Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca pada Kasus Bocah Penjual Jalangkote, Berikut Dampak dan Bahaya Perundungan pada Anak

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos.com
Ilustrasi
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial diramaikan oleh video yang menampilkan peristiwa bullying atau perundungan terhadap seorang bocah laki-laki di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

Bocah tersebut ialah RL (12), warga Jl Batu Merah, Kelurahan Tala, Kecamatan Tala, yang menjajakan jajanan pastel atau dikenal dengan nama jalangkote dirundung, dipukuli, dan dibanting kelompok pemuda di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (17/5/2020) sore.

Tak menunggu waktu lama, aparat kepolisian pun turun tangan langsung dan mengusut kasus perundungan bocah penjual jalangkote tersebut.

Baca juga: Viral Video Racikan Pemutih Kulit Pakai Tepung dan Bubuk Kunyit, Ini Bahayanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alhasil, delapan orang pelaku perundungan bocah penjual jalangkote berhasil diamankan polisi.

Lantas apa dampak dari aksi perundungan terhadap anak-anak?

Psikolog Anak dan Keluarga Astrid WEN menjelaskan, apabila anak menerima perundungan, maka dampaknya akan bermacam-macam.

"Untuk dampak langsung tentu saja anak jadi terancam keamanannya. Nah kalau anak sudah terancam keamanannya, itu anak bisa mengalami beberapa hal," kata Astrid kepada Kompas.com, Kamis (21/5/2020).

Baca juga: Viral Video Seorang Anak Tangisi Ibunya yang Meninggal di Pelataran Toko, Bupati Tangerang: Serangan Jantung

Muncul rasa takut dan trauma

Astrid mengatakan, karena keamanannya terancam, maka rasa takut mulai tumbuh sehingga khawatir yang berlebihan dari biasanya.

Hal itu, kemudian diikuti dengan anak mulai susah tidur.

"Ada perubahan pola tidur, tidak mau keluar rumah sehingga tidak mau bersosialisasi karena takut bertemu pelaku," jelas Astrid.

Kemudian, anak juga akan mengalami trauma sehingga yang awalnya korban sering berjualan, lalu ia mengurungkan niatnya karena trauma peristiwa perundungan akan menimpanya kembali.

Namun, hal itu tentu saja tergantung dari seberapa kuat jiwa anak dapat menerima kejadian perundungan yang sebelumnya dialaminya.

"Jadi intinya, nanti akan memunculkan trauma pada hal-hal yang terkait kejadian tersebut," papar Astrid menelaskan.

Baca juga: Soal Prank Sampah YouTuber Ferdian Paleka, dari Pelanggaran Etika hingga Tekanan karena Keadaan

Perubahan perilaku

Anak yang menjadi korban perundungan, lanjut Astrid, akan mengalami perubahan perilaku.

Berpengaruh kepada hal-hal kesehariannya seperti berubahnya pola makan hingga menjadi tidak nafsu makan.

Perubahan emosi juga bisa muncul pada anak yang sebelumnya menerima perundungan.

"Bisa juga mengalami perubahan emosi, yang tadinya gampang seneng menjadi murung," kata Astrid.

"Yang tadinya mudah berkomunikasi dengan orangtua, tiba-tiba berubah menjadi pendiam," imbuhnya.

Baca juga: Viral Video Polisi Kokang Senjata, Kompolnas: Cukup Teguran Lisan Saja

Orangtua harus peka

Astrid menuturkan, perubahan perilaku itu susah untuk terlihat bila orangtua tidak peka atau kurang memperhatikan.

Namun, hal itu juga dapat karena anak memang pintar menyembunyikan peristiwa yang baru saja ia alami, termasuk perundungan.

"Jadi memang orangtua harus benar-benar peka tentang kondisi anak," jelas dia.

Bagi sebagian anak, kata Astrid, menceritakan peristiwa perundungan yang baru didapat oleh anak mungkin dianggap memalukan.

Oleh karenanya, anak yang menjadi korban perundungan harus mendapat pendampingan dan dilakukan pemeriksaan.

"Tetapi ini untuk lebih jelas atau detailnya apa dampak pada anak pasca-perundungan itu perlu di lakukan pemeriksaan yang berkelanjutan," terang dia.

Baca juga: Marak Viral Perundungan di Lingkungan Sekolah, Mengapa Selalu Terjadi?

Terkadang, dampak tak langsung terlihat

Menurut Atrid, dampak dari anak yang sebelumnya menjadi korban perundungan tidak langsung muncul.

Mungkin, dampak baru akan terlihat atau keluar satu minggu atau dua minggu setelah peristiwa perundungan terjadi.

"Bahkan bisa satu bulan atau dua bulan, dampaknya baru terlihat," jelas Astrid.

Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan dan pendampingan yang berkala dan menyeluruh, tidak hanya sesekali saja.

Dan juga, pendampingan yang "hangat" juga penting untuk dilakukan karena hal itu dapat memberikan rasa aman kepada anak.

"Karena kan kalau anak terkena perundungan, di otaknya yang diserang itu rasa keamanannya. Seperti yang saya sampaikan tadi," jelasnya.

"Yang mau dipulihkan itu sejatinya adalah rasa aman dari si anak," tambahnya.

Astrid menjelaskan, orangtua dan lingkungan juga perlu diberikan edukasi bagaimana cara pemberian rasa aman kepada anak dapat dilakukan secara hangat dan bisa dipercaya oleh anak.

Baca juga: Wacana Pembukaan Sekolah pada Juli Disorot, Diminta Dikaji Ulang

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bullying: Definisi, Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegahnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi