Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekilas soal Mardigu Wowiek, dari Klaim Pencipta Cyronium hingga Pengamat Terorisme

Baca di App
Lihat Foto
INSTAGRAM/@MARDIGUWP
Mardigu Mowiek.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Mardigu Wowiek menjadi salah satu kata kunci yang paling banyak dicari di mesin pencari Google, Rabu (20/5/2020) pagi.

Baru-baru ini yang bersangkutan muncul di konten YouTube Deddy Corbuzier dan berbicara banyak tentang pendapatnya mengenai virus corona.

Sebenarnya, siapa Mardigu Wowiek tersebut?

Pengusaha

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nama Mardigu mulai mencuat sebagai pengusaha saat Mardigu mengklaim menciptakan cyronium, salah satu pilihan investasi berbasis cryptocurrency.

Dia membuatnya bersama perusahaannya yang bernama PT Santara Daya Inspiratama.

Cryptocurrency adalah mata uang digital. Perkembangannya cukup pesat sejak 2015.

"Dunia sejenis cryptocurrency ini adalah bisnis masa depan. Dunia other income anak millenial," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Selasa (22/5/2018).

Menurut Mardigu, cyronium merupakan mata uang digital yang memiliki aset jaminan berupa koin dalam bentuk fisik. Dia menggunakan teknologi blockchain untuk mendukung adanya transparansi dalam investasi.

Mardigu mengklaim cyronium lebih stabil dan harganya tidak akan turun dratis seperti cryptocurrency lainnya.

Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib

Pengamat terorisme

Jauh sebelum disebut-sebut pengusaha, Mardigu juga didapuk sebagai pengamat terorisme.

Banyak pemberitaan Kompas.com memuat pendapatnya ketika berbicara mengenai kasus-kasus terorisme di Indonesia.

Seperti pada pemberitaan Kompas.com, Rabu (10/3/2010), Mardigu meyakini salah satu teroris yang tewas dalam penyergapan polisi di Pamulang pada 2010 adalah Dulmatin.

Dia mengatakan terduga Dulmatin adalah otak di balik aksi bom bunuh diri di Bali pada 2002.

Dulmatin bergerak di Indonesia dengan guardian angels seperti dr Fauzi. Mardigu mengatakan keduanya telah saling mengenal sejak di Poso dan Ambon.

Tak hanya itu, Mardigu juga ikut berbicara saat ada ledakan di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, Minggu (4/8/2013). Satu paket meledak dalam peristiwa itu, dan 3 orang mengalami luka ringan.

Baca juga: Viral Diduga Bom Rakitan Palsu di Sulsel Dibuat oleh Pelajar SMP, Ini Faktanya

Dia menilai sekitar 10.000 anggota intelijen tak mampu meredam pergerakan kelompok teror dan menjamin rasa aman warga negara.

Sebanyak 10.000 orang itu tergabung dalam Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Strategis (BAIS), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

"Intel Indonesia ada 10.000 orang. Sementara kelompok ini paling cuma seribu. Jadi selama ini BIN ngapain, BAIS, BNPT? Intel sekarang enggak bergerak," ujarnya untuk Kompas.com, Senin (5/8/2013).

Dia bahkan menambahkan, selama ini intel hanya makan gaji buta dan kebanyakan hanya duduk-duduk daripada bergerak di lapangan.

Baca juga: Sekilas tentang Greta Thunberg, Sosok Termuda di Person of The Year 2019

Praktisi hipnoterapi

Tak hanya pengamat terorisme. Mardigu juga seorang praktisi hipnoterapi.

Mardigu pernah menjelaskan mengenai orang latah yang berpotensi menjadi target pelaku kejahatan dengan metode hipnotis.

"Pola pikir orang yang menderita latah itu lompat-lompat. Ini bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan dengan hipnotis," kata Mardigu seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (28/8/2010).

Dia mengetahui bahwa pelaku kejahatan dengan hipnotis punya cara untuk mengetes korbannya latah atau tidak. Misalnya dengan menjatuhkan uang koin tepat di depan korban.

Dia mengimbau pada para calon pemudik kala itu untuk senantiasa berhati-hati saat mudik Lebaran.

Baca juga: Mengenal Sosok Iwan Bule, Ketum PSSI yang Pernah Diperiksa Terkait Kasus Novel Baswedan

Channel YouTube

Dilansir dari channel YouTube-nya, Mardigu Wowiek Prasantyo (MWP) mengklaim memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun berbisnis oil dan gas serta digital bisnis. Selain itu juga memiliki pengalaman di bidang geopolitik dan geoekonomi.

Dia diklaim juga seorang penulis yang telah menulis 4 buku bisnis, 2 buku geopolitik dan geoekonomi, serta 1 buku aplikasi psikologi.

Mardigu juga merupakan pendiri Rumah Yatim Indonesia yang saat ini memiliki lebih dari 6.000 anak didik.

Dia dijuluki Bossman Sontoloyo oleh teman-temannya. Hal itu karena cara berpikir dan strateginya nyeleneh.

Baca juga: Pro Kontra Upah Per Jam, Antara Penolakan Buruh dan Dukungan Pengusaha

(Sumber: Kompas.com/Ridwan Aji Pitoko, Sabrina Asril | Editor: Erlangga Djumena, Adhi KSP, Caroline Damanik)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi