Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat Radang Sendi Diuji Coba pada Pasien Parah Infeksi Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
THINKSTOCKPHOTOS
Ilustrasi peneliti sedang bekerja di laboratorium.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Para ilmuwan medis terus melakukan upaya untuk menemukan obat yang bisa meredakan kondisi pasien infeksi virus corona.

Upaya ini dilakukan di tengah upaya penemuan vaksin virus corona yang dilakukan beberapa negara.

Sejumlah uji coba penggunaan obat-obatan dilakukan untuk mencari terapi yang dapat digunakan untuk membantu menangani kondisi pasien Covid-19 sambil menunggu adanya vaksin.

Salah satu obat yang saat ini tengah diteliti kemampuannya untuk menangani pasien Covid-19 adalah Actemra.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obat dengan kandungan zat aktif Tocilizumab ini diyakini mampu menolong pasien yang tengah mengalami kondisi berat akibat viruscorona.

Saat ini, ada 6 pasien infeksi virus corona yang mendaftarkan diri dalam uji klinis tahap akhir untuk menguji Actemra.

Baca juga: Sejumlah Vaksin Covid-19 Sedang Diuji Coba, Bagaimana Ilmuwan Memilih yang Terbaik?

Melansir Business Insider, Kamis (7/5/2020), Kepala Global Imunologi Genentech untuk Penyakit Menular dan Pengembangan Klinis Oftamologi, Mark Eisner, mengatakan, studi ini telah mendaftarkan pasien pertama pada Jumat (1/5/2020) di Amerika Serikat dan Spanyol.

Melalui uji coba ini, akan dilihat apakah Actemra yang merupakan obat anti-inflamasi untuk radang sendi mampu membantu pasien kasus parah menjadi sembuh.

Secara keseluruhan, dalam studi ini, akan ada 330 orang di seluruh dunia yang menjalani uji coba.

Hasilnya diharapkan akan keluar saat awal musim panas.

Syarat pasien yang ikut uji klinis

Adapun syarat pasien yang mengikuti uji klinis ini adalah mereka yang memiliki kasus Covid-19 parah yang ditandai dengan pneumonia dan perlu menjalani rawat inap.

Pasien yang terdaftar akan secara acak menerima infus Actemra IV dan beberapa plasebo yang sesuai.

Selama satu bulan, dokter akan melihat status klinis mereka berdasarkan tujuh skala kategori untuk melihat apakah kondisi pasien membaik atau memburuk.

Uji ini diharapkan dapat menjawab apakah Actemra dapat memberi manfaat pada pasien yang parah atau tidak.

Uji ini utamanya muncul setelah adanya laporan anekdotal kemanjuran Actemra dari penelitian di China.

Actemra merupakan obat yang diproduksi oleh Genentech, anak perusahaan farmasi Swiss, Roche.

Cara kerja Actemra bukan memerangi virus secara langsung.

Akan tetapi, memanfaatkan peranannya dalam menghambat Interleukin 6 (IL-6).

Baca juga: Jepang Setujui Remdesivir Dipakai sebagai Obat Virus Corona

Melansir dari Thailandmedical News, IL-6 adalah sitokin yang memainkan peran penting dalam respons imun.

Meski demikian, IL-6 kerap memainkan peran dalam mengatasi keparahan suatu penyakit seperti pada penyakit autoimun, multiple myeloma, dan kanker prostat.

Dalam kasus Covid-19, respons imun yang terlalu aktif dapat merusak paru-paru.

Melalui uji klinis ini, akan diketahui apakah obat mampu bertindak untuk mengatasi badai sitokin yang timbul.

“Ini adalah hipotesis yang sangat bagus. Tetapi membutuhkan pengujian ketat dalam uji klinis agar kami dapat memberikan dokter, pasien, keluarga mereka, pemangku kepentingan lainnya, jawaban yang jelas dan pasti untuk apa yang dapat dilakukan atau tidak dilakukan Actemra pada penyakit ini,” kata Eisner.

Selain actemra, obat lain yang sedang diuji berdasarkan target sitokin IL-6 adalah adalah Kevzara.

"Begitu banyak dokter di seluruh dunia telah menggunakannya sendiri dan melaporkan hasil yang baik. Kita harus menyelesaikan ini dan menjawab pertanyaan secara definitif sesegera mungkin," kata Eisner.

Baca juga: Siswa di Madagaskar Wajib Minum Covid Organics, Obat Virus Corona Sebelum Belajar

Penggunaan secara hati-hati

Seperti disebutkan di atas, Actemra memiliki kandungan zat aktif Tocilizumab yang mengubah cara sistem kekebalan tubuh bekerja.

Oleh karena itu, harus dilakukan pemantauan konstan karena jika penggunaannya tidak tepat akan menyebabkan kondisi memburuk.

Efek samping obat ini secara serius adalah masalah pada lambung dan usus, neutrofil dan trombosit rendah dan peningkatan risiko kanker.

Obat ini telah disetujui FDA untuk pengobatan sindrom pelepasan sitokin (CRS) parah dan dapat digunakan untuk anak 2 tahun yang memiliki CRS karena terapi Sel T CAR.

Jika pengujian ini berhasil, maka ini menjadi obat pertama yang mendapat persetujuan FDA.

Baca juga: Jika Vaksin Virus Corona Ditemukan, Bagaimana Pendistribusiannya ke Seluruh Dunia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi