Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Orang Menggunakan Background Rak Buku Saat Telekonferensi?

Baca di App
Lihat Foto
www.roomandboard.com
Rak buku sekaligus penyekat antarruang
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia selama hampir dua bulan memaksa penghentian mobilitas publik untuk mengurangi potensi infeksi.

Dampaknya, beragam aktivitas pun terpaksa harus dilakukan secara jarak jauh dari rumah masing-masing atau biasa disebut work form home (WFH).

Kegiatan-kegiatan tatap muka, seperti rapat dan pembelajaran kini mulai berpindah secara virtual melalui apilikasi video telekonferensi.

Jika diamati, sebagian besar di antara mereka menggunakan susunan buku di rak sebagai background atau latar belakang ketika sedang melangsungkan video telekonferensi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah satu warganet bahkan telah mendokumentasikan beberapa tokoh yang sedang melakukan telekonferensi dengan menggunakan latar rak buku.

Baca juga: Facebook Luncurkan Messenger Rooms Saingi Zoom, Bagaimana Cara Penggunaannya?

Ekspresi Identitas

Mengenai hal itu, sosiolog yang fokus pada masyarakat digital Sidiq Hari Madya menyebut penggunaan rak buku dalam video telekonferensi sebagai upaya seseorang untuk mengekspresikan identitas diri.

"Fenomena ini bisa diterjemahkan sebagai upaya mengekspresikan identitas diri yang tidak bisa dilakukan sekadar lewat representasi wajah," kata Sidiq saat dihubungi, Sabtu (16/5/2020).

Menurut Sidiq, foto atau video telekonferensi kadang bisa bercerita lebih banyak dari pada "actor in focus".

Dalam konteks WFH, ruang untuk menampilkan diri ke publik menjadi sangat terbatas, sehingga video telekonferensi menjadi media penting agar tetap bisa tampil ke publik.

Dengan penuh keterbatasannya, kehadiran background bisa digunakan sebagai media ekspresi identitas pendukung.

Baca juga: Jumlah Download Aplikasi Telekonferensi Naik Drastis dalam Sepekan

Menampilkan ke publik

Sementara pemilihan latar rak buku merupakan bagian dari agenda bagaimana suatu individu ditampilkan ke publik.

"Buku yang berjajar rapi di rak seringkali merepresentasikan si empunya sebagai kalangan penyuka buku, pembaca, pelajar, bahkan terpelajar. Identitas itu tidak bisa diceritakan dalam keterbatasan ruang virtual," jelas dia.

Dalam keterbatasan itu, Sidiq menyebut background atau latar bisa bercerita.

Senada dengan Sidiq, sosiolog Universitas Sebelas Maret Drajat Tri Kartono mengatakan penggunaan rak buku di banyak telekonferensi sebagai upaya indvidu untuk merepresentasikan diri.

Menurutnya, prinsip media sosial adalah representasi. Dalam hal ini, zoom atau layanan video telekonferensi dianggapnya sebagai bentuk media sosial.

"Prinsip media sosial adalah representasi. Saya sebagai realita ditampilkan sebagai apa kemudian dalam representasi itu saya maksudkan untuk mendefinisikan diri saya," kata Drajat saat dihubungi, Sabtu (16/5/2020).

Hal itu ditujukan agar orang lain memaknainya sesuai dengan apa yang ditampilkan.

Baca juga: WhatsApp Web Bakal Punya Fitur Mirip Zoom

Representasi

Dengan menggunakan latar rak buku, Drajat menyebut seseorang ingin merepresentasikan atau mendifinisikan diri sebagai kaum terpelajar, orang berilmu, dan di balik kata-katanya banyak berisi ilmu.

"Kerena bentuknya lebih banyak menampilkan omongan pengetahuan, maka kemudian ditampilkannya sesuatu yang menunjukkan bahwa kita itu terpelajar," jelas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi