Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Antibodi Virus Corona, Apa Manfaat dan Kelemahannya?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Shutterstock
Ilustrasi pasien virus corona
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

 

KOMPAS.com – Sejumlah negara tengah berencana menggunakan tes antibodi sebagai syarat untuk melonggarkan sejumlah pembatasan.

Pengujian antibodi diharapkan dapat mengetahui kekebalan tubuh seseorang yang memungkinkan pemerintah membagikan 'paspor kekebalan' sehingga seseorang dapat beraktivitas secara normal. 

Akan tetapi, banyak yang menilai rencana tersebut tidak tepat. 

Pasalnya, sejauh ini tak seorang pun tahu apakah mereka yang terpapar benar-benar memiliki kekebalan yang dapat bertahan seumur hidup atau setidaknya selama beberapa bulan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: LIPI Kembangkan Daun Ketepeng Badak dan Benalu jadi Antivirus Corona

Melansir dari The Guardian, sejauh ini satu-satunya petunjuk terkait antibodi adalah penelitian di China yang menyelidiki 175 pasien.

Penelitian itu menunjukkan, sejumlah besar antibodi dihasilkan oleh mereka yang mengalami sakit tapi cukup parah. Sedangkan mereka yang mengalami gejala ringan hanya menghasilkan antibodi rendah.

"Harapannya adalah bahwa setidaknya ada kekebalan parsial, jangka pendek, tetapi kita tidak tahu pasti dan kita tidak tahu apakah pasien yang terinfeksi ringan memiliki bentuk kekebalan," kata Elitza Theel, direktur mikrobiologi klinis di Mayo Clinic

Baca juga: Penelitian: Lansia yang Sembuh Corona Miliki Antibodi Lebih Tinggi dari Anak Muda

Adapun untuk orang yang memiliki durasi penyakit yang singkat, bisa jadi tubuh mereka membunuh virus dengan cepat sebelum ada waktu untuk mengaktifkan respons antibodi.

Menurut para ahli, untuk memastikan secara komprehensif hasil tes antibodi dan tingkat kekebalan yang dimiliki seseorang terhadap Covid-19, diperlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Sehingga, apabila saat ini menjadikan tes antibodi untuk menguji ada tidaknya kekebalan menurut peneliti adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Marion Koopmans Tim ilmuan di Pusat Medis Universitas Erasmus lebih mendukung untuk melakukan lebih banyak tes deteksi virus dengan uji swab.

Baca juga: 3 Kebijakan Kontroversi Pemerintah Saat Pandemi Corona, Apa Saja?

Banyak alat tes perlu diverifikasi

Sementara itu, masalah lain dari tes antibodi terkait banyaknya produk yang dinilai para peneliti tidak akurat. Koopmans bersama tiimnya saat ini tengah tengah disibukkan verifikasi tes antibodi Covid-19.

Hal ini dilakukan karena ada banyak alat tes yang memenuhi pasar dengan kualitas tak jelas. Alat-alat itu menawarkan kemampuan pengujian antibodi yang akan mengidentifikasi kekebalan seseorang terhadap SARS-CoV-2.

"Sekarang ada lebih dari 200 tes yang ditawarkan dan jumlah itu meningkat dari hari ke hari. Karena orang ingin melakukan pengujian, ada pemasaran alat tes yang masif dan hampir agresif yang menjanjikan banyak hal, tetapi belum melalui pengawasan yang tepat," ujar  Koopmans.

Tes antibodi yang ada, memiliki risiko besar akibat ketidakmampuannya membedakan antara orang yang punya Covid-19 dan yang hanya pilek biasa.

Baca juga: 3 Kebijakan Kontroversi Pemerintah Saat Pandemi Corona, Apa Saja?

Sejauh ini, sebagian besar tes antibodi menargetkan lonjakan protein virus yang memiliki peran masuk ke dalam tubuh inang. Protein tersebut juga merupakan bagian utama dari virus yang memunculkan respons antibodi.

Lonjakan struktur asam amino protein 60 persennya tumpang tindih dengan empat virus corona musiman yang beredar pada tubuh manusia.

Inilah yang kemudian membuat tes antibodi perlu dilakukan verifikasi. Secara ideal spesifitas tes harus mendekati 100 persen.

Para ilmuan melakukan tes alat-alat antibodi dengan memeriksa sensitivitasnya dengan melakukan identifikasi pada orang yang benar-benar pernah terkonfirmasi positif dalam beberapa bulan terakhir.

Bahkan untuk menilai keakuratan diperlukan sampel orang-orang yang parah. Verifikasi semacam itu membutuhkan waktu. Padahal, saat ini tengah dihadapkan pada konsekuensi risiko ekonomi akibat diperpanjangnya sejumlah pembatasan negara.

Baca juga: Update Corona di NTT: Tambah 3 Kasus Positif, 1 Kasus Transmisi Lokal Pertama

Pemerintah Inggris meminta masyarakat umum melakukan tes kit jari sendiri untuk tes antibodi dengan jalan membeli sendiri di Amazon atau Boots.

Akan tetapi rencana yang sempat heboh itu terhenti lantaran adanya temuan tes antibodi 4 m yang dibeli dari China ditemukan ilmuan Universitas Oxford memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tidak baik untuk digunakan secaa masal.

Sementara itu, Perusahaan Roche dan Quotient pekan lalu telah menjalin persetujuan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menghasilkan tes antibodi dengan sensitivitas 100 persen dan spesifitas 98 perse. 

sayangnya, kedua tes ini membutuhkan sampel darah yang harus diambil di bawah pengawasan medis.

Baca juga: DPR Papua Dukung Usulan Operasional Freeport Dihentikan Sementara karena Corona

Manfaat tes antibodi

 

Tujuan tes antibodi adalah melakukan serosurveillance atau menguji sampel populasi untuk mendapatkan indikasi seberapa banyak infeksi Covid-19 termasuk pada mereka yang menunjukkan gejala atau tidak.

Hal ini berbeda dengan penggunaan PCR sebagai tes diagnostik oleh NHS untuk mendeteksi virus saat ia ada dalam tubuh seseorang. 

Tes antibodi akan mencari protein berbentuk Y yang diproduksi tubuh sebagai respon atas infeksi yang tertinggal dalam darah selama pemulihan.

Harapan sebenarnya, tes ini membantu pembuat kebijakan mendapatkan permodelan yang akurat mengenai seberapa jauh epidemi telah menyebar dan tahu jumlah infeksi yang sebenarnya.

Baca juga: Swasta Peduli Bantu Pemerintah Tangani Corona, Simak Tiga Syarat Ini

Mendapatkan data antibodi yang akurat nantinya juga menjadi penting bagi pembuat vaksin dalam memverifikasi apakah produk berfungsi sebagaimana mestinya.

Hasil dari serosurveys juga akan membantu memberikan informasi apakah mereka yang terpapar Covid-19 akan mendapatkan kekebalan.

Ini diharapkan juga dapat membantu menjawab pertanyaan para peneliti apakah kematian yang berbeda di tiap negara berkaitan dengan populasi tertentu yang mana di masa lalu pernah mendapat paparan yang lebih besar.

Karena itulah untuk mengumpulkan informasi semacam itu diperlukan tes antibodi yang andal.

Baca juga: Tambah 1 Kasus, Total 9 Tenaga Kesehatan Positif Corona di Malang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi