Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat AS Mulai Distribusikan Remdesivir untuk Pasien Covid-19 di 6 Negara Bagian...

Baca di App
Lihat Foto
POOL/REUTERS
Satu ampul obat Ebola remdesivir ditunjukkan dalam konferensi pers di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman, 8 April 2020. Remdesivir kini sedang diuji coba untuk pengobatan Covid-19.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat mulai mengirimkan remdesivir, obat percobaan yang baru-baru ini disetujui dalam penggunaan darurat terhadap Covid-19, ke daerah-daerah di negara tersebut yang paling berjuang dengan pandemi ini.

Melansir SCMP, Minggu (10/5/2020), Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) mengatur sekitar 600.000 botol obat antivirus Gilead Sciences, di mana obat itu terbukti mempercepat waktu pemulihan pasien Covid-19, untuk dikirimkan ke otoritas kesehatan di New Jersey, Illinois, Michigan, dan tiga negara bagian lainnya.

Jumlah ini digunakan untuk merawat sekitar 78.000 pasien Covid-19 yang tengah mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 10 Mei: 4,1 Juta Orang Terinfeksi, China Siap Bantu Korut Atasi Pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengiriman dimulai pada Kamis (7/5/2020) dan berlanjut hingga enam minggu ke depan.

Sementara itu, Gilead Sciences menyumbangkan 900.000 botol obat lain di seluruh dunia.

"Departemen kesehatan negara akan mendistribusikan dosis ke rumah sakit yang sesuai di negara mereka, karena departemen kesehatan negara bagian dan lokal memiliki wawasan terbesar tentang kebutuhan tingkat masyarakat dalam mengangani Covid-19, termasuk distribusi perawatan yang tepat dalam persediaan terbatas," kata HHS.

Berdasarkan otorisasi penggunaan darurat yang diberikan oleh Food and Drug Administration (FDA) AS pada 1 Mei 2020 lalu, rumah sakit dapat memberikan remdesivir secara intravena kepada pasien yang menggunakan ventilator atau membutuhkan bantuan oksigen tambahan.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Remdesivir

Remdesivir diketahui merupakan obat pertama yang disetujui untuk mengobati Covid-19.

FDA menunggu hasil tes lebih lanjut sebelum akan mengubah otorisasi penggunaan darurat menjadi persetujuan penuh.

Otorisasi regulator didorong oleh National Institutes of Health (NIH), yang menunjukkan bahwa obat tersebut mempersingkat waktu pemulihan pada 1.063 pasien rata-rata sekitar empat hari dirawat di rumah sakit.

Spesialis penyakit menular yang merawat pasien Covid-19 di AS, Dr Georger Diaz mengatakan, penelitian remdesivir yang tengah berlangsung di kelompok rumah sakitnya menunjukkan hasil awal yang menjanjikan.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Providence Health and Services, yang mempunyai jaringan 51 rumah sakit di pantai barat AS, telah melakukan tinjauan retrospektif terhadap penggunaan obat-obatan oleh rumah sakit dalam uji klinis.

Namun, para ahli kesehatan telah memperingatkan bahwa remdesivir tidak boleh dihitung untuk mengakhiri pandemi karena keterbatasan dalam cara pemberiannya dan pemahaman yang tidak lengkap mengenai kemungkinan efek sampingnya.

Penerapan jarak sosial

Banyak yang mengatakan, peraturan jarak sosial yang diberlakukan oleh WHO di seluruh dunia, tetap perlu dilakukan sampai vaksin Covid-19 ditemukan.

Dr. Benhur Lee, Ketua Ward-Coleman di bidang mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Icahn Mount Sinai, New York memperingatkan, tidak diketahui apakah remdesivir memiliki penghalang yang cukup tinggi terhadap resistansi sehingga penggunaan secara luas tidak akan mengganggu efektivitasnya.

Sedangkan, Gilead Sciences tidak segera menanggapi pertanyaan tentang penerima botol remdesivir yang rencananya akan disumbangkan ke luar negeri.

"Tujuan menyeluruh Gilead adalah membuat remdesivir dapat diakses dan terjangkau oleh pemerintah dan pasien di seluruh dunia, di mana disahkan oleh pihak berwenang," ujar perusahaan tersebut.

Perusahaan menjelaskan, pihaknya sedang dalam diskusi dengan beberapa perusahaan manufaktur kimia dan farmasi terkemuka di dunia tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan remdesivir bagi Eropa, Asia, dan negara berkembang setidaknya sampai 2022.

Baca juga: Mengenal Remdesivir, Dikembangkan China untuk Covid-19 hingga Disetujui BPOM AS

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi