Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kondisi Mumbai, Kota Paling Terpukul Covid-19 di India...

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/ADNAN ABIDI
Seorang polisi, mengenakan maker dan membawa tongkat pemukul, berdiri di depan toko minuman keras di New Delhi, pada 4 Mei 2020. Warga mengantre membeli alkohol setelah India melonggarkan aturan lockdown guna memerangi Covid-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Mumbai, India, terkenal akan Bollywood, kota kaya raya, dan juga kota yang padat.

Tapi Mumbai memiliki populasi yang cukup padat, yakni 12,4 juta jiwa dengan setengahnya tinggal di daerah kumuh.

Kepadatan populasinya bisa mencapai 270.000 orang per km persegi dan dapat menjadi sarang virus corona yang potensial.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ini Mumbai menjadi menjadi kota yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Sekitar seperempat dari 80.000 kasus India ada di Mumbai.

Keadaan Mumbai sangat buruk. Rumah sakit untuk pasien Covid-19 kehabisan tempat tidur, antara lain di RS Sion dan RS KEM.

Sebuah video yang direkam secara diam-diam dari Rumah Sakit KEM menunjukkan sebuah bangsal yang dipenuhi perawat, dokter, pasien, dan kerabat.

Baca juga: Mudik Jalan Kaki Sejauh 321 Km Saat Lockdown, Bocah di India Meninggal Dunia

Berjuang menghadapi penularan

Selain itu juga menunjukkan mayat korban coronavirus terbungkus plastik hitam berada satu ruangan dengan pasien yang menerima perawatan. Mereka kekurangan tempat untuk menyimpan orang mati.

Hal itu menunjukkan mereka sedang berjuang untuk menghadapi penularan.

Pada minggu depan, rumah sakit sementara dengan 1.000 tempat tidur diharapkan akan selesai dibangun. Tetapi kota ini masih membutuhkan lebih banyak.

"Kami membawa ibu saya ke dua rumah sakit yang menolak kami sebelum yang ketiga setuju untuk mengobatinya. Itu juga karena dia mengalami masalah pernapasan dan membutuhkan bantuan oksigen," kata seorang pria muda.

Seorang peneliti di the Tata Institute of Social Sciences, Tarique Mohammed, khawatir bahwa durasi darurat kesehatan sudah berlangsung lama.

Hal itu menyebabkan sumber daya rumah sakit semakin menipis. Ada kelelahan fisik dan emosional total di antara dokter, perawat, polisi, pekerja sanitasi, dan semua orang.

"Itu semua memakan korban,” katanya, seperti dikutip SCMP, Sabtu (16/5/2020).

Baca juga: Kesenjangan Sosial dan Beragam Kisah Lockdown di India akibat Corona

Penghuni kumuh

Kepala Menteri Negara Bagian Maharashtra Uddhav Thackeray mengatakan pihaknya mungkin akan meminta unit polisi tambahan kepada New Delhi untuk membantu para petugas yang kelelahan karena tugas Covid-19.

Dharavi, daerah kumuh terbesar di Asia, memiliki 1.028 kasus hingga 14 Mei. Di sana berbentuk labirin dengan gubuk-gubuk kecil beratap seng, selokan terbuka, dan jalurnya sempit.

Sekitar 800.000 orang tinggal di daerah kumuh itu. Kamar-kamar kecil berada di jarak dekat, membuat jarak sosial menjadi tidak mungkin diterapkan.

Mencuci tangan juga dibatasi, karena kenyataannya hampir tidak ada air yang cukup untuk memasak atau mandi.

Baca juga: Kenali Masa Inkubasi Virus Corona di Dalam Tubuh, Berapa Lama?

Sejauh ini, pemerintah kota mengatakan mereka memiliki cukup tempat tidur untuk mengkarantina penghuni kumuh berisiko tinggi tetapi kekurangan tempat tidur untuk pasien kritis.

Mereka baru-baru ini meminta rumah sakit swasta untuk meningkatkan kapasitas dan juga menambahkan lebih banyak tempat tidur ke rumah sakit pemerintah yang ada yang didedikasikan untuk merawat Covid-19.

Mumbai yang menjadi primadona bagi orang-orang di India kini telah hancur.

Sementara itu, daerah lain di India sedang bersiap untuk keluar dari lockdown nasional mulai hari Minggu (17/5/2020).

Tapi Mumbai mungkin akan memperpanjang batasannya sendiri hingga akhir bulan. Pada hari Kamis, Mumbai mencatat 1.000 infeksi baru dalam satu hari.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi