Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didi Kempot dan Kedekatannya dengan Negara Suriname

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Mungkin tidak banyak musisi Indonesia yang sangat digandrungi oleh warga negara lain. Dari sedikit musisi itu, Didi Kempot menjadi salah satunya, dia sangat terkenal di Suriname.

Lewat lagu bertajuk "Angin Paramaribo", Didi Kempot sering dianggap sebagai penyanyi atau "warga" Suriname. Paramaribo adalah ibu kota negara Suriname.

Nama Didi memang sangat dikenal di negeri bekas jajahan Belanda yang terletak di timur laut Amerika Latin itu.

Baca juga: Ojo Mudik hingga Ora Bisa Mulih, Lagu Didi Kempot tentang Virus Corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diundang Presiden Suriname

Begitu terkenalnya, sampai ia diundang ke hotel oleh Presiden Suriname, Weyden Bosch, saat berkunjung ke Indonesia sekitar awal tahun 1998.

"Saya ngobrol dengan presiden dan istrinya di kamar hotel. Santai, seperti bertemu dengan teman lama," tutur Didi pada suatu siang akhir Agustus di Kampung Sumber, Solo, dikutip dari harian Kompas (7/9/1999).

Menurut Pat H Amatmarwan, impresario keturunan Jawa yang berjasa mengorbitkan Didi Kempot di Belanda dan Suriname saat itu, banyak fans Didi di Suriname.

Baca juga: Kreativitas Didi Kempot dan Pelajaran Filsafat Eksistensi

Sekitar tahun 1999, warga keturunan Jawa lumayan banyak bermukim di Belanda (25.000 dari 300.000 orang Indonesia di sana), serta di Suriname (80.000 dari 400.000 jiwa populasi penduduk Suriname).

"Masyarakat Jawa di Suriname amat fanatik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan budaya Jawa," imbuh Isharyanto, musisi anggota Favourite Group yang pertama kali membawa Didi ke Belanda tahun 1994.

Nyanyi satu lagu tujuh kali berturut-turut

Biasanya saat Didi Kempot pentas di Suriname, publik seperti histeris. Tak jarang, Didi diminta menyanyikan satu lagu yang sama sampai tujuh kali berturut-turut.

"Setiap kali membawakan lagu 'Layang Kangen' (Surat Rindu), begitu musik jreng, serentak seluruh penonton tanpa diminta langsung koor: Layangmu tak tampa wingi kuwi/Wis tak waca/Apa sing dadi karepmu... Saya tinggal menyodorkan mike ke arah mereka. Wah, jadi penyanyi kok seenak ini. Enggak susah payah, dibayar lagi," ujar Didi.

Baca juga: Saat Didi Kempot Mendamaikan Campursari dan Pop

Tembang Jawa "Layang Kangen" ciptaannya dianggap berhasil mengganti posisi lagu "Rek Ayo Rek" karya Isharyanto yang pernah jadi "lagu nasional" di Suriname.

Adapun nama-nama artis penyanyi yang pernah melekat di hati warga Jawa di sana lainnya adalah Waldjinah, Mus Mulyadi, dan Ary Koesmiran.

Medali penghargaan dari Suriname

Selain terkenal di Suriname, Didi juga dianggap berjasa di bidang kebudayaan, terutama berkat lagu "Angin Paramaribo".

Hal itu membuat Didi Kempot pun pernah mendapat medali penghargaan dari Presiden Suriname. Lagu berirama slowrock dan sweet ini melibatkan vokalis negro sebagai penyanyi latar.

Baca juga: Didi Kempot dalam Kenangan...

"Pertimbangan saya, karena vokal negro yahud. Tetapi, ternyata ada efek yang lain. Saya dianggap berhasil merangkul etnis lain di Suriname sehingga terjadi perkawinan budaya," papar Didi, yang pernah memperoleh gelar "Penyanyi Jawa Teladan" dari warga Jawa di Belanda.

Sebagai penyanyi, Didi Kempot bahkan lebih dulu terkenal di Suriname dan Belanda ketimbang di Tanah Air.

Mengamen 10 tahun di Solo

Sebelum menjadi penyanyi dan mengeluarkan album, Didi menggelandang sebagai pengamen jalanan di Kota Solo.

"Sepuluh tahun saya mengamen di Keprabon (pusat jajanan di Solo)," ungkap Didi, yang begitu kenal seluruh sudut Kota Solo karena sering mengamen dari rumah ke rumah.

Tak jarang, sebagai pengamen, di banyak mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan.

Baca juga: Didi Kempot dan Upayanya Bantu Pemerintah Melawan Virus Corona

Namun, pengalaman itu menempanya menjadi sosok yang kuat dan banyak menginspirasi lagu-lagunya.

"Ditolak orang karena dianggap mengganggu, saya tidak sakit hati. Atau dikejar anjing penjaga rumah, itu biasa. Tetapi, niat saya memang mau menyanyi untuk menghibur orang," ungkap Didi.

"Saya waktu itu mengamen bukan semata-mata cari duit. Dan saya bukan mau cari makan dari mengamen, karena orangtua saya masih mampu memberi saya makan dan pakaian," tutur dia.

Masa-masa getir sebagai pengamen jalanan dengan lingkungan seperti itu telah menjadikan jiwanya lebih luas dan dapat memahami banyak orang.

Didi juga pernah berpesan untuk pengamen kota-kota besar yang memang tekun bermusik.

"Mengamenlah secara baik. Niatkan untuk menghibur orang, dan jangan semata-mata mencari uang. Dan bila ada waktu luang, belajarlah mengarang lagu sendiri, siapa tahu nanti bisa rekaman," pesan Didi.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: DIDI KEMPOT Godfather of Broken Heart (1966-2020)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi