Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Dinilai Paling Mudah Beradaptasi Setelah Pandemi, Ini Alasannya...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI
Siswa baru kelas satu Sekolah Dasar Negeri Pengadilan berbaris disaksikan para orangtua di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (15/7/2019). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2019-2020 dimulai serentak dan para orang tua siswa hadir mengantar anaknya untuk mengenal lingkungan sekolah serta berinteraksi dengan pihak sekolah dan guru.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Selama lebih dari sebulan terakhir, siswa-siswi sekolah mulai dari TK hingga SMA sederajat menjalani proses belajar dari rumah akibat adanya pandemi Covid-19.

Kebijakan belajar dari rumah ini diberlakukan sebagai upaya untuk memutus penyebaran virus corona agar tidak meluas. 

Rutinitas bangun pagi dan berangkat ke sekolah, belajar di kelas dengan pembagian waktu yang rigid dan kegiatan luar rumah lainnya otomatis berkurang. 

Baca juga: Guru Asal Indonesia di Australia Khawatir soal Pembukaan Sekolah Kembali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah setelah nantinya kebijakan memulai kembali jadwal sekolah membuat para siswa perlu kembali melakukan adaptasi?

Menjawab hal tersebut, Psikolog Pendidikan Bondhan Kresna mengatakan, hal itu tidak akan menjadi masalah besar.

"Kalau kita asumsikan dua bulan lagi anak sudah masuk sekolah. Saya kira tidak perlu ada hal khusus yang dipersiapkan. Di negara subtropis anak liburan musim panas juga bisa hitungan bulan," ujar Bondhan kepada Kompas.com, Selasa (5/5/2020).

Interaksi fisik

Satu hal yang menurutnya penting untuk dijaga adalah interaksi fisik anak-anak ini ketika berada di rumah.

Mengapa, karena selama belajar di sekolah, anak-anak ini sangat erat hubungannya dengan interaksi fisik yang mereka jalin dengan teman-teman dan para guru.

Baca juga: Warga Korea Selatan Mulai Beraktivitas Normal Setelah Kasus Covid-19 Menurun

Jangan sampai proses belajar di rumah menjadi alasan mereka lebih sering bermain dengan gawainya atau melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat.

"Orangtua (harus) aktif mendampingi anak belajar di rumah. Satu-satunya kelemahan situasi sekarang adalah anak jadi tidak berinteraksi fisik dengan teman-temannya," ujar

Apa yang disampaikan Bondhan juga dibenarkan oleh psikolog anak Seto Mulyadi.

Tokoh pemerhati anak ini menyebut bahwa anak-anak tidak akan mendapati permasalahan yang berarti ketika mereka harus kembali ke sekolah, di saat pandemi ini berakhir atau setidaknya tertangani

"Yang perlu diingat, atau yang sering dilupakan, anak itu memiiliki daya lenting, daya adaptasi yang bagus. Saya buktikan waktu bencana di Palu, bencana dahsyat, anak-anak justru yang paling cepat menyesuaikan diri, yang adaptasinya cepat," ujar Seto yang dihubungi terpisah, Selasa (5/5/2020).

Yang terpenting, menurut mantan Ketua Komnas Perlindungan Anak ini adalah interaksi fisik yang tetap dimiliki anak selama berada di rumah.

Baca juga: Mengapa Kasus Covid-19 di Eropa Timur Lebih Rendah Dibandingkan Bagian Barat?

Peran orang tua

Di sini peran orangtua adalah yang paling utama untuk memastikan anak tetap memiliki teman untuk berinteraksi meskipun proses belajar dilakukan dari rumah.

"Sekolah itu bisa menjadi rumah, rumah itu bisa menjadi sekolah. Suasana psikologisnya, kalau semua penuh dengan keakraban, kasih sayang, kerja sama, itu bukan sesuatu yang mengagetkan," kata Seto.

Dengan begitu, anak tetap mendapatkan apa yang ia tidak dapatkan sejak tidak pergi ke sekolah, interaksi dengan teman-temannya.

Kak Seto juga mengatakan, orangtua, kakak, adik, atau siapapun yang ada di rumah adalah sosok teman seorang anak selama proses belajar dilakukan di rumah.

Untuk itu, janganlah terlalu kaku dalam memberikan materi belajar kepada anak selama masa belajar dari rumah ini.

"Belajar harus tetap dibungkus dengan suasana yang ramah anak, jangan seperti sesuatu yang mengerikan, bahwa kurikulum itu berat, seolah-olah belajar itu menghafal rumus. Seolah-olah dipertentangkan dengan naluri anak-anak itu sendiri yang pada dasarnya semua anak itu senang belajar," jelas Seto.

Baca juga: Bersiap Hadapi New Normal Life Saat Karantina Covid-19 Berakhir, Seperti Apa?

Ramah dan menyenangkan

Alumnus Psikologi Universitas Indonesia ini menyebut, pendidik, baik guru maupun orangtua, harus memahami apa dasar dari pendidikan yang harus diterapkan.

Berdasarkan Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), pokok pendidikan secara berurutan adalah etika, estetika, iptek, nasionalisme, dan kesehatan.

Semua ini menurut Kak Seto bisa dikemas dengan berbagai pendekatan yang ramah dan menyenangkan, tidak harus dengan menghafal teori, atau berhitung sesuatu yang sifatnya hanya perumpamaan dan tidak riil.

"Kalau itu dipegang teguh oleh pendidik maka belajarnya akan menyenangkan, apakah itu di rumah ataupun di sekolah," pungkas Kak Seto.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi