Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak Bosan Belajar di Rumah, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/IRSAN MULYADI
Seorang anak didampingi ibunya belajar dengan melihat tayangan siaran TVRI di rumah mereka, di Deli Serdang, Sumatera Utara, Senin (13/4/2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan lembaga penyiaran publik TVRI sejak Senin (13/4) hingga tiga bulan ke depan menyiarkan program belajar bagi siswa mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA guna membantu para siswa belajar di rumah selama wabah COVID-19.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kurang lebih satu bulan terakhir, seluruh pelajar tidak lagi menjalani proses belajar dari sekolah melainkan dari rumah masing-masing.

Kebijakan itu dilakukan untuk menghindari penyebaran virus corona di lingkungan masyarakat terutama  di sekolah. 

Namun terlalu lama menjalani aktivitas di rumah membuat anak merasa jenuh dan mulai merindukan suasana sekolah.

Salah satunya terjadi pada seorang siswi TK di Probolinggo, Jawa Timur yang merindukan suasana sekolah bersama teman dan guru, hingga akhirnya diantarkan oleh sang ayah ke depan pagar gedung sekolahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya, siswi tersebut juga sempat mengenakan seragam lengkap, membawa tas, dan memakai sepatu, berharap bisa berangkat ke sekolah. 

Baca juga: Penuh Haru, Seorang Siswi TK Menangis di Depan Pagar Sekolah karena Rindu

Interaksi fisik

Melihat kondisi seperti ini, Psikolog Pendidikan Bondhan Kresna menyebut anak sebenarnya merindukan interaksi fisik yang biasanya terjalin dengan teman-temannya.

"Mungkin perlu digali lagi, anak tersebut rindu bersekolah, suasana sekolah, rindu apanya yang ada di sekolah? Dugaan saya, bisa jadi rindu dengan teman-temannya," kata Bondhan saat dihubungi, Selasa (5/5/2020).

"Pengalaman saya, anak jenuh karena orangtua tidak punya cukup waktu untuk bermain dengan anak. Jadi berhubungan dengan soal intensitas interaksi fisik," lanjut Bondhan.

Untuk itu, orangtua memang dituntut untuk lebih kreatif dalam membangun interaksi dengan anak. Interaksi baik yang terbangun nantinya diharapkan bisa membuat anak tidak begitu kehilangan interaksi fisik yang biasanya dimiliki di sekolah bersama dengan teman-temannya.

Misalnya dengan cara bermain bersama, mendampiingi anak membaca atau ketika mereka melihat ponsel, bercerita, membuat kerajinan tangan, berkebun, menggambar, dan sebagainya.

"Jaga supaya anak tidak terlalu banyak beraktivitas sendiri dan juga minimalkan screen time, interaksi dengan tv, handphone, laptop, tablet, dibanding interaksi dengan orang-orang di rumah," jelas Bondhan.

Baca juga: Berdiam Diri di Rumah Bisa Membuat Cepat Jenuh? Ini Penjelasannya...

"Interaksi fisik menurut saya sangat penting. Jangan sampai lebih banyak di rumah jadi membuat anak lebih banyak berinteraksi dengan gawai, alih-alih dengan orangtuanya," tambah dia.

Sekolah dan rumah

Hal yang sama juga disampaikan oleh psikolog anak, Seto Mulyadi.

Saat dihubungi Selasa (5/5/2020) siang, Seto menjelaskan semestinya rumah bisa menjadi sekolah dan sebaliknya, sekolah pun bisa menjadi rumah.

Di sekolah, tanggung jawab terbesar ada pada guru, jika di rumah tanggung jawab itu ada pada orangtua.

Untuk menjaga agar anak-anak tidak frustrasi atau jenuh terlalu lama menjalani proses belajar di rumah, orangtua memiliki peran penting untuk tampil sebagai teman anak dalam mempelajari berbagai hal.

"Dunia anak mereka adalah sekolah. Sekolah ini bukan sekadar mata pelajaran dari guru, juga pertemuan dengan teman-temannya, suasana bercanda ria, kadang saling meledek, segala macam, tapi sangat penuh persahabatan," ujar mantan Ketua Komnas Perlindungan Anak itu.

Suasana persahabatan itu lah yang harus dipindahkan ke rumah, dengan dilakukan oleh orangtua, anak, dan penghuni rumah lainnya.

"Orangtua jangan bossy, jangan main perintah harus ini ini ini, jadilah sahabat anak. jangan seperti robot, anak di depan tv/laptop, kemudian ketika orangtua ditanya tidak memberikan respons yang tidak menjawab," ujar pencipta tokoh Si Komo di era 80-an itu.

Baca juga: Siswa Korea Selatan Alami Stres Belajar di Rumah Selama Wabah Corona

Pendekatan kontekstual

Seto menjelaskan ada banyak cara yang bisa diterapkan orangtua di rumah agar sang anak tetap dapat belajar di situasi darurat ini dengan menyenangkan, dan tetap sesuai dengan standar yang dimiliki oleh siswa di kelasnya.

Pelajaran yang semestinya didapatkan di sekolah secara teori, bisa disampaikan dari dalam rumah menggunakan pendekatan yang kontekstual, disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Misalnya anak yang terlalu banyak menonton tv, mintalah ia untuk berhitung berapa persen waktunya dalam sehari habis untuk menonton televisi.

Ajarkan dia matematika dari masalah riil yang ia temui dalam kesehariannya.

Atau, jika ada orang di rumah yang merokok, ajak anak berdiskusi, apakah itu baik untuk kesehatan paru si perokok dan bagaimana yang seharusnya dilakukan.

Ini juga secara tidak langsung tengah membahas soal organ tubuh, materi yang ada dalam pelajaran biologi atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Baca juga: Puasa di Rumah Saja, Berikut Tips Mengolah Makanan Instan Agar Lebih Bergizi

Diskusi terbuka

Diskusi terbuka terkait sesuatu yang sesuai dengan materi pembelajaran di sekolah semacam itu tidak hanya berguna untuk memenuhi tuntutan materi sekolahnya, namun juga melatih anak untuk memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat.

"Mohon guru-guru tidak hanya memberikan tugas tumplek blek ke murid, tetapi juga komunikasikan dengan orangtua, apa sih SKL (Standard Kompetensi Lulusan)-nya. Jadi suasananya penuh persahabatan, guru yang komunikasi dengan orangtua, orangtua yang menjabarkan kepada anak," ujar Seto.

Atau, jika anak mengatakan ingin segera kembali ke sekolah, rindu bertemu dengan teman, dan sebagainya, apresiasi keinginan tersebut dengan positif.

Interaksi virtual

Kemudian orangtua bisa juga menggunakan teknologi Google Street Vew dan sebagainya untuk mengajak anak mengunjungi sekolah, rumah teman, atau saudara secara virtual selama musim pandemi Covid-19 ini.

Hal itu diharapkan bisa sedikit mengobati kerinduan anak pada sekolah dan teman-teman yang tidak bisa ditemuinya.

Dari proses belajar darurat ini, diharapkan ada banyak manfaat yang bisa diambil oleh anak dan orangtua, salah satunya adalah hubungan antar keduanya yang bisa semakin dekat layaknya teman.

"Mudah-mudahan setelah ini semua terjadi nantinya anak akan merasa orangtua adalah sahabat mereka," kata Seto.

Baca juga: Belajar dari Rumah, Kurikulum Darurat dan Anjuran Kak Seto...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi