Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Berlebihan terhadap Virus Corona, Kunci Vietnam Sukses Tangani Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Vietnam yang mempunyai jumlah penduduk mencapai 97 juta jiwa, hanya melaporkan ratusan kasus positif virus corona yang terjadi di negaranya.

Bahkan, negara ini mencatatkan bahwa tidak ada kasus kematian yang terjadi.

Hampir sebulan berlalu sejak transmisi komunitas terakhir, negara mulai melonggarkan aturan-aturan yang diterapkan.

Para ahli mengatakan bahwa tidak seperti negara lain yang mengalami infeksi dan kematian dalam skala besar, Vietnam telah bertindak sejak dini.

Meskipun hemat biaya, pendekatan yang intensif memiliki kekurangan, dan para ahli mengatakan mungkin telah terlambat bagi sebagian besar negara lain untuk belajar dari keberhasilan negara tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 38 Suku Amazon di Brasil Terinfeksi Virus Corona

Tindakan ekstrem tapi masuk akal

Dr Todd Pollad dari Harvard's Partnership for Health Advancemnet di Hanoi mengatakan, dalam menghadapi virus yang saat ini terjadi, memang lebih baik bereaksi secara berlebihan.

"Ketika berurusan dengan novel-novel (virus) semacam ini yang berpotensi menimbulkan patogen berbahaya, lebih baik bereaksi berlebihan," kata dia seperti dilansir dari BBC, 15 Mei 2020.

Menyadari sistem medis akan kewalahan oleh penyebaran virus yang ringan, Vietnam memilih pencegahan dini dalam skala besar.

Pada awal tahun ini, sebelum ada kasus terkonfirmasi, pemerintah Vietnam telah memulai tindakan untuk mempersiapkan pneunomia jenis baru yang misterius ini, di mana saat itu telah membunuh dua orang di Wuhan.

Baca juga: Menurut Rudiantara, Ini Dampak Virus Corona terhadap Bisnis

Saat kasus virus pertama dikonfirmasi pada 23 Januari 2020, yaitu seorang pria yang telah melakukan perjalanan dari Wuhan, negara ini tengah mereaksikan rencana darurat.

"Itu sangat cepat bertindak dengan cara yang tampaknya cukup ekstrem pada saat itu tetapi kemudian terbukti agak masuk akal," kata Prof Guy Thwaites, direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford (OUCRU) di Kota Ho Chi Minh, yang bekerja dengan pemerintah dalam program penyakit menular.

Vietnam memberlakukan langkah-langkah cepat, di saat negara-negara lain akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melakukan pembatasan perjalanan. 

Vietnam juga memantau dengan cermat dan akhirnya menutup perbatasan dengan China dan meningkatkan pemeriksaan kesehatan di perbatasan dan tempat rentan lainnya.

Sekolah pun telah tutup pada akhir Januari hingga pertengahan Mei. Operasi pelacakan kontak yang luas tengah berlangsung.

Baca juga: Sambil Menangis Beri Semangat Bidan yang Diduga Terpapar Corona, Warga: Jangan Takut, Tuhan Beserta Engkau

"Ini adalah negara yang telah menangani banyak wabah di masa lalu," ujar kata Prof Thwaites, dari SARS (2003) hingga flu burung (2010) dan wabah besar campak dan demam berdarah.

Pemerintah dan populasi sangat terbiasa menangani penyakit menular dan mungkin lebih menghormatinya dibandingkan negara -negara yang lebih kaya. Vietnam tahu bagaimana menanggapi hal-hal tersebut.

Pada pertengahan Maret, Vietnam mengirim semua orang yang memasuki negaranya dan siapa pun di dalam negara tersebut yang melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi ke pusat karantina selama 14 hari.

Sebagian besar biaya ditanggung pemerintah, meskipun akomodasi tidak selalu mewah tapi membuat orang yang berpotensi terinfeksi menjauh dari masyarakat umum.

Baca juga: Pandemi Corona, Momentum Perusahaan Optimalkan CSR

Perlindungan terhadap asimptomatik

Prof Thwaites menuturkan, karantina dalam skala yang begitu luas menjadi kunci, lantaran bukti menunjukkan bahwa sebanyak setengah dari semua orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala.

Semua orang di karantina diuji sakit atau tidaknya, dan dia mengatakan jelas bahwa 40 persen dari kasus Vietnam yang dikonfirmasi, tidak akan tahu bahwa memiliki virus jika tidak diuji.

Jika mempunyai level pembawa asimptomatik, satu-satunya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan yaitu mengunci orang-orang tersebut, karena jika dibiarkan berkeliaran akan menyebarkan infeksi.

Baca juga: Jika Satu Pemain Liga Inggris Positif Virus Corona, Satu Skuad Karantina

Hal ini juga membantu menjelaskan tidak adanya kematian di negara ini.

Sebagian besar orang Vietnam yang kembali adalah pelajar, turis atau pelancong bisnis, di mana mereka cenderung lebih muda dan sehat.

Mereka mempunyai peluang yang lebih baik untuk melawan virus itu sendiri. Sehingga, sistem medis dapat memfokuskan sumber dayanya pada beberapa kasus kritis.

Sementara Vietnam tidak pernah melakukan penguncian nasional secara total, negara ini menyerbu klaster yang baru muncul.

Baca juga: Belajar dari Korea Selatan, Waspada Virus Corona Saat Perjalanan Domestik Dibuka Kembali

Pada Februari, setelah beberapa kasus di Son Loi, utara Hanoi, lebih dari 10.000 orang yang tinggal di daerah sekitarnya ditutup.

Tak seorang pun akan diizinan masuk atau keluar sampai dua minggu berlalu tanpa ada kasus yang dikonfirmasi.

Penahanan lokal ini yang kemungkinan akan digunakan lagi jika virus muncul kembali, berarti Vietnam belum melakukan sejumlah besar pengujian di komunitas yang lebih luas.

"Awalnya terasa seolah-olah itu adalah strategi risiko yang cukup tinggi. Tapi ternyata benar-benar baik-baik saja, karena mereka dapat mengisolasi dan mempertahankan cengkeraman penuh pada kasus-kasus itu," kata Prof Thwaites.

Baca juga: 3 Pernyataan Kontroversial Indira Kalistha soal Virus Corona

Bisakah benar-benar mempercayai data Vietnam?

Data kasus positif infeksi virus corona dari pemerintah sangat rendah sehingga ada pertanyaan yang tak terelakkan tentang apakah ini akurat. Tapi, konsensus luar biasa dari komunitas medis dan diplomatik menyatakan tidak ada alasan untuk meragukannya.

Tim Prof Thwaites berbasis di rumah sakit penyakit menular utama di negara itu mengatakan, jika ada kasus yang tidak dilaporkan, tidak terdiagnosis atau tidak terjawab maka akan melihatnya di bangsal, dan ini belum terjadi.

Timnya telah melakukan hampir 20.000 tes, dan hasilnya cocok dengan data yang dibagikan pemerintah.

Baca juga: Muhammadiyah Keluarkan Tuntunan Shalat Idul Fitri di Tengah Pandemi Corona, Simak Perinciannya...

Bahkan, jika ada beberapa kasus yang terlewatkan, dia mengatakan bahwa apa yang tidak ada adalah penutupan sistematis dari kasus dan sangat yakin akan hal itu.

Sebagai tambahan informasi, sejauh ini kasus positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 secara global mencapai 4.629.407 kasus, dengan 1.761.062 orang dinyatakan telah pulih.

Sementara itu, virus corona jenis baru ini telah membunuh 308.676 orang.

Melansir worldometers, hingga saat ini Vietnam melaporkan adanya 314 kasus positif, di mana 260 orang telah sembuh dan 54 lainnya tengah mendapatkan perawatan medis.

Baca juga: Bukan Penyebar Corona, Trenggiling Justru Bisa jadi Kunci Pengobatan Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi