Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swedia Disebut Terapkan Herd Immunity, Begini Bahayanya Menurut Epidemiolog

Baca di App
Lihat Foto
Reuters via Daily Mail
Anders Tagnell, epidemiolog negara Swedia ketika memberikan keterangan bahwa ada kemungkinan, negaranya bisa saja mengalami kasus pertama Covid-19 pada November 2019.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Tidak seperti tetangganya di Nordik dan mayoritas Eropa, Swedia telah menolak pembatasan penguncian yang luas untuk membendung pandemi corona.

Sebagai gantinya, mereka tetap membuka sekolah dan restoran dengan kebijakan physical distancing yang tetap dianjurkan.

Sejumlah ilmuwan di Swedia dan luar negeri menuduh negara itu dengan berbahaya melakukan herd immunity atau kekebalan kawanan.

Yaitu gagasan bahwa dengan membangun basis infeksi yang luas di masyarakat, penyakit ini pada akhirnya akan berhenti menyebar karena mayoritas orang tidak akan rentan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal herd immunity biasanya dicapai dengan vaksinasi dan terjadi ketika persentase populasi yang cukup besar telah kebal.

Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Swedia Tidak Terapkan Lockdown

Menunggu hasil

Anders Tegnell, kepala ahli epidemiologi di Badan Kesehatan Masyarakat Swedia menyatakan bahwa herd immunity membentuk daya dorong utama rencana pengendalian Swedia.

"Kami sedang melakukan dua investigasi besar. Kami mungkin memiliki hasil itu minggu ini atau sedikit nanti di bulan Mei," kata dia dikutip dari USA Today (28/4/2020).

Menurut Tegnell, dari pemodelan dan beberapa data yang dimilikinya, Swedia mungkin memiliki puncak penularan di Stockholm beberapa minggu yang lalu, yang memungkinkan telah mencapai puncak infeksi saat ini.

"Kami berpikir bahwa hingga 25 persen orang di Stockholm telah terpapar coronavirus dan kemungkinan kebal. Survei terbaru dari salah satu rumah sakit kami di Stockholm menemukan bahwa 27 persen staf di sana kebal. Kami bisa mencapai kekebalan kelompok di Stockholm dalam beberapa minggu," kata dia.

Pihaknya menyebut, berusaha menjaga tingkat penularan pada tingkat yang dapat dipertahankan sistem kesehatan Stockholm. Sejauh ini mereka mengklaim sudah berhasil.

Di sisi lain dia membantah bahwa sengaja menerapkan kebijakan herd immunity. Dia meyakini bahwa herd immunity akan membantu dalam jangka panjang, tetapi tidak seperti secara aktif berusaha untuk mencapainya.

"Jika kita ingin mencapai kekebalan kelompok, kita tidak akan melakukan apa-apa dan membiarkan virus corona merajalela di masyarakat. Kami berusaha menjaga laju transmisi serendah mungkin. Kami telah mengambil langkah-langkah yang wajar tanpa benar-benar melukai perawatan kesehatan atau sekolah," papar dia.

Baca juga: Kasus Pertama Covid-19 di Swedia Mungkin Terjadi pada November 2019

Kasus lebih banyak

Swedia memiliki populasi 10 juta orang, sekitar dua kali lebih besar dari tetangga Skandinavia terdekatnya. Dari data Worldometers, Swedia memiliki 26.670 kasus infeksi corona dengan korban meninggal 3.256 orang.

Sementara negara tetangganya Denmark, ada 10.513 kasus corona dengan 533 orang yang meninggal. Adapun Norwegia lebih sedikit kasus dengan 8.132 infeksi dan 224 meninggal.

Herd immunity bahaya diterapkan

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa strategi herd immunity berbahaya diterapkan.

Dicky menjelaskan, Herd Immunity atau kekebalan komunitas lebih tepat untuk menyebut kondisi apabila dikaitkan dengan sudah ditemukannya vaksin.

Sehingga, ketika vaksin belum ditemukan maka istilah Herd Immunity menurut dia kurang pas untuk pandemi Covid-19. Dicky juga menekankan bahwa pendekatan Herd Immunity sebelum ada vaksin sangat berbahaya apabila diterapkan.

"Karena ini bukan penyakit flu biasa," ungkap dia

Dalam istilah pemahaman kekebalan komunitas yang terjadi saat ini, Dicky menyebut, data WHO secara global di dunia baru sekitar 3 persen yang kemungkinan memiliki kekebalan Covid-19.

"Masih besar yang rentan terkena, masih 90 persen lebih," jelas dia.

Baca juga: Gelombang Kedua Corona, Herd Immunity dan Strategi Indonesia Hadapi Pandemi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi