Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Editor's Letter untuk Hidup Berdamai dengan Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
KEINDAHAN ALAM INDONESIA - Lanskap Candi Borobudur terlihat dari Punthuk Setumbu, Karangrejo, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (28/6/2014). Punthuk Setumbu merupakan nama sebuah bukit yang menjadi salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan kemegahan Candi Borobudur dan Gunung Merapi saat matahari terbit.
Editor: Amir Sodikin

KOMPAS.com - Apa kabarmu? Tidak terasa, kita sudah memasuki paruh kedua puasa Ramadhan.

Selamat menjalankan puasa untuk teman-teman semua. Semoga, puasa Ramadhan yang dijalankan dalam situasi yang berbeda karena Covid-19 ini tidak mengurangi makna ibadah untuk menuju kemenangan di Idul Fitri 1411 Hijriah.

Selamat Waisak juga untuk kamu yang merayakannya pekan lalu. 

Banyak peristiwa terjadi sepekan lalu. Saya yakin, kamu juga mengikutinya. Untuk generasi yang tumbuh menjadi remaja di tahun 1990-an, pekan lalu adalah pekan kehilangan yang beruntun karena Didi Kempot (53), Adi Kurdi (71), dan Erwin Prasetya (48) meninggal dunia.

Mc Donald pertama di Indonesia yang jadi ikon generasi 90-an juga tutup beroperasi, akhir pekan lalu. Setelah 30 tahun beroperasi sejak 14 Feberuari 1991 di Gedung Sarinah Thamrin, Jakarta, kita tidak akan menyaksikan restoran cepat saji itu di ruas jalan paling prestisius di Jakarta.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didi Kempot kita kenal dan menjadi sangat terkenal akhir-akhir ini karena kemampuannya mengajak sobat ambyar menyikapi patah hati dalam urusan hidup dengan sewajarnya. Patah hati boleh, tetapi hidup tidak bisa dicukupi dengan tangis, keluhan, dan ratapan.

Daripada patah hati, lebih baik dijogetin aja. Begitu lirik lagu-lagu Didi Kempot untuk memberi semangat pendengarnya ketika menghadapi situasi terberat sekalipun. Untuk peran inilah, Didi Kempot dijuluki sebagai "Godfather of Brokenheart"

Adi Kurdi kita kenal luas karena perannya sebagai Abah di drama televisi "Keluarga Cemara" (1997) bersama Novia Kolopaking sebagai Emak. Sampai hari ini, drama televisi ini masih melekat di generasi baru karena diangkat ke layar lebar oleh Angga Dwimas Sasongko dan tetap menginspirasi.

Seperti kamu ingat, Erwin Prasetya adalah pemain bas di Dewa 19. Huruf "E" pada Dewa 19 adalah akronim namanya.

Sejumlah hits Dewa 19 yang kita nyanyikan dan masih kita ingat sampai saat ini adalah ciptaan Erwin. Di antaranya adalah "Kirana", "Kamulah Satu-satunya", dan "Selatan Jakarta".

Untuk tiga penghibur kita yang pergi meninggalkan kita lebih dahulu, kita bersedih. Namun, mengutip kata Lord Didi, kesedihan tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup kita. Karena betapa fana hidup ini, apalagi perasaan kita yang bisa datang dan pergi, mari kita hadapi saja.

Menyikapi realitas hidup secara wajar

Ajakan menyikapi realitas hidup secara wajar juga tengah dikemukakan dan dilakukan di banyak negara. Telebih, nyaris satu semester dunia menghadapi situasi yang berbeda sejak Covid-19 merebak ke seluruh dunia sejak pertama kali ditemukan di Wuhan, China akhir Desember 2019.

Menyikapi realitas hidup secara wajar ini yang oleh beberapa orang kemudian disebut dan populer sebagai normal baru (new normal).

Normal baru itu terbentuk karena perubahan perilaku kita selama beberapa bulan terakhir. Studi menunjukkan, dibutuhkan rata-rata 66 hari untuk terbentuknya perilaku baru.

Perilaku kita "terpaksa" berubah karena anjuran bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribada di rumah sejak 15 Maret 2020. Pekan-pekan ini adalah saat yang menentukan untuk ujian perubahan perilaku kita menyikapi Covid-19.

Kesadaran kita untuk berubah karena nyatanya ancaman bisa menjadi motivasi tambahan dan mempercepat pembentukan perilaku baru.

Apa perilaku atau kebiasaan baru hasil bentukan selama dua bulan terakhir selain berkemeja rapi tetapi pakai celana pendek untuk meeting rutin? Rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir pasti.

Menerapkan etika bersin atau batuk, memakai masker saat beraktivitas keluar rumah dan menjaga jarak saat berada di tempat publik semoga juga jadi kebiasaan barumu. Tidak hanya baik untuk dirimu, kebiasaan baru ini baik juga untuk orang lain.

Dengan kesadaran terbentuknya kebiasaan baru ini, beberapa aktivitas yang semula dihentikan, minggu lalu dilonggarkan. Semua moda transportasi kembali beroperasi meskipun larangan mudik tetap diberlakukan dan ditegakkan aturannya.

Menteri Peruhubungan Budi Karya Sumadi yang baru sembuh dari Covid-19 mengemukakan hal ini.

Menyikapi bingung

Untuk operator dan beberapa kalangan, kebijakan ini membingungkan. Namun, inilah kenyataan yang kita hadapi. Tidak kali ini saja kita dibuat bingung. Bingung akan lebih kerap menghampiri kita karena ketidakpastian panjang dan perubahan yang kerap tidak terduga karena Covid-19.

Tidak hanya soal data jumlah pasien Covid-19 yang membuat para peneliti dan kita bingung memetakan kapan puncak pandemi. Soal perbedaan istilah mudik dan pulang kampung pun, kita dibuat bingung. Hidup dalam situasi kebingungan karena ketidakpastian tampaknya akan menjadi normal baru kita juga.

Lalu, bagaimana kita menyikapi semua ini? Orang bijak mengatakan, kita perlu lebih banyak hening sebelum merespons situasi di harapan kita yang mungkin membingungkan. Keheningan akan membantu meredakan bingung.

Namun, apa anjuran pemerintah yang menguasai semua sumber daya untuk merespons situasi ini? Pekan lalu, Presiden Joko Widodo mengajak kita berdamai dengan Covid-19 sampai vaksin ditemukan.

Kapan vaksin ditemukan, belum ada jawaban yang meyakinkan. Rentang waktu rata-rata antara yang optimistis dan pesimistis adalah dua tahun. WHO sebagai otoritas yang berwenang mengatakan vaksin tak akan tersedia sampai April 2021. Masih panjang kan?

Lalu apa itu berdamai dengan Covid-19? Pertanyaan ini tidak khas untuk Indonesia, tetapi seluruh dunia juga.

Negara-negara yang sudah mencapai puncak pandami seperti Korea Selatan dan Thailand berupaya berdamai dengan Covid-19. Sejumlah aturan yang semula ketat dilonggarkan dengan penerapan protokol kesehatan secara disiplin.

Di Eropa, negara-negara di luar Inggris menerapkan pelonggaran aturan untuk berdamai dengan Covid-19. Di Swedia, tanggung jawab diserahkan kepada masing-masing orang dewasa untuk bersikap dewasa, tidak menyebarkan kepanikan dan rumor.

Bagaimana dengan Indonesia? Menjalankan normal baru dalam hidup berdampingan dengan Covid-19 adalah bagian dari exit strategy menghadapi pandemi sampai vaksin ditemukan.

Dicky Budiman, Epidemilog dari Griffith University Australia mengatakan, ada perbedaan signifikan yang harus dilakukan utamanya menyangkut kesehatan individu dan komunitas.

Beraktivitas tanpa nongkrong atau kumpul-kumpul, menggunakan transportasi publik dengan sejumlah pembatasan dan penerapan sejumlah protokol kesehatan akan jadi hal yang umum dan normal.

Di banyak negara Eropa seperti Spanyol, Perancis dan Jerman, sepeda yang sifatnya individual jadi pilihan moda. Di Indonesia, saya masih ragu akan jadi perubahan perilaku secara massal meskipun saya akan lebih kerap menggunakan sepeda.

Hidup berdamai dengan Covid-19 sampai vaksin ditemukan ini membuat kebingungan juga mereda ketika mendapati beragam informasi di tengah ketidakpastian ini.

Sebagai contoh, setelah pemerintah menyatakan ada pelambatan pesat jumlah kasus positif Covid-19, pada data yang diumumkan 9 Mei 2020, lonjakan jumlah kasus terjadi. Hari itu, didapatai 533 kasus baru atau tertinggi sejak Covid-19 didapati di Indonesia, 2 Maret 2020. 

Untuk naik turunnya jumlah positif Covid-19, pemerintah mengatakan hal ini dimungkinkan terjadi bahkan meskipun nanti Indonesia sudah melewati puncak pandemi.

Hidup berdamai dengan Covid-19 adalah normal baru dan sikap paling realistis di tengah ketidakpastian dan banyaknya hal di luar kendali kita.

Berdamai bukan menyerah tetapi bersikap sewajarnya sebagai respons yang muncul dari sikap hening berkesadaran.

Tidak panik atau bingung berlebihan, tetapi juga bukan sembrono mengabaikan. Ancaman ada di sekitar, tetapi kita bisa berupaya mencegah dan meminimalkan ancaman.

Saya berharap, perilaku baru kita terkait protokol kesehatan dalam menghadapi Covid-19 menjadi kebiasaan baik dan bisa kita jalankan dengan ringan tanpa paksaan.

Panjang umur kebiasaan-kebiasaan baik yang dijalankan dengan kesadaran.

Salam sadar,

Wisnu Nugroho

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi