Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kleptomania, Bagaimana Cara Mengatasi Keinginan Mencuri?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock.com
Ilustrasi gangguan mental
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Kleptomania masuk dalam daftar pencarian terpopuler di Google. Banyak orang ingin mengetahui soal kleptomania setelah menyaksikan drama Korea The World of The Married Couple yang kini tengah diminati.

Kleptomania, atau sering disebut klepto, kerap kita dengar, dan biasanya dikaitkan dengan kebiasaan mencuri.

Tahukah Anda, kleptomania berbeda dengan pencurian terkait tindak kriminal?

Psikolog yang juga berprofesi sebagai dosen psikolgi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Laelatus Syifa mengatakan, ciri klinis klepto adalah mencuri secara berulang dan penderita merasa tidak mampu mengendalikan keinginan tersebut.

"Ada perasaan puas ketika melakukannya. Meskipun ada rasa puas, penderita juga bisa merasa bersalah setelah melakukannya," kata Laelatus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/5/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barang yang diambil oleh seseorang dengan kleptomania bukan barang yang mereka butuhkan.

Melansir Healthline, dalam kebanyakan kasus, orang dengan kleptomania seringkali mencuri barang yang bernilai kecil.

Bahkan, mereka sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli barang tersebut dengan membayar.

Kleptomania, lanjut Laelatus, merupakan gangguan jiwa yang berbeda dengan pencurian dalam tindak kriminal.

Hal ini tak seperti kebanyakan kasus pencurian kriminal, di mana barang-barang yang dicuri karena kebutuhan, harganya sangat mahal atau barang berharga.

Baca juga: Apa itu Kleptomania?

Dilakukan dengan sadar

Menurut Laelatus, orang dengan kleptomania menyadari bahwa dirinya mengambil barang.

Namun, keinginan mencuri itu muncul dan tidak bisa dikendalikan. Penderitanya merasakan perasaan tegang sebelum mengambil, tetapi merasa puas setelah melakukannya.

"Dan keinginan ini berulang," ujar dia.

Meskipun demikian, banyak kleptomaniak yang juga merasa bersalah atau menyesal setelah melakukan pencurian.

Akan tetapi, ia benar-benar tidak mampu menahan keinginan tersebut.

Orang dengan kleptomania biasanya mencuri secara spontan dan sendirian. Sementara, kebanyakan pencurian kriminal telah direncanakan sebelumnya dan mungkin melibatkan orang lain. 

"Kalau ketahuan dan ditanya motif mereka apa, mereka seringkali menjawab tidak tahu. Karena memang tidak butuh barangnya. Dan hanya keinginan yang sifatnya harus terpenuhi," papar Laelatus.

Penanganan untuk kleptomania

Kleptomania sangat sulit diobati sendiri sehingga harus mendapatkan pertolongan medis.

Laelatus memaparkan, ada dua teori yang menjelaskan penyebab dari klepto, yaitu faktor neurobiologis dan peristiwa trauma masa lalu.

Pada teori trauma masa lalu, mencuri merupakan simbol dari kehilangan.

Faktor neurobiologis dapat dibantu dengan farmakoterapi. Sementara, peristiwa masa lalu dapat dilakukan dengan mendampingan terapi psikologis seperti CBT.

"CBT berfokus pada perubahan kognitif dan perubahan perilaku," ujar Laelatus.

Ia menambahkan, pasien dapat sembuh karena ini seperti gejala adiksi pada alkohol.

Faktor risiko

Berbagai faktor dapat berkontribusi terhadap kleptomania. Adapun di antaranya seperti:

  • Mempunyai penyakit mental, dalam hal ini termasuk gangguan bipolar, gangguan kecemasan, gangguan penggunaan zat tertentu atau gangguan kepribadian
  • Masalah dengan kadar serotonin yang rendah, menyebabkan peningkatan perilaku impulsif
  • Hubungan dengan gangguan kecanduan, karena mencuri dapat melepaskan aliran dopamin
  • Ketidakseimbangan dalam sistem opioid otak, yang mengontrol desakan
  • Riwayat keluarga kleptomania atau kecanduan
  • Trauma kepala seperti gagar otak
  • Trauma psikologis, terutama trauma pada usia muda juga dapat berkontribusi pada perkembangan kleptomania
  • Disfungsi keluarga juga dapat menyebabkan anak-anak mencuri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi