Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianjurkan Menunda Kehamilan Selama Masa Pandemi, Berikut Penjelasannya...

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi ibu hamil.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan angka kehamilan selama pandemi corona mengalami kenaikkan. Diperkirakan dalam tiga bulan terakhir ada sekitar 420.000 kehamilan. 

Selain karena meningkatnya intensitas suami-istri berada di rumah, juga karena adanya penurunan penggunaan alat kontrasepsi selama pandemi. BKKBN mendapat laporan, jumlah pengguna alat kontrasepsi menurun sekitar 40 persen.

Padahal apabila angka kehamilan mengalami pelonjakkan tentu akan berdampak pada populasi dan demografi masyarakat. Karena itu BKKBN meminta masyarakat untuk menunda kehamilan di masa-masa sulit ini.

"Kita terus sosialisasi. Kalau bisa, bagi yang belum hamil jangan hamil dulu di masa pandemi. Hamilnya ditunda dulu," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (8/5/2020) malam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: BKKBN Memprediksi Angka Kehamilan Melonjak Selama Pandemi Corona, Ini Alasannya...

Alasan kehamilan sebaiknya ditunda

Hasto menjelaskan alasan mengapa sebaiknya masyarakat menunda kehamilan terutama pada masa-masa pandemi corona saat ini. Di antaranya pertimbangan mengenai kesehatan perempuan yang hamil dan kondisi fasilitas kesehatan selama pandemi. 

"Karena orang hamil, terutama hamil muda, kan daya tahan tubuhnya turun. Kalau daya tahannya turun itu kan mudah terkena infeksi. Yang kedua, orang hamil muda itu kan mual-munta," jelas Hasto.

"Kalau dalam keadaan tidak musim pandemi, kalau muntahnya berlebih itu ke dokter, terus kadang-kadang diinfus. Nah, sekarang ini kan tidak mudah, mau mondok juga belum tentu dapat tempatnya, kadang-kadang takut juga," lanjutnya.

Alasan lain, ibu hamil muda berisiko mengalami keguguran. Berdasarkan formula yang digunakan BKKBN, setidaknya 5 dari 100 kehamilan yang terjadi dapat mengalami keguguran.

Oleh karena itu, kehamilan di masa sulit ini sebisa mungkin untuk ditunda, karena apabila mengalami keguguran atau pendarahan, ibu hamil harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat penanganan terbaik.

"Kita tidak mau terjadi pendarahan, sehingga kematian ibu-kematian bayi meningkat. Kan itu yang harus kita cegah betul," sebut Hasto.

Baca juga: Dampak Covid-19, Diperkirakan Terjadi 7 Juta Kehamilan Tak Terduga

Perawatan ibu hamil

Kemudian alasan keempat, jika terdapat ibu hamil yang ternyata terinfeksi virus corona, secara otomatis ia akan menerima sejumlah obat-obatan medis yang harus dikonsumsi.

Padahal, belum diketahui secara jelas apakah obat-obatan tersebut memiliki dampak bagi janin yang ada dalam kandungannya.

"Karena pembentukan organ-organ janin atau organogenetik, itu terjadinya pada masa hamil sebulan dua bulan. Adanya gangguan di awal-awal kehamilan ini sangat membahayakan proses pembentukan organ," paparnya.

Menimbang semua alasan risiko yang mungkin terjadi, BKKBN benar-benar meminta pasangan suami-istri untuk menunda kehamilannya.

"Sekarang ini, kalau misalkan belum hamil lebih baik kita tunda dulu, jangan lupa pakai alat kontrasepsi," ujar dia.

Baca juga: Selama Imbauan di Rumah Saja, Kehamilan Perempuan Tasikmalaya Meningkat 105 Persen

Bagi yang sudah hamil

Namun, bagi mereka yang sudah terlanjur hamil dan saat ini tengah mengandung buah hatinya, Hasto menyebut untuk tetap tenang dan menjaga dengan sebaik mungkin.

"Bagi yang sudah hamil, tentu tidak usah khawatir, harus dipelihara dengan baik. Mungkin saran saya kalau hamil muda harus istirahat. Jadi kalau sudah hamil ya mari kita pertahankan dengan baik, dirawat dengan baik," kata Hasto.

Sementara itu, untuk kegiatan kontrol kesehatan ibu dan janin juga tidak perlu dilakukan rutin sebagaimana kondisi normal sebelum ada pandemi.

Hasto menyebut Ikatan Bidan Indonesia dan Ikatan Dokter Spesialis Indonesia telah mengeluarkan imbauan untuk mengurangi frekuensi kontrol kehamilan.

"Kontrolnya tidak harus rutin sebulan sekali atau seminggu sekali, tetapi kalau ada keluhan saja. Kalau tidak urgen, tidak perlu kontrol. Kan imbauannya begitu," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi