Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Svalbard, Sebuah Tempat yang Bisa Jadi Rumah Semua Orang

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi permukiman di Svalbard saat malam hari
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Svalbard adalah sebuah tempat yang penuh dengan hal-hal yang mungkin tidak akan mudah dilupakan oleh sebagian besar orang.

Tempat ini terletak sekitar 800 kilometer di utara daratan Norwegia, di tengah Samudera Arktik.

Dari 2.400 penduduk yang tinggal di ibu kota Svalbard, Longyearbyen, hampir sepertiganya merupakan imigran dari 50 negara atau lebih.

Mengutip BBC, 15 Mei 2020, semua orang dari negara manapun boleh tinggal di Svalbard tanpa visa selama mereka memiliki pekerjaan dan tempat tinggal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kisah Warga Indonesia Puasa di Norwegia, Makan Kolak Jadi Obat Kangen Takjil Nusantara

Sejarah Svalbard

Sebagian besar orang mempercayai bahwa orang-orang Viking adalah yang pertama menjelajah pulau-pulau itu sekitar tahun 1.200 Masehi meskipun para penjelajah Belanda menjadi yang pertama melakukan kunjungan yang terdokumentasi.

Saat itu, para penjelajah Belanda tengah mencoba menemukan jalur timur laut ke China pada tahun 1596.

Pada abad-abad berikutnya, banyak pula datang pemburu Walrus dan Paus dari Inggris, Denmark, Perancis, Norwegia, Swedia, dan Rusia.

Kemudian, pada 1906, pengusaha Amerika bernama John Munro Longyear mendirikan tambang batu bara pertama di kepulauan ini.

Industri tersebut menjadi industri utama Svalbard hampir sepanjang abad ke-20.

Baca juga: Puasa Sampai 22 Jam, Tips Kuat Berpuasa dari WNI di Norwegia dan Islandia

Sementara itu, saat ini, aktivitas utama di Svalbard didominasi oleh pariwisata, penelitian lingkungan, dan ekologi.

Pulau-pulau itu tidak dikuasai oleh negara manapun hingga tahun 1920, yaitu setelah Perang Dunia I, di mana sebuah perjanjian menjamin kedaulatan Norwegia atas Svalbard ditandatangani oleh 9 negara dan saat ini, 46 negara.

Perjanjian tersebut menetapkan bahwa wilayah itu tidak dapat digunakan untuk tujuan militer dan Norwegia bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan alam di pulau-pulau tersebut.

Namun, salah satu isi perjanjian yang paling mencolok adalah adanya klausa unik yang mengharuskan tidak adanya diskriminasi perlakuan antara warga Norwegia dan bukan warga Norwegia.

Baca juga: Norwegia Dikenal Punya Durasi Puasa Terlama, Ternyata Ada yang Puasa 13-14 Jam Saja, Kenapa?

Jumlah beruang kutub lebih banyak dari manusia

Longyearbyen menjadi tempat di mana sebagian besar orang yang pindah ke Svalbard menetap. 

Hanya ada jalan sepanjang 40 kilometer di pulau-pulau tersebut dan tidak ada jalan antara permukiman yang berbeda.

Permukiman-permukiman tersebut hanya dapat diaskes menggunakan perahu di musim panas atau mobil saju di musim dingin.

Siapapun yang meninggalkan batas kota biasanya juga membawa senapan sebagai antisipasi jika bertemu dengan beruang kutub.

Di kepulauan ini, ada sekitar 3.000 beruang kutub. Jumlah tersebut melebihi jumlah manusia yang hanya sebanyak 2.926 jiwa.

Baca juga: Kelaparan, Seekor Beruang Kutub Ditemukan Berkeliaran di Siberia

Kondisi fisik pulau

Meskipun terbuka bagi siapa pun untuk tinggal, Svalbard sendiri bukan tempat yang paling ideal.

Tidak ada rumah sakit untuk wanita hamil dan jika ada seseorang yang meninggal, pemerintah daerah mengharuskan jenazah untuk dikirim ke daratan Norwegia.

Sebab, penguburan tidak diizinkan untuk dilakukan di kepulauan ini sejak tahun 1950 karena permafrost atau lapisan tanah yang tebal benar-benar membeku di kepulauan ini sepanjang tahun.

Kondisi tersebut mengakibatkan lapisan ini tidak hanya mengawetkan tubuh tetapi juga terkadang mendorong jenazah keluar jika tidak dikubur cukup dalam.

Permafrost Svalbard dan suhu rendah sepanjang tahun yang dimilikinya juga terbukti ideal untuk memasang Global Seed Vault, sekitar 3 kilometer dari jalan utama Longyearbyen.

Baca juga: Kisah WNI Puasa di Norwegia saat Corona: Tidak Ada Buka Bersama Komunitas WNI

Tempat tersebut telah menyimpan lebih dari 980.000 benih dari seluruh dunia sejak 2008 sebagai cadangan jika terjadi bencana global yang menyebabkan semua tanaman gagal panen.

Namun, saat suhu naik, penyimpanan tersebut mungkin tidak sepenuhnya aman.

Pada tahun 2017, terowongan masuknya mengalami banjir setelah sebagian lapisan es mencair.

Longyearbyen sendiri tidak didesain dengan mempertimbangkan air hujan, tanah longsor, atau pun longsoran salju yang kini menjadi ancaman.

Suhu rata-rata Svalbard sendiri telah meningkat sebanyak 4 derajat celsius sejak tahun 1971, yaitu 5 kali lebih cepat daripada bagian planet lainnya. 

Baca juga: WNI di Norwegia dan Islandia Jalin Silaturahmi Online Saat Wabah Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi