor dengan pakan lokal, pakan yang awalnya hanya daging sapi kini dikombinasikan dengan daging ayam.

"Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada satwa yang mati karena kelaparan," kata Rahmat.

Baca juga: Mati Surinya Sejumlah Kebun Binatang di Tengah Pandemi, Ada yang Hendak Korbankan Rusa untuk Pakan Harimau

Menggalang dana

Saat ini PKBSI membuka penggalangan dana untuk perawatan satwa dan pemenuhan kesejahteraan karyawan.

Donasi ini akan disalurkan kepada kebun binatang anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Rahmat mengatakan, untuk saat ini, kebun binatang Medan dan Semarang akan mendapat prioritas bantuan terlebih dahulu karena keduanya berada dalam kondisi yang termasuk kritis.

Semua proses penggalangan dana dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Masyarakat juga bisa memantau proses penggalangan dana melalui akun media sosial PKBSI.

Baca juga: Stok Pakan dan Vitamin di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta Cukup 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi