KOMPAS.com - Sebanyak 63 pegawai dari perusahaan rokok, Sampoerna, dilaporkan positif terinfeksi virus corona setelah hasil tes swab kedua keluar pada Sabtu (2/5/2020).
Sebelumnya, dua orang karyawan Sampoerna berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) tetap bekerja pada saat harus menjalani isolasi. Akibatnya, lokasi tersebut kini menjadi klaster baru di Surabaya.
Sementara, dua pegawai tersebut meninggal dunia.
Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?
Terkait kabar tersebut, muncul dugaan bahwa rokok produksi Sampoerna dapat menularkan virus corona ke berbagai orang.
"Bang ini seriusann grgr ngudut samporna jadi kenaa ???" tulis akun Twitter Komang, @louisekomang dalam twitnya pada Selasa (5/5/2020).
Baca juga: Mengenal Remdesivir, Dikembangkan China untuk Covid-19 hingga Disetujui BPOM AS
Kemudian, komentar lain terkait menempelnya virus corona di benda mati pun menjadi pertanyaan warganet.
"Emang virus itu bisa bertahan berapa lama sih di luar inangnya? Kagak ngaruh ke produknya kali....," tulis akun J-374, @de_jungledunk2 dalam twitnya, Minggu (3/5/2020).
Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak
Lantas, benarkah rokok dapat menjadi sumber penularan baru dari virus corona?
Menanggapi hal itu, dokter Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi, dr Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI mengungkapkan, produk rokok atau benda mati tidak dapat menularkan virus corona dalam jangka waktu tertentu.
"Virus tidak bertahan berhari-hari di luar tubuh manusia. Virusnya RNA mati kalau di luar tubuh manusia," ujar Erni saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/5/2020).
Menurutnya, virus RNA juga memerlukan waktu untuk bertahan hidup di luar tubuh manusia.
"Tergantung medianya, biasanya tidak lebih dari 1 jam. Tergantung suhu juga, thermal sensitive," kata dia.
Sementara itu, Erni menjelaskan bahwa penularan virus corona dimungkinkan dapat terjadi oleh orang yang tidak menggunakan masker.
Misalnya, ketika seseorang merokok, otomatis ia tidak pakai masker dan memungkinkan droplet (tetesan liur) menempel dan menginfeksi orang lain.
"Kalau tertular Covid karena ia tidak pakai maskernya, bukan karena aktivitas merokok. Tangan pegang ini itu, berarti penularan mekanismenya seperti yang selama ini sudah diketahui," terang dia.
Baca juga: Menilik Alasan Penyebab Pasien Covid-19 Kerap Kabur dari Rumah Sakit
Terkait aktivitas merokok, Erni mengatakan, sebaiknya masyarakat tidak merokok di saat pandemi ini.
Sebab, risiko tertular penyakit tersebut lebih besar, karena perokok tidak menggunakan masker.
Masyarakat seharusnya mengingat kembali cara penularan virus yang sudah diketahui dan melakukan upaya pencegahan Covid-19.
"Kalau pegawai pabrik rokok yang tertular karena di pabrik itu, bisa jadi tidak ada physical distancing, sehingga terjadi penularan," ujar dia.
Kemudian, tercemarnya rokok atau barang produksi, berarti pegawai pabrik melakukan kerja tanpa adanya alat pelindung diri (APD).
Dengan demikian, di pabrik sebaiknya dibekali dengan ketentuan pakaian saat bekerja dan apabila ketentuan ini dijaga, maka anggapan rokok tercemar tidak tepat.
Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona
Bahan baku rokok tidak dapat menjadi tempat tumbuh virus
Sementara itu, Ketua Tim Riset CoV & Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF), Prof. DR. C. A. Nidom mengatakan, ada tiga faktor yang menyebutkan rokok tidak dapat sebagai tempat tumbuh virus Covid-19.
"Pertama, rokok sebagai benda, ya, mengikuti kaidah umum bahwa virus ini bisa berada di luar tubuh (udara) 2-5 jam. Tapi, biasanya rokok dari pabrik berada dalam gudang beberapa saat, di situ tentunya kalau ada virus ya sudah mati," ujar Nidom saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com pada Rabu (6/5/2020).
Kedua, faktor lain yakni bahan rokok atau tembakau baik berasal dari tanaman atau kertas, tidak dapat sebagai tempat tumbuh virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2.
Terakhir, Nidom menyampaikan, rokok dapat menjadi faktor penular virus corona jika rokok tersebut dipakai dengan cara "sharing" atau berbagi.
Terkait hal itu, guru besar di Universitas Airlangga (Unair) ini menyarankan, lokasi pabrik tetap dilakukan desinfeksi, baik di lokasi pembuatan atau di gudang dan truk pengangkut rokok.
Baca juga: Kenali Skinny Fat, Tubuh Kurus dengan Tingkat Lemak Tinggi yang Berpotensi Serangan Jantung