Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selasa Kelam 12 Mei 1998, Terjadinya Tragedi Trisakti...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Sambil membawa poster bergambar empat wajah rekan mereka yang tewas dalam tragedi Trisakti, ratusan mahasiswa Trisakti Jakarta berunjuk rasa di Gedung Kejaksaan Agung, Senin 12 Mei 2008. Mereka menuntut pemerintah agar menuntaskan kasus tragedi Trisakti serta Semanggi I dan II.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini, 22 tahun yang lalu, tepatnya 12 Mei 1998, empat mahasiswa Trisakti meninggal dunia usai tertembak di dalam kampus terkait aksi demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto. Peristiwa ini dikenal sebagai Tragedi Trisakti.

Kekejaman aparat pada aktivis kala itu menjadi tragedi berdarah yang masih diingat hingga kini.

Bahkan keadilan bagi keluarga masih dinanti.

Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

 

Seperti apa kejadian di Universitas Trisakti waktu itu? Siapa saja yang jadi korban tragedi?

Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998.

Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.

Para aktivis geram karena pemerintah dinilai telah melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), hingga menyeret negara ke dalam krisis moneter.

Sehari setelah kejadian, Harian Kompas, Rabu (13/5/1998) menurunkan berita dengan judul Insiden di Universitas Trisakti: Enam Mahasiswa Tewas.

Keenam mahasiswa tersebut diumumkan Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo.

Mereka tertembak sewaktu berada di dalam kampus oleh berondongan peluru yang diduga ditembakkan oleh aparat. Salah satunya disebut berasal dari jalan layang Grogol (Grogol fly over).

Baca juga: Ramai soal Pembatalan Diskon UKT bagi Mahasiswa PTKIN, Ini Penjelasan Kemenag

Korban Tragedi Trisakti

Berikut ini para korban Tragedi Trisakti:

  1. Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur, angkatan 1996)
  2. Alan Mulyadi (Fakultas Ekonomi, angkatan 96)
  3. Heri Heriyanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin, angkatan 95) mengalami luka tembak di punggung
  4. Hendriawan (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, angkatan 96) mengalami luka tembak di pinggang
  5. Vero (Fakultas Ekonomi, angkatan 96)
  6. Hafidi Alifidin (Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95) mengalami luka tembak di kepala.

Dalam jumpa pers yang dilakukan, pihak kampus menyatakan ada enam korban tewas. Namun beberapa hari kemudian dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang menjadi korban. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Alifidin, Heri Heriyanto dan Hendriawan.

Selain mereka, ada puluhan mahasiswa lainnya yang menderita luka berat dan ringan.

Kronologi kejadian

Aksi mahasiswa diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan para alumni Universitas Trisakti mulai pukul 11.00 WIB di halaman parkir.

Awalnya aksi berlangsung damai. Sebenarnya agenda aksi itu salah satunya mendengar orasi dari Jenderal Besar AH Nasution, tapi tidak jadi karena absen.

Lalu diisi dengan berbagai orasi dari para guru besar, dosen, dan mahasiswa dalam berbagai bentuk.

Sekitar pukul 13.00 WIB peserta aksi keluar dari kampus menuju ke Jalan S Parman, Grogol (yang persis berada di depan kampus) dan hendak menuju gedung MPR/DPR Senayan.

Barisan paling depan terdiri atas para mahasiswi yang membawa mawar dan membagikannya pada aparat kepolisian.

Di waktu yang sama, pimpinan mahasiswa, para alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo SH dan petugas keamanan membuat kesepakatan aksi damai itu hanya bisa bergerak sampai di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat.

Baca juga: Saat Jaksa Agung dan Komnas HAM Berseberangan soal Tragedi Semanggi...

Mimbar bebas

Atas kesepakatan yang dicapai dengan aparat keamanan tersebut, melalui sebuah pengeras suara Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti Adi Andojo Soetjipto segera mengumumkan kepada mahasiswa bahwa mereka tidak boleh melanjutkan perjalanannya.

Atas kesepakatan tersebut, mahasiswa kemudian menggelar mimbar bebas.

Pada intinya, menuntut pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR.

Hingga sekitar pukul 17.00 WIB, aksi damai universitas ini berjalan tenang tanpa ketegangan antara mahasiswa dan aparat keamanan.

Ada yang bercanda dengan aparat keamanan, membagikan botol minuman, bahkan berfoto bersama mereka.

Di jam yang sama para pimpinan mahasiswa dan petugas keamanan menyepakati untuk menyudahi aksi. Lalu kesepakatan diumumkan.

Namun, karena jumlah mahasiswa yang begitu banyak, sementara pintu masuk yang tersedia sangat kecil, rombongan mahasiswa kelihatan berjalan begitu lambat.

Sekitar 70 persen dari peserta aksi ini sudah berhasil masuk ke dalam kampus.

Tiba-tiba dari arah belakang mahasiswa (yang masih berada di depan kantor Wali Kota) terdengar letusan senjata para petugas.

Baca juga: Mengenang Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II

Aksi saling lempar

Mahasiswa yang bingung atas keadaan tersebut lari tunggang langgang ke dalam kampus. Bahkan ada yang berusaha melompat pagar jalan tol.

Beberapa mahasiswa yang tidak sempat lari dipukuli petugas. Bahkan salah seorang kameraman TV Yasushi Takahashi mengalami luka memar terkena pukulan petugas.

Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, dari dalam kampus kemudian melempari para petugas.

Pelemparan ini kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.

Di dalam kampus suasana menjadi mencekam, karena terjadi keributan mahasiswa yang berupaya lari menyelamatkan diri di dalam gedung.

Sebagian lain berupaya menolong teman-temannya yang mengalami luka-luka terkena tembakan dan lemparan batu dari petugas. Tangis pilu dan teriakan kemarahan mahasiswa terdengar di mana-mana.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 24 September 1999, Tragedi Semanggi II

Harian Kompas mencatat beberapa mahasiswa yang mengalami luka-luka karena terkena tembakan, yaitu:

  1. Ketua Senat Mahasiswa Universitas Trisakti (SMUT) Hendra
  2. Rico (Fak. Ekonomi-FE)
  3. Agus Rerwanti (Tek. Sipil)
  4. Ari Pramono (Sipil)
  5. Ason (Fakultas Teknik Industri-FTI)
  6. Yonatan Hendrik (Teknik Lingkungan)
  7. Ufur (Fak Ekonomi Akuntan)
  8. Hendrawan (FE)
  9. Ade Rizka Lubis (FE)
  10. Eko, Otty (Fak Teknik Lingkungan)
  11. Poltak Silalahi (Fakultas Hukum)
  12. Yose Noviardi (FE)
  13. Alfan (FE)
  14. Riga (Ketua Himpunan Mahasiswa)
  15. Boy Harry Budiman
  16. Disyon (FTI)
  17. Boy (Fakultas Seni Rupa dan Desain)
  18. Alfis (FE)
  19. Mico (Fakultas Hukum)
  20. Kardianti (FE).

Dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.

Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Presiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998.

Baca juga: Sejarah Perayaan Imlek di Indonesia, 32 Tahun Dilarang oleh Soeharto

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi