Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Didi Kempot Bukan Hanya Legenda, Tapi Juga Aktivis Sosial"

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

Wes sak mestine ati iki nelongso
Wong seng tak tresnani mblenjani janji
Opo ora eling naliko semono
Kebak kembang wangi jeroning dodo
Kepiye meneh iki pancen nasib ku
Kudu nandang loro koyo mengkene

KOMPAS.com - Penggalan lagu "Cidro" itu akan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia, khususnya penggemar Didi Kempot.

Maestro musik campursari itu tutup usia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo pada Selasa (5/5/2020) pukul 07.30 WIB.

Kabar meninggalnya Didi mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, dalam beberapa waktu terakhir ia masih sering muncul di televisi untuk mengisi konser online.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Didi Kempot dan Kedekatannya dengan Negara Suriname

Sobat ambyar berduka

Media sosial pun ramai dibanjiri komentar warganet yang merasa kehilangan atas kepergiannya.

Kata "Didi Kempot" dan tagar SobyatAmbyarBerduka bahkan memuncaki populer di media sosial Twitter Indonesia.

Ucapan duka juga muncul dari para publik figur hingga para "Sobat Ambyar", julukan penggemar Didi Kempot.

Baca juga: Kreativitas Didi Kempot dan Pelajaran Filsafat Eksistensi

Promotor musik sekaligus CEO Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi mengatakan, Indonesia berduka atas kehilangan salah satu legendanya.

"Kemarin kita sudah kehilangan Glenn, sekarang Mas Didi. Saya kira Indonesia berduka soal ini," kata Anas saat dihubungi, Selasa (5/5/2020).

Menurut Anas, Didi Kempot bukan hanya seorang musisi, namun juga legenda yang fenomenal karena lagu-lagunya yang realistis.

Artinya, lirik lagunya banyak bercerita tentang suara kelas bawah dan mewakili perasaan banyak orang.

Baca juga: Saat Didi Kempot Mendamaikan Campursari dan Pop

Diterima semua kalangan

Dia menyebut kesuksesan Didi Kempot di dunia musik tak lepas dari penggunaan bahasa Jawa dalam setiap lagunya.

"Satu hal yang cukup menarik adalah artis yang menggunakan bahasa jawa sebagai liriknya kan sangat jarang," kata dia.

"Bahkan Mas Didi ini menurut saya berhasil mengambil satu-satunya pasar yang masih kosong. Itulah kenapa lagu-lagunya sangat diterima," sambungnya.

Baca juga: Didi Kempot dalam Kenangan...

Menurutnya, lagu Didi Kempot kini tak hanya dinikmati oleh kelompok masyarakat kelas bawah, tapi juga kalangan atas.

Hal itu dibuktikan dengan tampilnya Didi Kempot di televisi nasional.

"Itu sebagai penanda bahwa karya mas Didi diterima oleh semua kalangan masyarakat," jelas dia.

Aktivis sosial

Penggagas Prambanan Jazz Festival dan Jogjarockarta itu menyebut dirinya telah berencana membuat konser online bersama Didi Kempot.

Namun, hal itu belum terlaksana karena padatnya jadwal pria yang juga dijuluki The Godfather of Broken Heart itu.

Baca juga: Didi Kempot dan Upayanya Bantu Pemerintah Melawan Virus Corona

Selain itu, beberapa konser amal Didi Kempot untuk penggalangan dana Covid-19 ini, kata Anas, membuatnya layak disebut sebagai aktivis sosial.

"Mas Didi bukan hanya legenda, tapi juga aktivis sosial," kata Anas.

Anas mengatakan, legacy atau warisan penting yang ditinggalkan oleh Didi Kempot adalah bagaimana bahasa Jawa bisa diterima luas oleh masyarakat, melalui lagu-lagunya.

Baca juga: Sobat Ambyar dan Sihir Didi Kempot

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi