Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tagar "Adaptasi dengan Corona" Viral, Ahli Epidemiologi: Corona Berpotensi Endemik

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Adaptasi dengan corona
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Presiden RI Joko Widodo sebelumnya mengajak agar masyarakat hidup berdampingan dengan virus corona Covid-19.

Tak lama setelah Presiden Jokowi mengatakan hal itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terdapat potensi bahwa virus corona masih akan tetap ada di tengah masyarakat dalam waktu yang lama sampai ditemukannya vaksin atau obat Covid-19.

"Artinya kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid," kata Presiden seperti dikutip dari siaran pers resmi, Jumat (15/5/2020).

"Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," lanjut dia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pemerintah: Berdamai Bukan Menyerah, tapi Beradaptasi dengan Pola Hidup Baru

Setelah statemen jokowi tersebut, pada Sabtu (16/5/2020) ini tagar #AdaptasiDenganCorona menjadi trending di Twitter.

Sampai dengan Sabtu (16/5/2020) malam ada 2.159 pembicaraan terkait dengan tagar tersebut di Indonesia.

Beberapa netizen juga memberikan komentarnya terkait tanda pagar tersebut:

“Berdamai dengan covid+berdamai dengan aturan #AdaptasiDenganCorona” tulis akun @DegaSmile

“#AdaptasiDenganCorona katanyah .. Bela belain #dirumahaja

ga ketemu keluarga dan cuti dari pekerjaan terus pas liat orang orang ramai di luar hanya tersenyum saja #indonesiaterserah jadi itu yg dinamakan adaptasi ;(,”

Lantas bagaimana kita harus beradaptasi dengan corona?

Juru bicara Pemerintah untuk penangan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan terkait pernyataan presiden berdamai dengan virus corona pada pekan lalu memiliki artian beradaptasi dengan pola hidup baru dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

"Berdamai bukan menyerah, tapi kita harus beradaptasi untuk mengubah pola hidup kita dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat, benar, disiplin," kata Yuri dalam konferensi pers dari Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (16/5/2020).

Baca juga: Menjawab Tudingan Virus Corona Tidak Berbahaya dan Teori Senjata Biologis

Virus corona berpotensi endemik

Sementara itu Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan sebagaimana yang dikatakan WHO, virus corona kemungkinan memiliki potensi menjadi endemik.

Dicky sendiri pada April mengaku sempat mengatakan hal serupa dalam sebuah seminar yakni virus berpotensi menjadi endemik dan virus mungkin akan ada di antara manusia dalam waktu lama.

Sehingga dia mengingatkan, hal itu berarti masyarakat, institusi, dan pemerintah harus segera memiliki strategi komprehensif dalam menangani virus.

Strategi itu termasuk tiga pola yang harus diperhatikan terkait kehidupan baru di tengah ‘damai dengan virus’

Pola itu meliputi perubahan pola pada kehidupan masyarakat, pola kerja pada institusi, serta pola pelayanan baru yang mempengaruhi sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan masyarakat.

“Tanpa adanya ketiga pola baru itu kita akan dalam posisi berbahaya, banyak kasus baru, klaster baru,” terangnya.

Baca juga: Tentang New Normal Life, Hidup Berdamai dengan Covid-19 seperti Diungkapkan Presiden Jokowi

New normal

Pola hidup baru masyarakat yang dia maksud adalah jaga jarak, pakai masker, tak berpergian kalau tak perlu, tak berkerumun dan sebagainya.

Pola kerja baru adalah yang diterapkan di institusi seperti pada bandara harus ada aturan cek suhu saat masuk, atau pada perkantoran maka diterapkan aturan misal masuk ganjil genap untuk menghindari kerumunan.

"Memisahkan mereka yang meskipun ada aturan boleh kembali ke kantor usia di bawah 45, harus diperhatikan apa mereka berisiko. Seperti punya penyakit seperti diabetes dan jantung misalnya," ujar Dicky. 

Sementara pola pelayanan baru adalah bagi tempat yang berinteraksi langsung dengan masyarakat misal samsat kantor pajak atau rumah sakit harus memiliki aturan tertentu.

Ketiga pola itu sendiri masuk sebagai bagian strategi komprehensif.

Strategi komprehensif menurutnya juga sangat diperlukan di tengah waktu menunggu vaksin dan obat dan selama pembuktian bahwa virus akan menjadi endemi atau mungkin hanya akan bertahan 3 tahun.

Baca juga: Tanpa Vaksin, Herd Immunity Bisa Membuat Jutaan Orang Meninggal

Dahulukan kesehatan

Lebih lanjut epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia itu mengatakan, sejarah menunjukkan mengatasi pandemi harus didahulukan karena berkaitan dengan sektor kesehatan

“Pemerintah ada target-target ekonomi, nah target ekonomi yang akan dicapai pemerintah itu tidak akan tercapai apabila strategi utama di sektor kesehatan penanganan di bidang pandeminya tidak tepat, tidak masih agresif, tidak responsif, artinya ini yang harus diutamakan dahulu,” kata dia.

Hal ini karena masyarakat menurut Dicky, jelas akan merasa lebih aman apabila tidak merasa ada ancaman, yaitu bahaya terinfeksi virus corona. 

“Kalau aman mereka akan bisa melaksanakan aktivitas ekonomi,” tuturnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi