Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Suara Dentuman di Jateng, Berikut Analisis Lapan...

Baca di App
Lihat Foto
Surrey Space Center/University of Surrey
Ilustrasi
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial ramai dengan adanya kabar soal suara dentuman yang terdengar di wiilayah Jawa Tengah pada Senin (11/5/2020).

Sejumlah warganet mengaku mendengar suara dentuman sejak pukul 10.00 WIB dan dini hari.

Diketahui, suara tersebut terdengar di Grobogan, Sragen, dan Solo.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa suara tersebut bukan berasal dari gempa tekonik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab, pihaknya tidak mencatat adanya aktivitas seismik (gempa tektonik) baik yang dipicu oleh aktivitas sesar lokal maupun aktivitas zona subduksi.

Lantas, apakah sumber suara dentuman dimungkinkan bersumber dari langit?

Menanggapi hal itu, Kepala Pusat Sains Antariksa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Clara Yatini mengungkapkan, terkait sumber suara dentuman, pihaknya belum mengetahui sumber pastinya.

Namun, ia menganalisis, umumnya suara dentuman berasal dari sampah antariksa yang jatuh ke bumi.

"Saya tidak tahu sumbernya dari mana, kalau dari sisi antariksa, kami tidak mendeteksi adanya sampah antariksa yang jatuh ke bumi," ujar Clara saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/5/2020).

Menurutnya, sampah antariksa yang dimonitoring oleh pihak Lapan adalah benda antariksa buatan yakni satelit yang sudah tidak berfungsi lagi dan juga bagian dari roket peluncur.

"Sampah antariksa di sini bukan hanya satelit yang tidak berfungsi, tapi bisa juga bagian/pecahan roket peluncur," lanjut dia.

Baca juga: Mengenal Keiji Fujiwara, Pengisi Suara Ayah Shin-chan yang Meninggal karena Kanker

Menghantam Bumi

Sementara itu, Clara menyampaikan, sampah antariksa yang umumnya jatuh sampai di bumi dimungkinkan memiliki ukuran 10 cm hingga yang memiliki bobot mencapai lebih dari 100 kg.

Terkait suara dentuman yang dilaporkan terdengar di Jawa Tengah, Clara mengungkapkan, apabila sampah antariksa tersebut jatuh tidak akan menimbulkan suara yang dapat terdengar hingga 1 provinsi (banyak daerah).

Tetapi, dirinya tidak dapat memprediksi sejauh mana frekuensi bunyi jika sampah antariksa tersebut jatuh dan menghantam bumi.

"Kalau terdengarnya sampai seluas mana, saya tidak bisa menjelaskan, tapi tidak mungkin satu provinsi," ujar Clara.

Baca juga: Soal Suara Dentuman Misterius, Berikut Analisis dari Ahli Vulkanologi

Suara dentuman di Jakarta

Sementara itu, pada 11 April 2020, suara dentuman sempat terdengar di daerah Bogor, Depok, dan Jakarta.

Adapun suara dentuman terdengar lebih dari 1 kali dan di waktu dini hari.

Diketahui, saat itu Gunung Anak Krakatau (GAK) pun sedang menunjukkan adanya aktivitas erupsi.

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, 11 April 2020, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengungkapkan, tidak terdengar dentuman dari Pos Pengamatan di Pasauran.

Kendati demikian, pihak PVMBG menyimpulkan bahwa suara dentuman saat itu disinyalir berasal dari aktivitas GAK.

Di sisi lain, Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan analisisnya terkait suara dentuman yang terdengar di sejumlah daerah yakni gempa tektonik, peristiwa longsoran, skyquake (suara dentuman berasal dari langit), aktivitas petir, dan suara erupsi GAK.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus Jumat Malam, Warganet Kisahkan Suara Dentuman Aneh

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi