Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Meningkat, Introspeksi untuk Masyarakat yang Abai dan Aturan Pemerintah...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Warga berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta, Senin (18/05)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pada Kamis (21/5/2020), kasus baru Covid-19 bertambah 973 kasus baru.

Angka ini menjadi angka kasus baru tertinggi dalam sehari selama kasus Covid-19 ada di Indonesia.

Hingga Kamis (21/5/2020), kasus Covid-19 di Indonesia tercatat 20.162 kasus.

Mengapa lonjakan kasus ini terjadi?

Baca juga: Pembukaan PSBB, Ancaman Klaster Baru Covid-19 hingga Perlunya Pelacakan Kontak 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, penambahan kasus tertinggi tersebut karena beberapa faktor.

"Yang utama, ini menandakan mulai munculnya kasus-kasus akibat makin banyaknya klaster-klaster baru," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (22/5/2020).

Klaster-klaster baru itu muncul akibat masyarakat abai mengikuti anjuran langkah pencegahan, yaitu menghindari keramaian atau kerumunan.

Hal ini terlihat dari ramainya pasar dan pusat perbelanjaan menjelang Lebaran.

Selain itu, lanjut Dicky, pemerintah juga ikut berperan karena melonggarkan penerapan aturan untuk mencegah keramaian tersebut.

"Semakin longgar dalam mencegah keramaian dan abai jaga jarak, ditambah tidak disiplin memakai masker," kata dia.

"Pada gilirannya, klaster baru Covid-19 akan menyebar dan meningkat di berbagai daerah," lanjut Dicky.

Kedua faktor tersebut dinilainya berkontribusi secara signifikan dalam menimbulkan klaster-klaster baru yang berakibat banyaknya kasus positif Covid-19.

Berdasarkan data yang ia miliki, saat ini tersisa 123 kabupaten dan kota yang belum melaporkan kasus virus corona.

Namun, hanya dalam tempo kurang dari tiga bulan, kasus Covid-19 telah dilaporkan ada di seluruh provinsi di Indonesia.

Baca juga: Antisipasi Penyebaran Virus Corona, Kapan Idealnya Penerapan PSBB Dibuka?

Berkaca dari situasi seperti saat ini, Dicky mengatakan, akan semakin memberatkan strategi pelacakan kontak atau tracing.

Hal ini dapat disiasati dengan adanya program digital tracing seperti yang dilakukan Singapura dan Korea Selatan.

"Ya bisa dibilang begitu karena kasusnya berjumlah sangat banyak. Jumlah orang tanpa gejala (OTG) kita akan makin banyak," papar Dicky.

Ia mengingatkan agar situasi ini tak dipandang sebelah mata.

Alasannya, OTG sangat sulit terdeteksi dan tidak bisa diketahui apakah positif atau negatif Covid-19.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Serial Infografik Virus Corona: Apa itu ODP?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi