Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Laksana, Ramadhan dan Lebaran Pertama di Negeri Sakura...

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa
Laksana Segara, pemuda Indonesia yang merantau ke Jepang. Tahun ini merupakan pengalaman pertamanya menjalani bulan Ramadhan di Jepang.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Selamat Idul Fitri 1441 Hijriah. Momen Idul Fitri, hari kemenangan setelah satu bulan berpuasa, biasanya menjadi momen berkumpul bersama seluruh anggota keluarga.

Namun, situasi Lebaran tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Di tengah situasi pandemi virus corona, masyarakat Muslim diimbau melakukan silaturahim virtual untuk menekan penyebaran virus corona.

Di luar Indonesia, ada cerita para perantau yang bekerja jauh dari rumah, menjalani Ramadhan Lebaran tahun ini tanpa anggota keluarga.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini cerita yang dibagikan Laksana Segara (24), pemuda asal Indonesia yang kini tengah merantau di Tokyo, Jepang.

Kepada Kompas.com, Jumat (15/5/2020), Laksa, begitu ia biasa disapa, menceritakan pengalaman pertamanya menjalani ibadah puasa di Negeri Sakura dan keputusannya untuk tidak mudik ke Indonesia saat Lebaran kali ini.

Baca juga: Cerita dari Norwegia, Kisah WNI Jalani Ibadah Puasa 16,5 Jam hingga 19,5 Jam

Ramadhan di Jepang saat pandemi Covid-19

Laksa mengawali santap sahurnya sebelum pukul 02.30 dini hari waktu setempat, karena pada pukul tersebut sudah memasuki waktu Imsak di Jepang.

Dia kemudian berbuka puasa pukul 18.45. Selama sekitar 16 jam ia berpuasa setiap harinya.

Dengan situasi pandemi virus corona, Jepang memberlakukan pembatasan sosial, sehingga Laksa pun menjalani hari-hari dengan work from home.

"Saya sudah hampir dua bulan lebih, work from home selama pandemi corona ini. Hal ini cukup membantu saya dalam menjalankan ibadah puasa, karena saya tidak perlu pergi ke kantor dan bisa menghemat energi," kata Laksa yang bekerja di sebuah perusahaan IT di Tokyo.

Namun, akibat pandemi corona ini, dia merasa sedih karena event-event yang biasa diadakan saat bulan Ramadhan, seperti buka puasa bersama di Masjid Tokyo Camii, masjid terbesar di Jepang, ditiadakan.

"Walaupun Muslim itu minoritas di sini, sebenarnya masih ada perayaan-perayaan yang biasa dilakukan saat Ramadhan. Tapi, karena adanya pandemi corona maka semua aktivitas yang berhubungan dengan berkumpul di ruang publik akhirnya ditiadakan," kata Laksa.

Pandemi ini juga membuatnya merasa kesepian. Terlebih lagi, Laksa mengakui bahwa dirinya adalah tipe orang yang suka nongkrong saat weekend.

Selama sebulan terakhir, ia mengaku tidak bertemu dengan teman-temannya dan hanya berinteraksi langsung dengan pegawai kasir supermarket saat berbelanja berbagai kebutuhan.

"Paling untuk mengatasi sepi, intensitas video call dengan teman-teman dan keluarga jadi lebih sering sekarang," kata dia.

Baca juga: Covid-19, Suasana Lebaran WNI di Australia

Tidak mudik saat Lebaran

Tahun ini, Laksa akan merayakan Lebaran di Jepang. Sejak sebelum terjadi pandemi virus corona, ia memang telah memutuskan tak mudik pada Idul Fitri tahun ini.

Awal 2020, ia baru kembali ke kampung halamannya di Wonogiri, Jawa Tengah. 

"Saya juga ingin merasakan Lebaran di Jepang bersama teman-teman asal Indonesia yang saat ini juga masih tinggal di sini. Kebetulan ada teman-teman asal Indonesia yang walaupun tidak sekantor, tapi masih tinggal di Tokyo juga," kata Laksa.

Selain itu, ia juga mendapat informasi ada tradisi perayaan Lebaran yang digelar oleh Kedutaan Besar (Kedubes) Indonesia di Tokyo. 

Awal bekerja di Jepang

Laksa bercerita bahwa sebenarnya tidak pernah terpikirkan oleh dirinya untuk bisa tinggal dan bekerja di Jepang. Awal ketertarikannya muncul saat dia menjadi mahasiswa magang pada pertengahan Agustus 2018 di perusahaan IT tempatnya bekerja sekarang.

"Setelah saya selesai kontrak magang, kemudian saya ditawari kontrak kerja full-time di sini, saya lalu mulai merasa nyaman di Jepang, baik dari aspek culture-nya maupun lingkungan tempat saya tinggal. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk menerima kontrak kerja full-time tersebut dan tinggal di Jepang," kata Laksa.

Pemuda lulusan Telkom University Bandung, Jawa Barat, ini sudah tinggal di Jepang sejak pertengahan tahun 2019.

Ia harus melakukan penyesuaian diri, terutama dengan budaya kerja di Jepang. 

"Orang-orang di sini itu sangat disiplin. Kedisiplinan itu dijunjung tinggi. Jadi ketika awal mula saya datang ke sini, saya harus membiasakan diri dengan budaya di lingkungan kerja saya," kata Laksa.

Saat pertama datang ke Jepang, Laksa mengaku tidak menguasai bahasa Jepang sama sekali.

Kebetulan, perusahaan tempatnya bekerja juga tidak mewajibkan penggunaan bahasa Jepang saat berkomunikasi, karena komunikasi bisa dilakukan menggunakan bahasa Inggris.

"Kebutuhan untuk menguasai bahasa Jepang itu adalah salah satu syarat wajib untuk bisa survive, karena tidak semua orang bisa berbahasa Inggris," jelas Laksa.

Penguasaan bahasa Jepang menjadi hal wajib bagi mereka yang berencana untuk tinggal dalam jangka waktu lama di sana.

Meski tinggal di ibu kota Jepang, Tokyo, tak semua orang bisa berbahasa Inggris.

Oleh karena itu, menguasai bahasa Jepang menjadi hal yang penting.  

"Saya makin menyadari pentingnya belajar bahasa Jepang, seperti ketika memeriksa komposisi makanan, apakah ada kandungan haramnya atau tidak, apakah ada kandungan babi atau tidak," ujar Laksa.

Namun, di Tokyo ada toko khusus yang menyediakan makanan halal dan barang-barang keperluan Muslim.

Selain itu, banyak juga restoran Indonesia di Tokyo yang tentunya menyediakan masakan khas Indonesia.

"Kadang kalau bosan dengan makanan Jepang, larinya ke resto masakan Indonesia, tapi belakangan ini gara-gara pandemi, setiap hari saya memasak sendiri. Selain lebih hemat, juga saya bisa memastikan bahan-bahan makanan yang saya konsumsi," kata Laksa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi