Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan WHO, Gelombang Kedua Covid-19 dan Pelonggaran Pembatasan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Alexandros Michailidis
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Beberapa negara telah melonggarkan lockdown dan membuka kembali bisnisnya kembali mengalami lonjakan kasus baru infeksi virus corona.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak semua negara untuk lebih berhati-hati karena saat ini banyak negara sedang berencana untuk melonggarkan lockdown dan memulihkan perekonomian mereka dengan cepat.

Melansir CNBC, Senin (11/5/2020), Tedros meminta setiap negara untuk mempersiapkan sistem pengujian, pelacakan, perawatan, dan isolasi yang mumpuni sebelum memutuskan melonggarkan lockdown atau social distancing.

Baca juga: Tes Antibodi Virus Corona, Apa Manfaat dan Kelemahannya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Di Korea Selatan, bar dan klub kembali ditutup karena kasus yang terkonfirmasi terlacak bermula dari sebuah klub. Di Wuhan, China, muncul klaster pertama setelah lockdown dibuka. Jerman juga telah melaporkan peningkatan kasus sejak pelonggaran pembatasan," kata Tedros.

Dia menambahkan bahwa Korea Selatan, China, dan Jerman semuanya telah mempersiapkan infrastruktur pengawasan seperti pengujian dan pelacakan untuk memperingatkan pihak berwenang jika infeksi virus muncul kembali.

Di sisi lain, WHO memahami biaya ekonomi dari tindakan lockdown dan mendorong setiap negara untuk mengambil pendekatan yang hati-hati ketika memutuskan untuk melonggarkannya.

Baca juga: Sudah 9, Indonesia Butuh Lebih Banyak Pemetaan Genom Virus Corona

Klaster baru di Korea Selatan

Klaster baru dari kasus virus corona kembali muncul di ibu kota Korea Selatan, Seoul.

Kemunculan klaster baru ini menimbulkan kekhawatiran akan gelombang kedua infeksi Covid-19 di negara-negara Asia Timur.

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang harus menghadapi pandemi ini pada awal kemunculannya.

Setelah berminggu-minggu melakukan tindakan seperti penetapan jarak fisik dan pengawasan, negara ini pun mulai melonggarkan pembatasan.

Baca juga: BNPB: Kasus Covid-19 di Jabodetabek Relatif Turun, di Jatim Meningkat

Namun, kemunculan klaster baru ini mengubah persepsi akan kondisi pandemi dan kelonggaran tersebut.

"Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi" kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (11/5/2020).

Kepala pusat pencegahan dan pengendalian wabah Korea (KCDC) Jeong Eun-kyeong menyebutkan, kasus-kasus baru ini diketahui sebagian besar berasal dari klaster Itaewon. Setidaknya 24 di antaranya memiliki kaitan dengan Itaewon.

Baca juga: Penyaluran Program Perumahan Swadaya Terkendala Banjir dan Corona

Pada hari yang sama, Perdana Menteri Chung Sye-kyun menginstruksikan para pejabat untuk menemukan 1.510 orang yang pernah mengunjungi klub di Itaewon pekan lalu.

Apabila telah ditemukan, mereka harus diuji untuk mengetahui apakah terinfeksi corona atau tidak.

Untuk itu, KCDC mendesak semua pengunjung klub untuk melakukan tes dan mengisolasi diri secara mandiri untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyebaran virus.

Wali Kota Seoul Park Won-soon pun menerapkan kebijakan penutupan klub, bar, dan berbagai tempat hiburan malam di Ibu Kota Korea Selatan itu.

Baca juga: Anggota Dewan Tak Mau Pakai Masker, Saat Diingatkan Malah Maki Petugas

Klaster baru di Wuhan, China

Setelah sekitar satu bulan tidak ada kasus infeksi, Kota Wuhan, China, kembali mengumumkan adanya klaster baru Covid-19.

Kasus itu memunculkan kekhawatiran bahwa "Negeri Panda" akan mengalami gelombang penularan baru, di tengah kelonggaran karantina di beberapa wilayah.

Lima kasus infeksi baru ditemukan di satu distrik permukiman Wuhan, kota yang pertama kali mendeteksi adanya Covid-19 sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (11/5/2020), ibu kota Provinsi Hubei itu baru empat pekan "bebas" dari lockdown yang diterapkan pada Januari lalu.

Namun, pada Minggu (10/5/2020), Pemerintah Wuhan mengakui ada satu orang yang positif, disusul lima orang lainnya keesokan harinya.

Dikatakan bahwa kasus baru itu berasal dari permukiman yang sama, di mana kebanyakan penderita merupakan warga berusia lanjut.

Dampaknya, pejabat setempat langsung dicopot karena dianggap "tidak becus" dalam memberikan instruksi pencegahan penularan.

Baca juga: Tambah 1 Kasus, Total 9 Tenaga Kesehatan Positif Corona di Malang

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CNBC, kompas.com
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi