Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remehkan Virus Corona, Epidemiolog Sebut Bisa Jadi Bumerang

Baca di App
Lihat Foto
YouTube Gritte Agatha.
Selebgram Indira Kalistha ketika menjadi tamu dalam vlog Gritte Agatha.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com – Warganet tengah menyoroti YouTuber Indira Kalistha dalam sebuah video yang terkesan meremehkan keberadaan virus corona. 

Dalam tayangannya, ia menyampaikan bahwa ia bahkan tidak menggunakan masker dan tidak mencuci tangannya sebelum makan saat terjadi wabah corona. 

Tagar #IndiraKalista pun masuk trending dalam percapakan warganet Indonesia di Twitter. Sampai dengan Sabtu (17/5/2020) Tagar #IndiraKalista telah dibicarakan lebih dari 10 ribu kali.

Warganet banyak menyoroti sikap Indira yang terkesan meremehkan virus corona tidak pantas dilakukan karena ia merupakan seorang influencer. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas apa bahayanya apabila kita meremehkan virus corona saat ini?

Baca juga: Suami Indira Kalistha: Bini Gue Ngablu, sejak Kapan Kita Keluar?

Berkaca dari Brazil dan Italia

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, tindakan meremehkan virus corona bisa menjadi bumerang.

“Dunia kan sudah terkonek sangat dekat, kita bisa belajar dari negara lain yang tabiatnya mirip Indonesia. Yang kasusnya parah kan Italia, angkanya kan banyak itu harusnya jadi pelajaran,” ujar dia saat dihubungi Sabtu (16/5/2020).

Brazil, yang saat ini juga menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus yang banyak menurutnya juga bisa dijadikan pelajaran. Jumlah kasus virus corona di Brazil mencapai 234.000, dengan 15.662 orang meninggal dan 89.672 orang berhasil sembuh. 

Baca juga: Jalani Ritual Kawalu 3 Bulan, Suku Baduy Bebas Corona

“Brazil sama negara tropis, sekarang luar biasa peningkatannya, karena adanya pengabaian," ungkap dia. 

Lebih lanjut ia mengatakan virus tidak melihat alasan apapun untuk menginfeksi seseorang. Selama ada kontak antara penderita dengan manusia terutama mereka yang rentan maka infeksi dan keparahan selalu bisa terjadi.

Ia menerangkan, mungkin virus benar akan menjadi endemik sebagaimana yang disampaikan oleh WHO.

Di mana endemik artinya akan terus ada di antara manusia dalam waktu lama. Akan tetapi, Itu tidak berarti menjadi alasan untuk kemudian meremehkan.

Baca juga: Survei: Orang Amerika Percaya, Virus Corona Pesan dari Tuhan

Strategi komprehensif pemerintah

Dia menyatakan, pemerintah harus memiliki strategi komprehensif mengatasi virus baik secara jangka pendek, menengah, dan panjang.

Institusi maupun pemerintahan, beserta masyarakat harus segera menerapkan pola hidup baru.

Pola yang ia maksud ada tiga. Pola pertama adalah pola hidup baru terkait yang ada di masyarakat.

Di mana meliputi jaga jarak, pakai masker, tak berpergian kalau tak perlu, tak berkerumun dan sebagainya. Adapun perkantoran atau institusi harus menerapkan pola kerja baru.

Baca juga: 5 Krisis Besar Dunia Selain Virus Corona

“Seperti pada bandara harus dibuat aturannya, seperti pintu masuk bandara harus diukur suhu tubuhnya. Kalau segini nggak oleh masuk. Diatur posisi duduk, berdiri juga diatur sehingga nggak kayak yg viral itu,” ujar Dicky.

Pola kerja baru tiap institusi juga harus dibuat aturannya seperti aturan mengenai pekerja kurang dari 45 tahun yang boleh kembali ke kantor yang menurutnya harus diseleksi kembali.

Misal, apakah mereka memiliki penyakit diabetes atau penyakit penyerta lainnya. 

“Kemudian apabila sudah ditetapkan mana yang berisiko mana yang nggak, maka yang bisa masuk jangan semua langsung harus bekerja penuh," ungkap dia. 

Physical distancing harus dijaga, seperti perlunya diatur tidak terlalu ramai, masuk selang-seling dengan nomor genap ganjil dan semacamnya.

Baca juga: Usai Corona, Sri Mulyani Bebaskan PNS Kemenkeu Kerja dari Mana Saja, Ini Syaratnya

“Kan tetap harus dilakukan jaga jarak tidak ramai. Ini untuk mendukung melandaikan kurva yang akan lama,sambil menunggu vaksin atau obat. Sehingga tempat kerja harus bikin aturan detil,” ungkap dia.

Selanjutnya pola ketiga adalah pola pelayanan baru yang berkaitan dengan institusi yang harus tetap memberikan pelayanan langsung ke masyarakat.

Mereka juga harus memiliki aturan karena rentan lantaran berinteraksi dengan masyarakat yang bisa jadi terinfeksi Covid-19. 

Ia menjelaskan, untuk mengatasi virus corona maka diperlukan strategi yang komprehensif.

“Kan pemerintah ada target-target ekonomi berkaitan pelonggaran, nah target ekonomi yang akan dicapai pemerintah itu tidak akan tercapai apabila strategi utama di sektor kesehatan penanganan di bidang pandeminya tidak tepat, tidak masif agresif, tidak responsif, artinya ini yang harus diutamakan dahulu,” tutur Budi. 

Baca juga: Warga Dirikan Warung Gratis, Prihatin dengan Kondisi Saat Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi